Masih ada yang bisa dilakukan

“Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.” Filipi 1: 23 – 24

Mungkin tidak banyak yang ingat bahwa lagu asli Que Sera Sera yang masih dikenal orang hingga saat ini dinyanyikan oleh Doris Mary Ann Kappelhoff aka Doris Day di tahun 1956 yang muncul dalam film The Man Who Knew Too Much. Dalam lagu itu, seorang anak bertanya kepada ibunya apa yang akan terjadi dalam hidupnya di masa depan. Sang ibu kemudian menjawab bahwa baik dirinya maupun sang anak tak bisa meramal masa depan. Que Sera Sera (Whatever Will Be, Will Be) berarti “apa pun yang akan terjadi, terjadilah”. Ini tentu ada benarnya karena apa yang akan terjadi di alam semesta hanya Tuhan yang tahu. Walaupun demikian, setiap manusia tentunya bertanggung jawab dalam menghadapi berbagai pilihan dalam hidupnya.

Selama hidup, manusia harus memilih sekolah, pendidikan, karir, pasangan hidup dan sebagainya. Semua itu adalah bagian dari mandat budaya yang diberikan Tuhan (Kejadian 1: 28). Dalam hal ini, jika jumlah pilihan itu ada banyak, tentu sulit bagi kita untuk memilih apa yang terbaik. Bagaimana pula jika pilihan itu hanya dua? Barangkali anda mengira bahwa karena hanya ada dua opsi, lebih mudah untuk memilih yang terbaik.

Paulus dalam ayat di atas menghadapi dua pilihan. Bukan dua benda yang terbungkus, yang tidak diketahui jenisnya. Paulus bisa melihat dua pilihan yang jelas berbeda: meninggalkan dunia untuk menjumpai Kristus, atau tetap tinggal di dunia. Mana yang lebih enak untuknya? Sudah tentu tinggal di surga lebih enak; itu jugalah yang diyakini banyak orang, Kristen dan non-Kristen.

Sekalipun kebanyakan orang Kristen tentunya sadar akan enaknya hidup di surga, mungkin mereka tidak begitu antusias untuk memilihnya selagi mereka masih sehat atau berkecukupan di dunia. Mereka lebih senang menikmati pilihan yang kedua, apalagi kalau ada kemampuan dan kenyamanan yang tersedia di depan mata. Mumpung masih bisa! Barangkali, hanya jika ada persoalan hidup yang sangat besar, manusia mulai memikirkan pilihan yang pertama, tetapi itu mungkin saja karena terpaksa.

Dalam membaca ayat di atas kita harus sadar bahwa hidup Rasul Paulus bukannya mudah. Ia hidup dalam perjuangan: mengalami ancaman, kelaparan, sakit dan sebagainya (2 Korintus 11: 23 – 28). Ia tahu bahwa di surga, hal-hal itu tidak akan dijumpainya. Tetapi ia sadar bahwa kehendak Tuhanlah yang harus terjadi. Tuhanlah yang menentukan apa yang akan terjadi di masa mendatang. Jika Tuhan masih menghendaki dia untuk tinggal di dunia, Paulus percaya bahwa dia harus memilih untuk hidup dan bekerja untuk Tuhan dan sesama.

Hari ini, kita diingatkan bahwa pada saat ini kita masih hidup di dunia. Kita tidak tahu akan terjadi di tahun-tahun mendatang, tetapi kita tahu apa yang bisa dan harus kita pilih sekarang. Jika hidup kita saat ini nyaman, janganlah kita berpikir bahwa ini adalah apa yang terbaik yang pernah kita punyai, dan karena itu kita hanya hidup untuk menikmatinya. Sebaliknya, jika kita hidup dalam perjuangan dan penderitaan saat ini, janganlah kita mengutuki hidup yang terasa pahit dalam mulut kita. Hidup kita selama di dunia ini haruslah dipakai untuk membawa kemuliaan kepada Tuhan selagi kita masih bisa!

“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah…” Filipi 1: 21 – 22

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s