“Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu” Yohanes 13: 14

Satu negara yang sudah mengalami berbagai masalah selama beberapa dekade dan baru-baru ini mengalami pergantian pemerintahan untuk kesekian kalinya adalah Afganistan. Negara ini sudah lama mengalami berbagai konflik internal yang melibatkan berbagai negara besar seperti China, Rusia, Inggris dan Amerika. Pada saat pemerintah yang didukung Amerika jatuh pada bulan Agustus 2021, banyak orang merasa kuatir kalau-kalau mereka akan mengalami nasib malang di bawah pemerintahan rezim baru. Salah satu yang dikuatirkan oleh kaum wanita Afganistan adalah kembalinya peranan “tradisional” wanita yang tidak lagi seirama dengan zaman modern. Mereka kuatir kehilangan hak untuk bersekolah, bekerja dan membina karir jika mereka diharuskan untuk mengabdi kepada suami dan melayani keluarga saja.
Hal melayani menurut pandangan Kristen sudah tentu berlainan dengan apa yang mungkin terjadi di Afganistan. Apa yang dilakukan Yesus kepada murid-murid-Nya sebelum Ia disalibkan mungkin bisa dipandang sebagai pelayanan, walaupun Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya yang kotor sebagai tanda pelayanan kasih dan bukan pengabdian. Yesus yang adalah Tuhan dan Raja mau mencuci kaki manusia yang hina sebagai Raja yang melayani atau the Servant King. Hal membasuh kaki sudah tentu bukanlah sebuah ritual atau sakramen untuk dilakukan semua orang Kristen. Membasuh kaki bukanlah tugas yang diberikan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya. Tetapi, apa yang diperintahkan Yesus kepada mereka adalah untuk saling melayani dengan sukacita.
Yesus memberi contoh bagaimana setiap orang Kristen harus bersedia untuk saling melayani dalam kasih. Ini bukan pelayanan dari mereka yang lebih muda, lebih lemah, lebih miskin kepada mereka yang lebih tua, lebih kuat dan lebih kaya. Perintah untuk saling membasuh kaki tidak memandang derajat, ras, seks atau kedudukan manusia, sebab di mata Tuhan semua manusia adalah sederajat. Ini sudah tentu berlawanan dengan kebiasaan masyarakat tertentu di mana orang yang berada di tingkat atas mengharapkan pelayanan mereka yang di tingkat bawah, dan jika kaum suami menuntut para istri untuk sepenuhnya melayani mereka.
Pada hari ini, firman Tuhan mengingatkan kita bahwa Yesus yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Sebaliknya, Ia telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia (Filipi 2: 6 – 7). Dengan demikian, jika kita memang adalah pengikut Kristus, kita juga harus mau meniru Dia; yakni mau melayani, mengasihi dan menghormati sesama kita tanpa pandang bulu. Kita harus selalu siap untuk merendahkan diri seperti Yesus, the Servant King yang sudah ditinggikan Allah dan dikaruniai nama di atas segala nama (Filipi 2: 9).
“Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Matius 23: 12