“Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka.” 2 Tesalonika 2: 9 – 10

Sebelum munculnya virus corona, setiap hari kita bisa menjumpai banyak berita yang menunjukkan adanya berbagai penderitaan yang dialami manusia. Hati kita mungkin menjadi sedih jika kita membayangkan bahwa banyak di antara mereka yang tidak dapat memperoleh pertolongan baik untuk kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani. Sejak munculnya pandemi, penderitaan manusia makin bertambah, dan bahkan sekarang ini dengan munculnya varian baru, kita tidak bisa menduga kapan pandemi ini akan berakhir.
Pada pihak yang lain, dalam media kita masih bisa menemui berbagai kabar baik tentang adanya berbagai organisasi yang bisa membantu mereka yang menderita, bermacam vaksin yang bisa mengurangi dampak virus corona, dan juga berbagai keajaiban yang terjadi dalam hidup manusia. Kita harus bersyukur bahwa dalam keadaan yang buruk bagaimanapun, kita bisa melihat Tuhan masih tetap bekerja baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk menolong mereka yang menderita.
Memang kebutuhan manusia itu berbagai ragam adanya, dan sekalipun mereka yang kaya-raya tetap juga mempunyai berbagai hal yang masih mereka cari. Sering kali, dalam usaha untuk mencari apa yang sangat diperlukannya, manusia mengalami jalan buntu dan karena itu hanya bisa berharap akan adanya mukjizat. Sebagian menemukan “miracle” yang terjadi melalui datangnya pertolongan yang tidak disangka, melalui pengobatan yang tidak tradisionil, maupun kejadian-kejadian yang tidak bisa diterima oleh pikiran sehat manusia. Dan jika itu terjadi, manusia mungkin merasakan adanya keajaiban atau faktor keberuntungan.
Mereka yang selalu mengharapkan datangnya sesuatu yang luar biasa, sering kali terperangkap dalam hal-hal yang nampaknya spektakuler namun sebenarnya hanya sekadar bayangan atau impian saja. Karena harapan yang terlalu besar, apa pun yang muncul lebih mudah diterima sebagai manifestasi apa yang mereka inginkan. Serupa dengan efek plasebo dalam ilmu obat-obatan, apa yang mereka alami, baik dalam hal jasmani ataupun rohani hanyalah semu dan bersifat sementara saja.
Mengapa orang Kristen bisa jatuh kedalam jerat mukjizat dan keajaiban palsu? Itu pada umumnya disebabkan oleh fokus kehidupan sehari-hari. Mereka yang memusatkan perhatian pada kekayaan, mengharapkan Tuhan membuat mukjizat dalam hal harta dan kesuksesan. Mereka yang selalu memikirkan hal kesehatan, mudah terperangkap dalam hal kesembuhan ilahi yang bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu. Dengan demikian pandangan mata rohani mereka menjadi sangat terbatas kemampuannya. Bagi mereka, kehadiran Tuhan hanya bisa terasa ada karena adanya mukjizat yang bisa mereka lihat atau alami.
Pagi ini, ayat di atas mengingatkan kita bahwa iblis adalah oknum yang pintar. Iblis bisa memanfaatkan kelemahan manusia yang selalu bergantung pada mukjizat, dengan membuat berbagai perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat palsu, dan dengan rupa-rupa tipu daya jahat. Tipu daya iblis pasti berhasil jika ada orang-orang yang masih tidak sadar bahwa mereka sudah menerima keajaiban terbesar yang sudah ditawarkan oleh Yesus Kristus, Anak Allah yang lahir di palungan, yaitu keselamatan jiwa mereka.
Mereka yang tidak mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka, akan tetap tinggal dalam kebodohan mereka dan menerima apa yang tidak ada gunanya di hadapan kemuliaan Tuhan. Kita harus sadar bahwa sekalipun kita tidak melihat tanda-tanda ajaib dengan mata kita, keajaiban yang terbesar sudah terjadi pada diri kita. Karena itu, biarlah kita selalu sadar bahwa:
- Iman kita tidak berlandaskan pada mukjizat, tetapi berlandaskan pada Yesus.
- Kita tidak mencari mukjizat, tetapi mencari kehendak Tuhan.
- Kita tidak memuliakan mukjizat, tetapi memuliakan Tuhan.
- Kita tidak memasyhurkan mukjizat, tetapi memasyhurkan nama Tuhan.
Semoga kita tetap berfokus pada dasar iman yang benar!