“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Roma 8: 28

Ungkapan “memang sudah nasib” sering kita dengar di Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, orang membicarakan soal nasib (fate) di rumah, pasar, mal, kantor dan dimana pun. Nasib agaknya berlaku untuk siapa pun, baik mereka yang kaya atau yang miskin, baik yang berpendidikan atau yang kurang berpendidikan. Apalagi, pada saat ini Covid-19 sudah membuat kalang kabut banyak orang. Memang kata orang, nasib adalah penentu keadaan atau keberuntungan seseorang.
Dalam beberapa agama dan budaya, memang hal nasib itu diajarkan sebagai suatu keputusan Ilahi yang tidak dapat diganggu gugat. Seorang menjadi dokter karena sudah ditentukan Tuhan, dan orang lain yang menjadi tukang sapu juga sesuai dengan kehendak-Nya. Sebuah negara yang makmur adalah karena kehendak Tuhan, dan negara lain yang miskin dan bahkan terjajah adalah karena keputusan Tuhan juga. Memang sudah nasibnya.
Dalam pandangan Kristen, kata nasib itu sebenarnya tidak ada. Memang dalam Alkitab terjemahan Indonesia, kata “nasib” itu muncul beberapa kali, tetapi itu adalah bertalian dengan soal bahasa dan budaya. Alkitab tidak mengajarkan bahwa Tuhan menentukan manusia untuk berbuat dosa, atau memutuskan bahwa hanya bangsa tertentu yang bisa diselamatkan. Secara umum, Tuhan tidak juga menentukan agar orang tertentu menjadi miskin atau kaya, sedih atau gembira, berpendidikan atau tidak. Semua itu adalah berkat-Nya dalam hidup kita jika kita mempunyai rasa cukup, dan ini bisa membuat kita bisa merasakan ketenangan dalam semua keadaan seperti yang dialami oleh rasul Paulus (Filipi 4: 12-13).
Memang bagaimana Tuhan yang mahakuasa itu menjalankan kuasa dan kedaulatan-Nya di seluruh jagad raya sudah diperdebatkan manusia sejak dulu. Pada umumnya, manusia merasa adanya penentuan Tuhan jika manusia tidak dapat membuat keinginannya terjadi. Tetapi keadaan zaman modern ini membuat manusia berpikir bahwa Tuhan tidak lagi relevan. Di kalangan orang Kristen pun ada berbagai pendapat yang agaknya bertentangan. Tetapi tentu saja apa yang sebenarnya dipikirkan dan dilakukan Tuhan, hanyalah Tuhan yang tahu.
“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” Yesaya 55: 8 – 9
JIka keadaan saat ini nampaknya buruk, satu hal yang pasti dalam iman Kristen ialah kepercayaan bahwa apa pun yang terjadi di alam semesta ini adalah sesuai dengan pemeliharaan (providensia) Tuhan, yang ada sejak dari awalnya dan tidak pernah berubah, karena Ia mahatahu dan sempurna. Tuhan yang menciptakan setiap manusia dengan kasih-Nya adalah Tuhan mempunyai rancangan yang baik bagi umat-Nya.
Memang seluruh umat manusia sudah jatuh dalam dosa, tetapi itu tidaklah bisa menghentikan kasih dan kuasa Tuhan. Jika itu dikatakan “nasib”, itu mungkin satu-satunya kenyataan yang tidak dapat ditolak manusia. Sekalipun dosa manusia sebesar apa pun, Tuhan senantiasa mau mengampuni mereka yang bertobat. Nasib mujur!
“Marilah, baiklah kita berperkara! firman TUHAN Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” Yesaya 1: 18
Walaupun Ia tidak memaksa orang untuk untuk menjadi pengikut-Nya, tetapi setiap orang diberikan kesempatan untuk menjawab panggilan-Nya. Manusia bukan “robot” Tuhan, dan Tuhan bukanlah “dalang” kehidupan manusia dan alam semesta. Dalam hal ini, walaupun kasih dan kemurahan Tuhan itu sangat besar, manusia harus mau bertobat dari cara hidup lamanya.
Jawab Petrus kepada mereka: ”Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” Kisah Para Rasul 2: 38
Dari ayat pembukaan yang ditulis oleh rasul Paulus kepada jemaat di Roma, kita melihat bahwa Tuhan mempunyai rencana kasih untuk seluruh umat-Nya. Rencana Tuhan untuk kita, baik dalam hal jasmani maupun rohani, adalah rencana yang melibatkan Dia sebagai Sang Pencipta dan umat-Nya. Karena itu, sebagai orang yang sudah menerima panggilan-Nya melalui bantuan Roh Kudus, kita harus percaya bahwa apa pun keadaan kita sekarang ini, itu bukanlah sesuatu yang kita harus terima sebagai “nasib” saja, tetapi seperti rasul Paulus kita bisa menyadari bahwa apa pun keadaannya, kita masih ada kesempatan untuk bisa bekerja bersama Tuhan untuk memuliakan Dia dan mendatangkan kebaikan bagi sesama kita yang saat ini “bernasib malang”.
Tuhan memerintahkan agar setiap orang percaya yang sudah dipilih-Nya untuk mengabarkan injil keselamatan ke seluruh penjuru dunia, agar orang yang “malang”, yaitu yang belum mengenal Kristus, bisa menerima kabar baik itu dan mengambil keputusan untuk mengikut Yesus. Biarlah mereka menjadi “mujur” seperti kita!
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” Matius 28: 19