Jika tidak ada orang yang peduli

“Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.” 2 Korintus 4: 8 – 9

Manusia adalah makhluk sosial, dalam arti bahwa ia tidak mau hidup menyendiri karena ia membutuhkan orang lain untuk berinteraksi. Memang ada beberapa orang yang pernah hidup menyendiri selama bertahun-tahun karena berbagai sebab, tetapi pada umumnya orang yang hidup tanpa mempunyai teman atau orang yang bisa diajak berkomunikasi akan perlahan-lahan menjadi “aneh” sifat dan kelakuannya. Ada orang yang lebih memercayai binatang peliharaannya dari pada orang lain, dan ada juga orang yang sama sekali tidak mau menjumpai orang lain karena adanya trauma yang pernah dialaminya pada masa yang silam.

Pada abad-abad yang lalu, mereka yang dipenjara karena melakukan kejahatan serius sering kali ditempatkan di sebuah ruang sempit yang terpisah dari narapidana yang lain. Ini merupakan hukuman berat yang bisa membuat hancur mental mereka yang sekuat apa pun. Memang, salah satu musuh terbesar manusia adalah perasaan kesepian. Allah yang menciptakan Adam tentu tahu bahwa kesepian adalah tidak baik; karena itu Ia menciptakan seorang pendamping yang sepadan yaitu Hawa (Kejadian 2: 18). Manusia membutuhkan manusia lain untuk berkomunikasi, hidup bersama dan saling menolong.

Walaupun manusia seharusnya hidup bermasyarakat untuk bekerja sama dalam hidup di dunia, kejatuhan ke dalam dosa membuat hubungan antar manusia menjadi rusak. Manusia sering menguasai, menindas dan menyiksa sesamanya, baik secara jasmani maupun rohani. Selain itu, hidup pun menjadi berat karena setiap orang harus membanting tulang untuk bisa tetap hidup. Lebih parah lagi, karena dosa manusia sering tidak bisa mempunyai hubungan yang dekat dengan Tuhan pencipta-Nya.

Paulus menulis kepada jemaat di Korintus bahwa ia mengalami berbagai kesulitan hidup, termasuk apa yang diperbuat orang lain. Ia menulis bahwa ia dan rekan-rekannya mengalami penindasan, kekurangan dan berbagai penderitaan lainnya. Walaupun demikian, mereka tetap bertahan, dalam setiap keadaan dan tidak merasa ditinggalkan. Mengapa bisa begitu? Itu tentunya karena mereka mempunyai hubungan yang baik dengan saudara-saudara seiman, dan lebih dari itu, karena mereka dekat dengan Tuhan yang menguatkan, membimbing dan melindungi. Mereka juga ingat bahwa Yesus juga pernah mengalami penderitaan yang malahan jauh lebih besar, tetapi memperoleh kemenangan pada akhirnya. Adanya kesatuan iman kepada satu Tuhan membuat mereka kuat dan tidak merasa sendirian atau kesepian.

Di saat pandemi ini sedang berlangsung, anda mungkin merasa sendirian karena anda hidup seorang diri. Mungkin juga anda hidup bersama keluarga, tetapi tidak mendapat dukungan yang cukup. Mungkin juga anda mempunyai teman atau pasangan hidup yang kurang bisa mengerti perasaan atau kebutuhan anda. Mungkin saja anda hidup di tengah keramaian, tetapi hanya merasakan kesunyian dan sakitnya hidup ini. Anda merasa ditinggalkan, kesepian, sendirian, ketakutan, kuatir. Anda tidak bisa melihat adanya masa depan.

Dimanakah teman seperjuangan anda? Orang-orang yang seharusnya bisa mengerti keadaan anda dan mampu menolong? Saudara-saudara seiman yang bisa menguatkan dan mendoakan? Mungkin saja mereka semuanya sudah meninggalkan anda. Sebagian mungkin malah membenci dan memusuhi anda. Tetapi, ada satu yang masih dengan setia menyertai anda. Tuhan yang sudah membimbing rasul-rasul, adalah Tuhan yang sama, yang menyertai anda untuk selama-lamanya.

“Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati.” Ulangan 31: 8

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s