“Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya.” Amsal 16: 9

Kemarin petang saya menonton TV hingga lepas tengah malam. Maklum karena malam tahun baru, saya ingin mengikuti acara menyambut tahun baru yang disiarkan langsung oleh ABC TV dari Sydney. Selain menonton beberapa band dan penyanyi terkenal sejak jam 9 petang, saya bermaksud untuk menonton pesta kembang api yang dikatakan termasuk salah satu yang paling hebat di dunia. Harapan saya tidak mengecewakan karena acara malam tahun baru itu benar-benar meriah,
Selamat Tahun Baru! Tahun yang lama sudah berlalu dan tinggal menjadi kenangan, baik kenangan manis maupun kenangan pahit. Memang hidup manusia itu penuh dinamika, tetapi dalam memasuki tahun baru ini semua orang tentunya berharap agar mereka dapat memperoleh apa yang lebih baik dari tahun yang telah lewat. Satu dengan yang lain orang saling menyampaikan harapan baik untuk masa depan di tahun yang baru sambil berharap agar pandemi Covid-19 ini segera berlalu.
Tahun yang baru biasanya diisi dengan harapan, tetapi untuk itu orang biasanya perlu untuk membuat rencana untuk berbuat sesuatu dan melaksanakan tindakan yang dibutuhkan. Bagi semua orang, Kristen maupun bukan Kristen, apa saja yang penting untuk dilakukan pada tahun yang baru selalu harus dipikirkan baik-baik. Tetapi ayat di atas menunjukkan bahwa Tuhanlah yang pada akhirnya menentukan apa yang terjadi. Jika demikian, mengapa pula kita harus memikirkan apa yang harus kita lakukan?
Alkitab dalam ayat-ayatnya sering membahas dua posisi manusia. Pada satu posisi, manusia yang adalah makhluk yang dikaruniai kemampuan untuk sepenuhnya bisa mengatur hidup mereka sendiri. Mereka yang berbuat baik ataupun buruk akan mendapat hasilnya. Pada posisi yang lain, manusia adalah makhluk yang harus tunduk kepada Tuhan, karena Tuhanlah yang sepenuhnya memegang kontrol atas hidup manusia. Manusia merencanakan, berbuat dan memperoleh hasil, baik ataupun tidak baik, hanya jika diizinkan oleh Tuhan. Tanpa izin Tuhan, apa yang direncanakan manusia tidak akan terjadi. Dengan demikian, kita mau menerima kenyataan bahwa tanggung jawab manusia dan kedaulatan Tuhan adalah sebuah paradoks yang ditentukan Tuhan,
Apa pun yang dilakukan manusia, Tuhan bisa memakainya untuk menggenapi rancangan-Nya. Tetapi, apa yang disukai Tuhan sebenarnya adalah kemauan anak-anak Tuhan untuk mengambil inisiatif, membuat rencana-rencana serta menjalankannya sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya, yaitu untuk mengasihi dan memuliakan nama Tuhan serta mengasihi sesama manusia, setiap saat dan dalam keadaan apa pun. Di luar kedua hukum kasih ini, apa yang kita perbuat atau tidak perbuat adalah dosa, dan kita sendirilah yang harus bertanggung jawab.
Tuhan yang Mahakuasa, Mahaadil, Mahabijaksana dan Mahakasih sudah tentu adalah Tuhan yang berdaulat. Ia mempunyai rancangan untuk seisi bumi dan bahkan untuk sejagad raya, yang hanya diketahui diri-Nya sendiri. Semua rancanganNya akan terjadi, terlepas dari apa yang diperbuat manusia. Manusia sering heran melihat apa yang terjadi dalam hidup mereka atau hidup orang lain. Sering kali hal yang buruk terjadi pada orang yang baik, dan hal yang baik terjadi pada mereka yang jahat. Manusia yang pada hakikatnya jahat tidak dapat mengerti apa yang direncanakan Tuhan, tetapi mereka harus sadar bahwa Tuhan bukanlah Tuhan yang kejam dan semena-mena, tetapi adalah Tuhan yang pada hakikatnya adalah Tuhan yang mahakasih.
Pagi ini, dalam menyambut tahun baru, marilah kita mau memikir-mikirkan jalan kehidupan kita agar kita bisa menjalaninya sesuai dengan hukum kasih-Nya. Selain itu biarlah kita juga sadar bahwa Tuhanlah yang akan membimbing kita melewati gunung dan lembah dari tahun 2022 ini.
“Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu.” Amsal 16: 3