“Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.” 1 Korintus 13: 12

Di negara barat ada banyak orang yang mengadopsi anak yang berasal dari negara-negara lain. Pada umumnya, ada dua macam adopsi yang bisa dipilih, yaitu adopsi tertutup (closed adoption) dan adopsi terbuka (open adoption). Jika jenis adopsi yang pertama merahasiakan informasi mengenai orang tua anak yang diadopsi, jenis yang kedua memungkinkan anak yang diadopsi untuk mengenali siapa orang tua mereka.
Di zaman ini, adopsi terbuka dianggap lebih baik untuk pertumbuhan kejiwaan sang anak, karena ia tidak akan merasa seperti orang terbuang yang tidak tahu asal usulnya. Memang seorang yang diadopsi oleh orang yang berlainan suku atau bangsa lambat laun akan sadar bahwa ia tidak mempunyai kemiripan dengan orang tuanya. Anak angkat itu kemudian ingin tahu siapa orang tua yang sebenarnya, dan hal ini bisa menjadi suatu enigma, atau hal yang misterius atau tanda tanya yang besar.
Hal yang serupa membuat seseorang yang sudah lama hidup secara duniawi untuk sulit memikirkan asal usulnya. Sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan menurut peta dan teladan-Nya, ia tidak mudah mengenal bahwa pada awalnya ia adalah ciptaan Tuhan yang paling utama. Bagi manusia yang sudah hidup jauh dari Tuhan, Tuhan adalah seperti enigma.
Sebenarnya Tuhan yang di surga tidak jemu-jemunya berusaha untuk mengingatkan semua manusia ciptaan-Nya bahwa Ia ada dan menantikan mereka untuk mau kembali mengenali-Nya. Tuhan bekerja dalam kehidupan manusia, dan melalui berbagai cara mengingatkan setiap orang bahwa Ia ada. Namun tidak semua orang mau memikirkan adanya Tuhan. Bagi mereka, Tuhan yang jauh di sana adalah Tuhan yang tidak perlu dikenal. Suatu hal misterius yang tidak perlu dipikirkan.
Pada pihak yang lain, ada orang yang tahu bahwa Tuhan itu ada, dan bahkan sadar bahwa Tuhan adalah Bapa yang penuh kasih. Walaupun demikian, dorongan hati untuk berkelana dan menikmati dunia dengan segala hal yang terlihat memikat, membuatnya pergi meninggalkan sang Bapa. Jika tidak karena adanya masalah kehidupan yang dialaminya, orang itu tentu tidak akan mau untuk pulang ke rumah. Orang sedemikian sadar siapakah dia, dan tahu siapa Bapanya, tetapi selama hidup bebas terasa nikmat ia tidak teringat akan Bapanya.
Bagaimana dengan hidup kita sendiri yang sudah percaya adanya Tuhan? Tentunya kita menyadari bahwa kita adalah anggota keluarga Tuhan. Kita bukan anak-anak dunia (Yohanes 17: 16). Walaupun demikian, kita tidak dapat membayangkan kebesaran Tuhan dengan sepenuhnya. Dengan iman kita percaya, tetapi kita belum pernah menjumpai Dia. Pada saat ini kita hanya dapat melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar. Hal ini sering kali mendatangkan kegalauan, karena setiap orang percaya hanya memiliki pengenalan akan Tuhan yang tidak sempurna.
Untunglah bagi kita, Yesus sudah turun ke dunia. Ia adalah Anak Allah dan satu dengan Allah. Yesus yang sebentar lagi akan kita rayakan hari kelahiran-Nya adalah Tuhan, dan melalui hidup-Nya di dunia kita dapat mengenal siapa Tuhan dan bagaimana hakikat-Nya. Melalui Yesus kita tahu bahwa Tuhan adalah mahakuasa, mahatahu, mahahadir dan mahakasih. Bagi mereka yang percaya kepada Yesus, Tuhan bukanlah sebuah enigma. Sebagai orang Kristen kita tidak mempunyai alasan untuk menolak jalan, kebenaran dan hidup seperti yang sudah difirmankan Yesus.
Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.” Yohanes 14: 6 – 7