Berfirmanlah Allah: ”Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Kejadian 1:26

Tahukah anda bahwa perusahaan Colgate-Palmolive mengubah kemasan untuk pasta gigi ‘Darkie‘ yang dijual di Asia pada tahun 1989 ? Nama barunya adalah ‘Darlie‘ yang mirip dengan nama aslinya. Mengapa? Karena nama dan gambar orang di kemasan tapal gigi yang sudah dipakai selama betahun-tahun itu dianggap rasis. Perubahan kemasan akhirnya terjadi karena “terpaksa”, tetapi itu bukan kejutan besar mengingat bagaimana pasta gigi itu cukup populer di berbagai negara. Perusahaan pemiliknya tentunya tidak mau kehilangan pembeli.
Memang di era modern ini rasisme masih ada di mana saja. Blackface (muka yang diwarnai hitam) di Amerika secara luas dikenal sebagai hal yang ofensif, tetapi di negara lain itu adalah cerita yang berbeda dan tidak jarang melihat adanya blackface di TV dan media sehari-hari. Bahkan di negeri Belanda parade Sinterklaas (yang berkulit putih) dan Zwarte Piet (yang mukanya bercat hitam) masih ada sampai sekarang pada minggu-minggu menjelang hari Natal. Tapi apa yang membuat kasus tapal gigi ini dipandang sangat buruk adalah bahwa Colgate-Palmolive adalah perusahaan Amerika dengan kantor pusat di New York. Memang kesadaran bahwa semua manusia adalah sederajat dan tidak boleh diperlakukan secara berbeda belumlah tercapai sepenuhnya di antara umat manusia. Tidak jarang orang yang tidak mau diperlakukan secara rasis justru sangat rasis terhadap orang yang berlainan penampilannya atau berbeda sukunya. Itu karena adanya pandangan bahwa golongan merekalah yang paling unggul di dunia atau di negara mereka.
Ayat pembukaan di atas menyatakan bahwa manusia yang pertama diciptakan oleh Allah menurut gambar-Nya. Setelah itu, terjadinya penyebaran umat manusia ke seluruh penjuru dunia membuat timbulnya berbagai bangsa. Ada berapa bangsa di dunia ini? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab. Jika di dunia ini ada 195 negara (country), tiap negara mungkin terdiri dari beberapa bangsa (nation) dan suku (tribe). Memang kata “negara” belum tentu sama artinya dengan kata “bangsa”. Sebuah bangsa adalah sekelompok orang yang mempunyai latar belakang yang sama, tetapi belum tentu membentuk sebuah negara. Sebaliknya, beberapa bangsa bisa membentuk sebuah negara. Karena itu, jumlah bangsa di dunia ini tentunya lebih banyak dari jumlah negara.
Secara ideal, sebuah negara akan mempunyai kestabilan yang lebih besar jika terdiri dari satu bangsa. Sejarah membuktikan bahwa negara yang dibentuk oleh bangsa-bangsa yang berlainan lebih mudah untuk pecah karena perbedaan paham atau cara hidup. Memang banyak bangsa yang merasa berbeda dengan bangsa lain, sedemikian rupa sehingga ada perasaan bahwa bangsa lain adalah lebih rendah derajatnya. Inilah yang sering menimbulkan pertikaian antar bangsa seperti apa yang terjadi dalam Perang Dunia kedua.
Perasaan bahwa bangsa atau orang lain adalah berbeda derajatnya dan karena itu tidak sama kedudukannya sering muncul dalam pikiran manusia. Manusia dengan adanya dosa, sering tidak dapat mengasihi atau menghormati derajat orang lain. Malahan, sewaktu perbudakan masih ada di dunia, banyak orang Kristen yang memperlakukan budak sebagai barang saja, Dengan kemajuan pendidikan dan budaya, manusia kemudian menyadari bahwa semua orang adalah sama derajatnya. Racism atau racialism kemudian menjadi sesuatu yang dianggap sangat buruk dalam hidup bermasyarakat.
Untuk orang Kristen, perasaan bahwa mereka adalah orang-orang terpilih juga bisa menimbulkan perasaan bahwa orang lain tidaklah sebaik mereka. Tetapi Yesus yang adalah orang Yahudi, datang ke dunia bukan untuk menyelamatkan orang Yahudi saja. Karena semua orang di dunia diciptakan Allah, Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan siapa saja yang mau percaya.
“Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain!” Roma 3: 29
Hari ini, jika kita melihat ke sekeliling kita, kita bisa melihat begitu banyak bangsa dan suku yang hidup di dunia. Kita harus sadar bahwa semua orang adalah milik Allah, dan karena itu berhak memperoleh perlakuan yang sama. Sebagai ciptaan Tuhan kita harus menghargai orang lain yang sekalipun berbeda dengan kita dalam satu atau banyak hal. Tidak ada orang Kristen yang boleh merasa bahwa suku atau bangsanya adalah lebih unggul dari yang lain. Seluruh umat manusia adalah ciptaan Tuhan, dan Ia mengasihi segala bangsa. Karena itu jugalah kita mengabarkan Injil ke seluruh penjuru dunia.
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” Matius 28: 19