Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Lukas 23: 34

Berpikir positif atau positive thinking adalah sesuatu yang banyak digembar-gemborkan oleh berbagai motivator pada zaman ini. Berpikir positif adalah sesuatu yang membuat orang bisa bertahan dalam menghadapi kesulitan, begitu kata orang. Memang, jika seseorang mengalami hal yang kurang menyenangkan, pikiran yang negatif sering kali membuat persoalan menjadi terasa makin berat.
Berpikir positif secara umum menyangkut usaha untuk memperbesar hal percaya kepada diri sendiri dan memupuk semangat untuk menghadapi hari depan. Kelihatannya, semua ini adalah baik dalam pandangan banyak orang yang menghadapi kesulitan hidup. Tetapi, mereka yang tidak pernah memikirkan segi negatif dari hidupnya, akan mudah untuk jatuh ke dalam dosa. Memang, pikiran yang positif bisa membuat orang menjadi buta akan perbedaan antara apa yang disukai Tuhan dan apa yang dibenci-Nya.
Kita tahu bahwa setiap hari di media selalu ada berita tentang orang-orang yang ditangkap polisi karena diduga terlibat dalam suatu kejahatan atau pelanggaran hukum. Mereka itu pada saatnya akan menghadapi hakim di pengadilan, di mana tim penuntut dan tim pembela beradu pendapat mengenai kesalahan si terdakwa. Apakah terdakwa memang dengan sengaja melakukan pelanggaran hukum? Bagaimana jika terdakwa tidak sadar bahwa ia telah melakukan pelanggaran? Satu yang pasti, sekalipun terdakwa tidak sadar bahwa dirinya melanggar hukum, keadilan hukum tetap harus dijalankan. Dalam hal ini, terdakwa mungkin bisa menerima keringanan hukuman jika ia menyadari dan menyesali perbuatannya.
Ayat di atas adalah sebuah ayat yang sangat terkenal yang sering dibahas dan disampaikan dalam berbagai khotbah dan renungan. Memang apa yang dikatakan Yesus sewaktu Ia disalibkan adalah suatu doa yang luar biasa, yang menunjukkan kasih-Nya kepada manusia. Pada waktu itu prajurit-prajurit Romawi membuang undi atas jubah Yesus, sedangkan banyak orang Yahudi melihat Yesus disalibkan dengan melontarkan berbagai ejekan, dan bahkan seorang penjahat yang disalibkan di samping Yesus ikut juga menghujat Dia. Menghadapi semua itu Yesus tetap mau berdoa kepada Allah Bapa agar mereka diberi kesempatan untuk memperoleh pengampunan.
Yesus berdoa agar Bapa mengampuni mereka yang tidak tahu apa yang mereka perbuat. Ini bukanlah sekadar memenuhi nubuat Yesaya (Yesaya 53: 12) yang mengatakan bahwa “Ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberotak”. Yesus tentu tahu bahwa bagi mereka yang didoakan masih ada kesempatan untuk meminta ampun atas dosa-dosa mereka. Pengampunan Tuhan bisa diberikan jika manusia mau mengakui dosa-dosa mereka. Tetapi, jika mereka merasa tidak berdosa, pengampunan tentunya tidak akan diberikan Tuhan.
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita. 1 Yohanes 1: 9 – 10
Mungkin dalam hal ini ada orang-orang yang merasa yakin bahwa mereka sudah hidup menurut perintah Tuhan, dan merasa yakin bahwa hidup mereka adalah lebih baik dari hidup orang lain. Perumpamaan Yesus tentang orang Farisi dan pemungut cukai yang ada dalam Lukas 18: 9 – 14 menceritakan adanya seorang Farisi yang berdoa di sebelah seorang pemungut cukai dan merasa bahwa ia “tidak sama seperti orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini”. Orang Farisi ini jelas tidak sadar akan dosa apa yang diperbuatnya: kesombongan. Karena tidak tahu akan dosa yang diperbuatnya, ia tidak bisa meminta ampun; dan karena ia tidak meminta ampun, ia tidak akan dibenarkan Tuhan. Sebaliknya, pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini”. Bagi pemungut cukai ini pengampunan Tuhan tersedia.
Sadarkah kita akan dosa yang kita perbuat? Mungkin kita tahu bahwa sebagai manusia kita dilahirkan dalam dosa. Semua orang sudah berdosa karena dosa yang diperbuat oleh Adam dan Hawa. Walaupun demikian, sadarkah kita akan segala dosa yang kita perbuat setiap hari, setiap jam dan setiap saat? Sudah tentu jika kita menghitung dosa-dosa yang kita lakukan, pikirkan, atau katakan setiap hari, jumlahnya adalah terlalu banyak untuk bisa disebutkan. Untuk sebagian orang, karena kebiasaan dan berbagai alasan, dosa yang banyak itu mudah dilupakan. Begitu juga, apa yang bisa diterima oleh masyarakat umum mudahlah diacuhkan. Karena banyak orang melakukan hal yang sama, kita mungkin merasa bahwa kita tidak berbuat salah. Itulah salah satu segi positive thinking. Memang perbedaan antara berpikir positif dan menolak kenyataan adalah tipis.
Pagi ini, firman Tuhan berkata bahwa pengampunan Tuhan ada tersedia bagi semua orang yang sadar akan dosanya. Roh Kudus bekerja setiap saat untuk mengingatkan kita agar kita selalu mengamati apa yang baik dan yang buruk dalam hidup manusia di dunia. Jika apa yang baik menurut firman Tuhan tidak kita lakukan dan apa yang buruk justru kita senangi, itulah kelemahan kita. Tetapi Roh Kudus jugalah yang memberi peringatan dengan tidak henti-hentinya agar kita tahu apa yang kita lakukan, agar kita peka akan apa yang baik dan apa yang buruk. Roh Kudus juga yang membimbing kita agar kita tidak jatuh kedalam positive thinking bahwa kita adalah orang-orang yang tidak lebih buruk dari orang lain. Biarlah dengan kerendahan hati kita mau meneliti kenyataan hidup kita hari demi hari untuk bisa memohon pengampunan Tuhan atas dosa-dosa kita, dan memperoleh kekuatan dari Tuhan agar kita mampu untuk memperbaiki cara hidup kita.
“Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!” Mazmur 51: 1