“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Roma 12: 2

Malam ini saya menonton sebuah film drama televisi “The Family Law” yang mengisahkan kehidupan keluarga Asia yang hidup di Australia. Keluarga yang pada mulanya terlihat “normal” itu kemudian mengalami goncangan ketika sang ayah kemudian jatuh cinta kepada seorang gadis, dan kemudian sang ibu jatuh cinta kepada salah satu guru SMA dari putranya. Anak lelaki yang merasa bingung dalam keadaan keluarga yang berantakan itu, lalu menyadari bahwa ia adalah seorang yang menyukai teman sejenisnya. Ia terpaksa menjelaskan hal itu kepada orangtuanya. Tentu saja, sekalipun orangtuanya sudah hidup terpisah dan mengikuti suara hati mereka masing-masing, mereka masih merasa sedih akan apa yang terjadi pada putra mereka. Cerita ini berakhir dengan “happy ending“, di mana setiap anggota keluarga itu merasa semua yang terjadi adalah bagian kehidupan zaman modern. Penonton film ini bisa dibayangkan akan terbagi dua, mereka yang sedih dengan keadaan banyak rumah tangga di zaman ini, dan mereka yang senang bahwa kebebasan dan hak azasi manusia makin dihargai oleh masyarakat.
Bagi orang Kristen, keadaan sosial dan budaya di abad ke 21 ini memang cukup membingungkan. Apakah semua yang dulu dianggap buruk itu sekarang bisa diterima sebagai hal yang “normal”? Apakah itu memang dikehendaki Tuhan? Mengapa keadaan keluarga Kristen juga sering mengalami goncangan?
Seorang Kristen yang mencari pasangan hidup mungkin berdoa untuk bisa memilih jodoh yang baik, tetapi jika kemudian rumah tangga mereka mulai berantakan, pertanyaan muncul apakah semua itu kehendak Tuhan? Tidak ada orang yang bisa menjawabnya karena tidak ada orang yang tahu apa yang akan terjadi. Dalam keadaan demikian, mereka yang bersangkutan harus berusaha melakukan apa yang baik menurut kehendak Tuhan. Manusia bertanggung jawab untuk pilihannya dan melakukan apa yang terbaik yang sesuai dengan firman-Nya setiap hari.
Tuhan memang mempunyai kehendak mutlak atau sovereign will untuk seluruh ciptaan-Nya. Kita tidak mungkin mengetahui semuanya, tetap dalam hidup kita sehari-hari Ia sudah menunjukkan apa yang baik untuk dilakukan. Itu yang dinamakan kehendak Tuhan yang sudah dinyatakan atau revealed will. Dalam Alkitab tertulis banyak hal yang dikehendaki Tuhan, seperti untuk mengasihi Tuhan dan sesama, untuk membayar pajak kepada pemerintah, untuk tidak berbuat zinah, untuk memegang kejujuran dan keadilan, untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita dan lain-lain.
Jika kita sering bingung untuk mencari kehendak Tuhan, itu adalah karena kita ingin tahu apa yang sebenarnya dikehendaki Tuhan. Kita ingin tahu seluruh kehendak-Nya untuk hidup kita, untuk keluarga kita dan untuk bangsa kita. Tetapi itu jelas tidak mungkin. Apa yang belum terjadi kita tidak tahu, dan apa yang sudah terjadi belum tentu merupakan hasil akhir.
Hari ini, ayat pembukaan dari Roma 12: 2 diatas mengatakan bahwa kita harus berubah untuk tidak menjadi serupa dengan dunia ini, sehingga dengan pikiran dan sikap yang benar kita dapat membedakan apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Masa depan manusia ada di tangan Tuhan tetapi kita bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang kita ambil.
“Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci. Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus.” Titus 3: 3 – 5