“Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.“ 1 Petrus 5: 3

Hari ini media memberitakan bahwa Premier (gubernur) dari negara bagian Victoria di Australia naik darah setelah memperoleh kabar bahwa negara bagian yang lain rupanya sudah menerima perhatian istimewa dari pemerintah pusat dalam hal jumlah vaksin Covid-19. Karena itu, Premier Victoria merasa rakyatnya dianaktirikan karena tidak dapat memperoleh vaksin yang cukup di saat jumlah kasus positif makin meningkat. Terlepas dari pro dan kontra mengenai sikap Premier terhadap pemerintah pusat itu, seorang pemimpin memang diharapkan untuk mau membela rakyatnya.
Leaders are born not made. Seorang pemimpin adalah dilahirkan, bukan dibuat, begitu ungkapan yang sering dikumandangkan. Memang ada benarnya bahwa seorang pemimpin yang hebat adalah orang yang kelihatannya sudah sejak dari kecil tumbuh dengan bakat memimpin orang lain. Walaupun demikian, sebagian ahli jiwa berpendapat bahwa seorang pemimpin adalah dibuat dan bukannya dilahirkan. Hanya melalui pendidikan dan latihan, seorang bisa menjadi pemimpin yang baik. Leaders are made not born.
Mana yang benar? Apakah pemimpin itu dilahirkan sebagai pemimpin atau belajar menjadi pemimpin? Tentu saja mereka yang bisa menjadi pemimpin yang baik adalah orang yang berbakat dari lahir dan memperoleh didikan, latihan dan pengalaman yang cukup. Tidak ada orang yang bisa menjadi pemimpin dunia tanpa menerima gemblengan yang cukup untuk dapat menghadapi berbagai masalah dan tantangan demi kesejahteraan orang yang dipimpin. Selain itu, seorang pemimpin harus bisa memberi contoh yang baik bagi pengikutnya.
Bagi orang Kristen, satu-satunya pemimpin yang dilahirkan dan tidak dibuat adalah Yesus Kristus yang sebagai Allah sudah turun ke dunia sebagai manusia. Ialah pemimpin terbesar, Raja di atas segala raja yang harus dimuliakan. Semua pemimpin lain yang ada di dunia adalah manusia biasa yang bercacat-cela dan yang tidak perlu disembah.
“Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.” Kisah Para Rasul 5: 31
Jika Yesus adalah Pemimpin manusia yang terbaik, bagaimana orang Kristen bisa menjadi pemimpin yang baik? Dengan mencontoh Yesus yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia (Filipi 2: 5 – 7). Ia menjadi pemimpin terbesar karena mau mengurbankan diri-Nya.
“Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Filipi 2: 8
Dengan demikian, pemimpin Kristen yang baik adalah orang yang mau berkurban seperti Yesus, dan bukannya orang yang menempatkan dirinya sebagai orang yang hanya bisa memerintah dan menyuruh orang lain. Pemimpin yang baik juga harus mau bekerja keras untuk bisa menjadi contoh dan teladan bagi orang lain. Ia harus mempunyai kasih dan kesabaran serta bisa menghargai seluruh bawahannya. Pemimpin yang baik selalu berusaha untuk mendidik pengikutnya agar mereka bisa menjadi pemimpin yang baik di kemudian hari.
Hari ini kita belajar bahwa setiap orang Kristen yang mendapat kesempatan untuk memimpin orang lain, baik dalam negara, perusahaan, masyarakat maupun keluarga, haruslah menjadikan dirinya sebagai orang yang siap bekerja untuk kebaikan orang lain. Kita harus bersyukur bahwa pada saat pandemi ini, kita lebih bisa melihat bagaimana para pemimpin kita bekerja. Apa yang baik patut kita tiru, tetapi jika ada yang tidak baik janganlah kita menutup mata. Pemimpin yang baik adalah dia yang menghargai pengikutnya dan mau berkurban untuk mereka.
Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Matius 20: 25 – 28