“Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” 1 Korintus 10:31

Pernahkah anda merasa bosan makan nasi? Mungkin di Indonesia pertanyaan ini adalah ucapan sarkastik yang dipakai untuk memperingatkan orang yang akan melakukan hal yang berbahaya, yang bisa membawa kematian. Siang hari ini saya tidak makan nasi, bukan karena bosan. Tetapi, makan siang hari ini bukan makanan biasa. Cake. Makanan berbahaya untuk sebagian orang. Bermacam jenis roti berrlapis coklat, krim dan lainnya, rasanya manis sekali. Alasan saya kali ini: pesta akhir tahun yang diadakan universitas di mana saya bekerja hanya diadakan sekali setahun!
Semua orang tahu bahwa makan untuk hidup. Seingat saya, di Indonesia jika ada tamu berkunjung ketika tuan rumah sedang makan, pertanyaan kepada tamu itu adalah “sudah makan?”. Memang, di luar negeri pun orang kita terkenal sebagai orang yang ramah, friendly, menggunakan acara makan-makan untuk membina kesatuan dalam keluarga dan persahabatan. Sesekali makan besar bolehlah.
Pada pihak yang lain ada orang yang tidak pernah bosan untuk makan enak dan hidup untuk kenikmatan. Tidak ada pesta, tidak ada acara istimewa, mereka tidak bosan-bosannya hidup untuk memuaskan diri sendiri. Sudah tentu, mereka yang hidup sedemikian, akhirnya bisa jatuh dalam dosa, jatuh ke dalam jerat iblis.
Manusia setelah kejatuhan dalam dosa sering berebut makanan dan menjadi mahluk yang rakus. Manusia siap membenci, merampok dan membunuh orang lain demi makanan. Manusia dengan keculasannya juga sering memakai makanan untuk menyuap, mempengaruhi dan menguasai orang lain, terutama mereka yang miskin dan kurang terpelajar. Dengan demikian, baik kaya atau miskin, banyak orang yang menjadi pemuja makanan dan minuman, dan juga kenikmatan jasmani lainnya.
Kerakusan adalah dosa, dan dalam tradisi sebagian orang Kristen, termasuk dalam 7 dosa besar. Karena soal makanan, bangsa Israel bersungut-sungut kepada Allah dan membuat-Nya murka dengan mendatangkan hujan burung puyuh sehingga mereka yang rakus dan serakah mati dalam jumlah besar (Bilangan 11: 33 – 34). Karena merasa bebas, mereka yang mampu sering kali mempunyai kebiasaan makan dan minum dalam pesta pora, yang bisa menjauhkan mereka dari Tuhan (Galatia 5: 21).
Untuk menyambut hari Natal dan tahun baru yang akan datang, pikiran kita tidak boleh dipusatkan pada hal makan minum, pesta pora dan kenikmatan badani. Dalam hal makan, dengan kebebasan yang Tuhan berikan, kita harus bisa mengendalikan cara hidup kita. Kecukupan adalah lebih penting dari kelimpahan, sebab mereka yang berkelimpahan belum tentu merasa cukup. Lebih dari itu, keserakahan dan kerakusan jelas bisa membawa berbagai bencana dalam hidup, seperti apa yang sering terjadi pada mereka yang sudah “bosan makan nasi”, yaitu mereka yang hidup dan bekerja untuk kenyamanan duniawi.
“Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.” Yohanes 6: 27