“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.” Galatia 6: 9

Dalam sebagian filsafat timur sering dikatakan bahwa kekuatan baik dan kekuatan jahat itu ada dalam diri tiap manusia, yang senantiasa bertarung, berebut pengaruh. Jika kekuatan baik lagi di atas angin, orang tersebut akan mempunyai tingkah laku yang baik. Sebaliknya, jika kekuatan jahat yang lebih kuat, orang itu akan berbuat jahat tanpa bisa menghindarinya.
Dalam kalangan Kristen, ada orang yang percaya bahwa dalam diri manusia itu tidak ada kebebasan untuk memilih. Semua yang dikerjakan atau dialami manusia sudahlah ditentukan oleh Tuhan sejak mulanya. Jika manusia berbuat jahat mereka bertanggung jawab, tetapi jika mereka berbuat baik itu hanya dimungkinkan oleh Tuhan. Itu karena manusia pada hakikatnya sudah tidak mempunyai apa pun yang baik. Karena itu mereka akan berbuat jahat jika Tuhan tidak menentukan mereka untuk berbuat baik.
Memang dalam kehidupan manusia selalu dihadapkan pada pilihan akan hal yang baik dan buruk. Walaupun demikian, sering kali orang mempunyai berbagai ragam pengertian tentang apa yang baik dan apa yang buruk dalam usaha untuk mencapai suatu hasil. Ayat di atas menganjurkan agar kita untuk tidak berhenti berbuat baik, karena jika kita tetap bersemangat apa yang baik akan terjadi. Kita diajak untuk selalu memilih apa yang baik, agar kita dapat menikmati hasilnya jika kita taat kepada firman-Nya. Dengan demikian, tentunya Tuhan sudah memberikan umat-Nya kebebasan untuk menggunakan hati dan pikiran mereka untuk memilih tujuan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Ini bukanlah mudah untuk dilakukan dengan kekuatan sendiri.
Dalam memilih apa yang baik, ada orang yang melihat dari segi maksud, ada yang menimbang dari segi cara, dan ada juga yang memikirkan hasilnya saja. Sebagai contoh, orang mungkin mempunyai maksud atau iktikad yang baik tetapi menggunakan cara yang kurang baik. Orang itu bisa saja tidak merasa bersalah karena ia yakin bermaksud baik. Menurut pemikiran orang ini,
baik + buruk = baik
Tidaklah mengherankan bahwa ada banyak orang Kristen dan gereja yang terjebak dalam tindakan yang tidak baik karena adanya maksud baik.
Selain itu, jika ada orang yang mempunyai maksud buruk tetapi menggunakan cara yang tidak melanggar hukum, apa pun hasilnya orang itu tidak akan merasa bersalah.
buruk + baik = baik
Ada juga orang yang mempunyai maksud buruk dan menggunakan cara yang buruk, tetapi hasilnya terlihat baik dalam pandangan masyarakat.
buruk + buruk = baik
Orang ini mungkin bangga bahwa ia mencapai kesuksesan!
Bagi kita orang Kristen, konsep tentang kebaikan adalah didasarkan pada firman Tuhan. Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak bisa dikecoh. Alkitab mengatakan bahwa apa yang jahat adalah jahat, dan dosa tidaklah dapat dicampur dengan apa yang baik untuk memperoleh hasil yang baik. Apa yang buruk tidak dapat menghasilkan sesuatu yang baik. Hasil yang terlihat baik tidak dapat dicapai dengan cara-cara yang buruk. The ends do not justify the means. Kita harus hidup dalam kebenaran pada setiap waktu dan keadaan.
“Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” 1 Petrus 1: 15 – 16
Dalam kenyataan hidup, orang yang senang melakukan hal yang tidak berkenan kepada Tuhan biasanya tidak ingin mendengar firman Tuhan dan memahaminya. Itu karena firman Tuhan adalah seperti terang yang membuat kekeliruannya terlihat jelas. Sebaliknya, mereka lebih senang untuk hidup dan berteman dengan orang-orang yang sepaham. Mereka berusaha keras untuk mencapai hasil yang mereka inginkan, yang mereka pandang baik, dengan cara apa pun.
Dalam hal ini, hukum dunia dan pandangan manusia mungkin membenarkan semua itu berdasarkan hak asasi dan keadilan hukum setempat. Tidaklah mengherankan bahwa adanya legalisasi hal-hal seperti pernikahan sesama jenis dan aborsi di banyak negara, bisa membuat orang Kristen kurang berani menyatakan firman Tuhan dan bahkan merasa lelah dan jemu untuk berusaha menegakkan kebenaran-Nya.
Hari ini, panggilan Tuhan kepada kita adalah untuk tetap berjuang menegakkan kebenaran-Nya. Sebagian di antara kita mungkin menyambut panggilan ini dengan kerinduan dan semangat. Tetapi mungkin ada juga orang-orang yang merasakan keseganan dan keraguan. Mereka kuatir kalau-kalau usaha mereka untuk berjalan dalam kebenaran membuat mereka dimusuhi atau disudutkan oleh masyarakat. Mereka kuatir kalau-kalau dianggap munafik atau pembenci sesama. Walaupun demikian, kita tidak boleh segan atau gentar. Memang kegelapan tidak bisa bercampur dengan terang, dan kegelapan membenci adanya terang, tetapi terang Tuhanlah yang pada akhirnya akan menang jika kita tidak menyerah.
“Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.” Yohanes 3: 20 – 21