“Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan” Yesaya 46: 9 – 10

Jika kita rajin membaca berita dalam surat kabar atau dari media eletronik, pastilah kita sadar bahwa keadaan di benua Eropa saat ini sangatlah menguatirkan. Kemungkinan pecahnya perang yang melibatkan dua negara yang bersebelahan, Rusia dan Ukraina, agaknya sulit untuk dihindari. Jika itu memang terjadi, negara-negara lain seperti Amerika, Jerman dan Prancis pasti akan terlibat.
Memang setiap hari selalu ada saja kabar buruk yang terjadi di dunia. Tidak hanya berita tentang adanya kekacauan di bidang sosial, ekonomi dan politik di berbagai tempat, tetapi juga adanya penderitaan yang dialami manusia karena adanya kelaparan, penyakit, penganiayaan, kejahatan, perang atau kecelakaan. Mereka yang mempunyai perasaan tentu merasa sedih bahwa hal-hal yang sedemikian bisa terjadi tanpa bisa dicegah.
Memang sebagian manusia mungkin hanya memikirkan penderitaan orang lain secara sepintas lalu saja. Selama hal-hal itu tidak menyangkut hidup mereka atau hidup sanak saudara, mereka tidak merasa terbebani. Tetapi, kebanyakan manusia tentu bisa merasakan kesedihan yang dialami orang lain dan harus menerima kenyataan bahwa selama hidup di dunia memang penderitaan bisa datang silih berganti.
Apakah Tuhan itu benar ada dan tetap mengatur seisi jagad-raya? Jika Tuhan itu mahakuasa, mahatahu dan mahakasih, adakah yang Ia lakukan ketika Ia melihat bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada diri umat manusia? Inilah pertanyaan yang sulit kita jawab. Dalam kesulitan dan penderitaan yang besar, adalah normal jika kita mempertanyakan hal-hal itu.
Dimanakah Tuhan ketika malapetaka terjadi di dunia? Sedihkah Tuhan jika umat-Nya terkena bencana? Bagi orang Kristen hal ini adalah pertanyaan yang masih sering timbul. Bahkan adanya bencana dan malapetaka sering kali membuat hati menjadi kecil karena nampaknya malapetaka bisa terjadi pada siapa saja, di mana saja dan kapan saja.
Satu hal yang harus kita sadari ialah sifat Tuhan yang mahakasih tentulah bertentangan dengan pandangan sebagian agama atau pendapat beberapa pemuka agama, bahwa Dialah yang menyebabkan munculnya malapetaka. Dalam Yohanes 3:16 kita tahu bahwa karena Tuhan mencintai seisi dunia, Ia sudah memberikan jalan keselamatan melalui Yesus Kristus. Dengan kasih yang sedemikian besarnya, tidaklah mungkin bahwa Tuhan bermaksud membiarkan orang-orang atau bangsa-bangsa tertentu untuk menderita jika tidak ada sebabnya.
Sebelum kita bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, kita harus menyadari bahwa karena bumi ini sudah jatuh ke dalam dosa, hidup semua makhluk tidak lagi dapat memperoleh ketenteraman. Karena dunia ini adalah dunia yang tidak sempurna, manusia secara perorangan atau kolektif, bisa membuat kesalahan yang bisa mencelakakan orang lain atau dirinya sendiri. Dalam hal ini, kita harus ingat bahwa iblis dengan segala usahanya juga berusaha menghancurkan kehidupan manusia.
Dalam keadaan yang demikian, bagi umat Kristen satu-satunya pegangan hidup adalah kasih Tuhan yang sudah mengurbankan Anak-Nya yang tunggal untuk menebus dosa manusia. Karena sedemikian besar kasih Tuhan kepada manusia, Ia sebenarnya tidak menginginkan adanya bencana apa pun pada diri manusia. Walaupun begitu, karena dosa yang diperbuat manusia, Tuhan bisa mengizinkan terjadinya hal-hal yang menyedihkan sebagai peringatan dan hukuman. Selain itu, dalam berbagai penderitaan, kuasa Tuhan bisa terasa dan membuat orang mau berserah kepada-Nya.
Hari ini, jika kita mendengar adanya kemungkinan terjadinya perang baru di dunia, hati kita mungkin bertanya-tanya mengapa Tuhan seakan berdiam diri. Apakah Tuhan benar-benar mahakasih, mahaadil dan mahakuasa? Ayat di atas menunjukkan bahwa keputusan-Nya akan terjadi dan segala kehendak-Nya akan terlaksana. Apa pun yang terjadi adalah dengan sepengetahuan-Nya.
Kita sering kali tidak mengerti mengapa Ia mengambil keputusan tertentu, atau membiarkan hal-hal yang buruk terjadi di dunia. Tetapi, satu hal yang harus kita sadari adalah hidup di dunia ini hanyalah sebagian kecil dari hidup manusia. Orang mungkin hidup di dunia untuk 70-80 tahun dan dalam jangka waktu yang relatif singkat itu berbagai kesukaran dan penderitaan bisa muncul (Mazmur 90: 10). Tetapi kita tahu bahwa apa pun yang terjadi pada diri umat percaya, Tuhan selalu mempunyai maksud baik bagi mereka di masa mendatang. Apa yang akan datang sesudah hidup di dunia adalah yang lebih penting; masa yang abadi di mana kita yang sudah dipilih-Nya akan menerima kebahagiaan yang penuh bersama Tuhan.
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Roma 8: 28