“Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya.” Roma 13: 3

Sekitar 3500 pengunjuk rasa anti-lockdown berbaris di kawasan Central Business District (CBD) Sydney, negara bagian New South Wales (NSW), di Australia, pada hari Sabtu (24/7/2021). Demo terjadi pada saat kasus infeksi COVID-19 harian melonjak di wilayah tersebut. Menteri Kepolisian NSW, David Elliott, yang kesal dengan demonstrasi itu karena momennya tidak tepat, mencap para demonstran itu sebagai kelompok “orang bodoh yang egois”.
Foto-foto yang mengejutkan menunjukkan para pengunjuk rasa berkerumun bersama-sama saat mereka berjalan di jalan utama Broadway menuju pusat kota, memegang rambu-rambu dan menghentikan lalu lintas. Dalam keadaan sedemikian, bentrokan dengan para penegak hukum tidaklah dapat dihindari dan puluhan demonstran sudah ditangkap atau dicatat namanya oleh polisi. David Elliott mengatakan satuan tugas detektif kepolisian akan bekerja sepanjang waktu untuk mengidentifikasi para pengunjuk rasa dan menuntut mereka karena melanggar protokol kesehatan masyarakat.
Mengapa orang kadangkala bisa bertindak seperti hewan yang tidak mengerti hukum? Ini pertanyaan lama yang tidak dapat dijawab dengan mudah. Filsuf Aristotle pernah berkata bahwa “At his best, man is the noblest of all animals; separated from law and justice he is the worst”. Itu benar. Dalam keadaan terbaik, manusia adalah makhluk yang paling baik di antara hewan, tetapi ia adalah makhluk yang paling buruk jika tidak ada hukum dan keadilan. Lebih dari itu, manusia jelas bisa lebih buas dari hewan jika mereka tidak takut akan Tuhan. Manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa memang mampu untuk berbuat dosa apa saja dengan kebebasan yang diterimanya dari Tuhan.
Ada berbagai faktor praktis yang bisa membuat orang merasa bahwa ia ada di atas hukum. Mungkin orang itu mabuk atau merasa kuat karena berada bersama banyak teman, tetapi jelas bahwa pada saat orang dengan sengaja melanggar hukum mereka merasa bahwa hukum tidak dapat menangkap mereka. Mereka yang semestinya takut kepada hukum dan aturan pemerintah, merasa bahwa tidak ada apa pun yang bisa menghentikan kehendak mereka. Sebaliknya, orang yang melihat kelakuan mereka mungkin justru merasa takut karena kuatir kalau-kalau hukum yang ada tidak dapat melindungi mereka.
Ayat di atas mengingatkan orang Kristen untuk menaati hukum dan pemerintah. Etika Kristen mengajarkan bahwa jika pemerintah yang sah mengatur negara dengan segala hukumnya, adalah keharusan bagi orang Kristen untuk taat kepadanya. Hukum ada untuk membuat setiap warga menjadi orang yang berkelakuan baik. Dengan taat kepada hukum, kita boleh mendapatkan kedamaian dalam hidup sehari-hari karena hanya orang yang melanggar hukum yang harus takut kepada pemerintah.
Bagi orang Kristen, taat kepada hukum bukan berarti boleh melakukan apa yang buruk asal tidak tertangkap oleh hukum. Dalam bentuk sederhana, ini mungkin menggunakan ponsel selagi mengendarai mobil, tetapi mereka yang berani mengambil risiko mungkin tidak ragu untuk menggunakan uang negara selagi ada kesempatan.
Ketaatan bukan saja dalam hal tidak melanggar hukum pidana dan perdata, tetapi juga dalam hal menuruti pedoman dan bimbingan dari yang berwajib, misalnya dalam hal memelihara kesehatan dan keselamatan diri sendiri dan sesama. Dalam usaha untuk mengatasi pandemi ini, sudah tentu orang Kristen tidak ingin untuk menyuarakan pendapat yang bertentangan dengan apa yang dianjurkan pemerintah untuk kebaikan bersama.
Adanya pemerintah dan pimpinan bagi orang Kristen adalah bukti adanya Tuhan yang menghendaki ketertiban. Oleh karena itu, orang Kristen harus taat kepada hukum dan pedoman pemerintah setiap saat karena Tuhan yang mereka sembah adalah Oknum yang mahatahu. Takut akan Tuhan akan bisa terlihat dalam hidup seseorang yang taat kepada bimbingan dan aturan pemerintahnya. Mungkin ada orang Kristen yang berpendapat bahwa jika ia tidak taat kepada anjuran pemerintah, itu hanya menyangkut dirinya sendiri. Dalam melakukan tindakan seperti menerima atau menolak anjuran pemerintah tentang prosedur kesehatan tertentu, mereka berpikir bahwa itu adalah hak pribadi mereka. Itu ada benarnya, jika apa yang mereka lakukan tidak memengaruhi hidup orang senegara. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, kecuali jika ia melakukan hal-hal yang tidak dianjurkan pemerintah, karena pemerintah adalah wakil Tuhan di dunia.
“Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.” Roma 13: 1