“Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia” Filipi 1: 29

Jika anda berada di Australia, pastilah anda dapat merasakan adanya suasana yang berubah di pusat-pusat pertokoan. Hari Natal yang datangnya masih sebulan lagi, sekarang sudah mulai terasa suasananya. Apalagi, murid kelas tiga SMA minggu ini sudah menamatkan tahun ajaran, dan saat ini adalah kesempatan untuk bergembira. Masa ujian mereka sudah berakhir, dan mereka yang akan melanjutkan studi ke universitas akan berlibur panjang sampai bulan Febuari 2022 sebelum masuk kuliah.
Kalau bisa, setiap orang tentu ingin untuk bisa hidup dalam kegembiraan. Siapakah yang mau menderita? Apalagi dalam merayakan Natal, banyak yang memilih untuk bergembira dan berpesta sekalipun tidak mengerti makna hari istimewa itu. Mereka yang menyadari arti Natal pun kelihatannya memilih untuk merayakan Natal semeriah dan semewah mungkin, sekadar berusaha untuk membuat kenangan yang tidak mudah terlupakan selama mereka masih hidup.
Hari Natal yang pertama sungguh berbeda dengan hari Natal di zaman ini. Pada waktu Yesus dilahirkan, keadaan di sekelilingnya sangat sederhana, untuk tidak dikatakan prihatin. Yesus dilahirkan di kandang hewan dan ditidurkan dalam sebuah palungan. Tidak di sebuah rumah sakit atau gedung mewah. Tetapi kelahiran yang terlihat hina di mata manusia itu memang direncanakan Allah, agar semuanya membawa kenangan yang tidak bisa terlupakan di segala zaman.
Kelahiran seorang Juruselamat yang merupakan kedatangan Tuhan untuk menebus dosa manusia, adalah sesuatu yang sulit dipercaya manusia. Berbeda dengan pesta-pesta Natal yang diadakan manusia di seluruh dunia, yang berita atau fotonya bisa disebarkan dan dipantau dari seluruh dunia lewat berbagai media. Kelahiran Tuhan di dunia yang sederhana adalah tanda kebesaran kasih Tuhan kepada manusia di dunia. Sebaliknya, perayaan dan acara Natal yang sekarang ada, sering kali adalah tanda kesombongan manusia.
Kelahiran Yesus Anak Allah, tentunya bisa terjadi dalam suasana yang nyaman dan bahkan mewah, lebih mewah dari perayaan Natal apa pun yang dapat dilakukan manusia di zaman ini. Tetapi, kelahiran Yesus dalam suasana prihatin itu adalah permulaan dari penderitaan Anak Allah di dunia untuk menebus manusia yang berdosa. Sekalipun hal ini adalah sulit untuk diterima oleh pikiran manusia, kepada orang-orang yang dipilih-Nya Tuhan sudah memberi pengertian akan hal itu.
Ayat di atas menjelaskan bahwa mereka yang sudah dikaruniai kepercayaan atau iman kepada Yesus, juga diberi karunia tambahan, yaitu untuk bisa menderita bagi Dia. Ini berarti bahwa seperti Yesus, kita yang sudah terpilih menjadi umat-Nya kemudian akan mampu menghadapi penderitaan dunia dalam menjalani hidup ini untuk membesarkan nama-Nya. Lebih dari itu, sebagai pengikut Kristus, kita tidak lagi tertarik untuk mencari kebahagiaan duniawi yang semu, tetapi kebahagiaan abadi di dalam Dia.
Mengikut Kristus tidak berarti bahwa hidup kita di dunia ini akan dipenuhi kemewahan, kenyamanan, kesuksesan dan kemegahan. Sebaliknya, sebagai anak-anak Tuhan kita sering kali menghadapi tantangan, kesedihan, kekurangan, kesepian dan masalah. Sebagai pengikut Yesus kita juga bisa ikut merasakan penderitaan orang-orang di sekitar kita. Hanya karena kasih Tuhan, semua hal yang kurang nyaman itu justru akan membawa kita lebih dekat kepada-Nya. Bukannya ditundukkan oleh kepedihan dan kekuatiran, mereka yang beriman justru terlihat teguh dan bisa bersyukur dalam segala keadaan. Karena itu, hidup kita bisa membawa orang yang belum percaya untuk menyerahkan hidupnya kepada Yesus.
Hari ini, marilah kita meneliti hidup kita, terutama dalam menantikan datangnya hari Natal. Mungkin kita sudah bisa merasakan adanya karunia iman kepada Yesus. Tetapi apakah kita juga merasakan adanya karunia untuk menderita bagi kemuliaan-Nya?