Jangan sampai mata kita menjadi hijau

”Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” 1 Timotius 6: 8 – 9

Mengapa ada ungkapan “matanya menjadi hijau ketika melihat uang”? Meskipun sebenarnya mata orang yang sehat tidak berubah warna, ungkapan ini sering dipakai untuk menyatakan adanya orang yang rakus akan uang. Entah bagaimana orang yang “cinta uang” bisa digambarkan sebagai orang yang bisa berubah warna matanya. Ada yang menduga bahwa warna hijau berkaitan dengan warna uang dollar Amerika, dan memang banyak orang “mata duitan” yang senang mengumpulkan mata uang ini.

Kebanyakan orang ingin memiliki banyak uang untuk menjadi kaya, karena kekayaan dianggap sebagai penunjang kebahagiaan. Karena itu dari kecil mereka akan berusaha keras untuk mencari kesuksesan dengan segala cara. Bahkan dalam ajaran beberapa pimpinan gereja, jemaat juga dianjurkan untuk mencari kesuksesan yang dianggap sebagai bukti penyertaan Tuhan. Kekayaan dalam Alkitab Perjanjian Lama memang sering dikaitkan dengan anugerah Allah kepada umat-Nya. Tetapi, pemberian Allah yang terbesar dalam Perjanjian Baru sudah terwujud dalam diri Yesus. Karena itu Alkitab Perjanjian Baru lebih menekankan pada kekayaan rohani dan bukannya kekayaan jasmani. Malahan, mencari kekayaan jasmani dikatakan dalam ayat di atas sebagai sesuatu yang bisa membuat kebangkrutan rohani.

Jika kekayaan bisa mendatangkan banyak masalah, itu adalah hal yang mudah dimengerti. Mereka yang ingin kaya sering kali melakukan hal-hal yang jahat. Tetapi, orang harus menyadari bahwa mereka yang miskin pun bisa terjebak dalam kerakusan. Baik orang kaya atau miskin, keduanya bisa menjadi orang yang warna matanya berubah hijau ketika melihat uang. Pesan rasul Yakobus di bawah ini adalah jelas dan lantang; walaupun demikian, banyak orang Kristen tetap saja mau menjadi hamba uang.

Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Yakobus 4: 1-2

Karena adanya akibat yang tidak diinginkan, penulis Amsal dalam ayat di bawah ini tidak mau memilih kekayaan atau kemiskinan, tetapi memilih apa yang ditentukan Tuhan, agar ia tidak terjerumus dalam dosa.

“Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.” Amsal 30: 8-9

Masalahnya, kita sering tidak tahu apa yang dikehendaki Tuhan dalam hidup kita. Seberapa banyak Tuhan sudah menentukan apa yang menjadi bagian kita? Bukankah Dia yang mahakasih dan mahaadil selalu memberikan apa yang terbaik untuk anak-anak-Nya? Bukankah Ia mau memberikan apa saja yang baik yang kita minta?

Dalam hidup ini kita bisa melihat bahwa memang baik kekayaan atau kemiskinan bisa membuat orang Kristen untuk menjauhi Tuhan. Satu sebabnya, dan hanya satu: itu karena tidak adanya rasa cukup. Tidak adanya rasa cukup membuat orang menjadi rakus atau merasa sangat lapar. Tidak adanya rasa puas membuat kita mau melakukan apa saja demi kenikmatan. Dengan demikian,kita bisa jatuh ke dalam dosa jika Tuhan tidak memberi kekuatan kepada kita dan kemampuan untuk merasa cukup. Karena itu, biarlah kita belajar untuk berdoa setiap hari agar Tuhan memberi kita makanan yang secukupnya agar kita tetap bisa merasakan penyertaan Tuhan dalam hidup kita.

“Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Filipi 4: 12 – 13

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s