Hal mementingkan diri sendiri

“Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.” Yakobus 3: 16

Krisis yang terjadi di Eropa saat ini adalah yang terburuk sejak berakhirnya perang dunia kedua. Perang yang sekarang terjadi antara dua tetangga bisa saja berkembang menjadi permusuhan antar banyak negara. Hal ini sudah tentu membuat banyak orang prihatin. Tidak ada yang baik dalam peperangan, dan yang menjadi korban biasanya justru mereka yang membutuhkan perlindungan negara. Memang semua hal yang jahat adalah akibat dosa yang sudah meracuni seluruh umat manusia, sehingga setiap orang, suku, dan bangsa selalu ingin memenuhi keinginan dan kepentingan diri sendiri.

Rasa ego yang membawa bencana yang penah dilakukan manusia, tertulis dalam Alkitab untuk pertama kalinya ketika Kain membunuh Habel, adiknya (Kejadian 4: 4 – 8). Sejak itu, berbagai nama muncul dalam Alkitab dari orang yang memiliki kelakuan serupa. Orang yang dipilih Tuhan pun tidak terluput dari godaan untuk menjadi iri dan mementingkan diri sendiri, seperti halnya dengan raja Daud yang mengingini istri Uria, yaitu Batsyeba, dan kemudian menyebabkan kematian Uria di medan perang.

Dunia memang sering mengajarkan bahwa mereka yang sukses adalah orang yang tidak mau kalah dengan yang lain. Orang dan negara yang mau sukses adalah mereka yang bisa menundukkan atau menghancurkan yang lain. Lebih dari itu, bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia bisnis, keserakahan sering dianggap lumrah karena itu memberi motivasi untuk sukses, greed is good. Selain itu, bagi mereka yang bekerja dalam bidang politik, usaha untuk membuat golongan sendiri terlihat baik dengan menjelekkan golongan lain adalah biasa.

Sebenarnya setiap umat Tuhan seharusnya mempunyai keyakinan bahwa Tuhan membenci kekacauan. Ini tentunya dapat dimengerti, karena Tuhanlah yang menciptakan dunia ini dari sesuatu yang gelap, kosong dan tidak berbentuk (Kejadian 1). Dalam kehidupan bergereja pun, Tuhan mengingini umat-Nya untuk hidup dan berbakti kepada-Nya dengan tertib untuk mendapat kedamaian.

“Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera.” 1 Korintus 14: 33

Hari ini, jika kita melihat kehidupan di sekeliling kita, banyaklah hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan yang dilakukan manusia. Ada orang-orang yang menuruti suara hati dan pikiran yang sesat, yang meninggikan kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Ada juga yang dengan egonya, seakan siap untuk menghancurkan dan memusnahkan orang atau golongan lain.

Apa yang buruk adalah hasil perbuatan manusia, dan bukan sesuatu yang diciptakan Tuhan untuk manusia. Oleh sebab itu, setiap manusia bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Mereka yang menimbulkan kekacauan, dan ketakutan dalam masyarakat adalah musuh-musuh Tuhan, yang pada akhirnya harus mempertanggung-jawabkan perbuatan mereka. Sebaliknya, bagi kita yang mengikut perintah-Nya, tugas kita adalah untuk menjadi terang dunia, dengan membangun kekuatan, kasih dan ketertiban di dunia. Dalam keadaan seburuk apa pun, kita harus yakin bahwa Tuhan tetap memegang kontrol dan karena itu kita boleh tetap berharap akan pertolongan-Nya.

“Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” 2 Timotius 1: 7

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s