“Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi.” Lukas 12: 4

Dunia ini selalu penuh dengan hal-hal yang membuat orang kuatir. Memang ada orang yang senang pergi ke tempat yang berbahaya, melakukan hal-hal yang membuat hati berdebar-debar, atau melakukan sesuatu tindakan yang mempunyai risiko besar. Mereka yang tergolong “thrill-seeker“, memang sengaja mencari kesempatan untuk menantang bahaya untuk memuaskan diri sendiri. Tetapi, tidak ada seorang pun yang menyukai sesuatu yang bisa membawa kecelakaan atau bencana yang di luar kontrol. Hanya orang yang bodoh atau gila yang sengaja mencari bencana untuk diri sendiri atau orang lain.
Apa yang terjadi di Ukraina hari ini, membuat orang merasa kuatir, was-was dan bahkan takut karena teringat bagaimana perang dunia kedua sekitar 80 tahun yang lalu, juga bermula dengan pertentangan beberapa negara bertetangga di Eropa. Bagi banyak orang Kristen, hal semacam itu memaksa mereka untuk mengevaluasi iman mereka. Patutkah mereka merasa kuatir atau takut dengan adanya peperangan dan segala implikasinya? Apa yang harus atau bisa mereka lakukan untuk mengatasi rasa takut?
Rasa takut sebenarnya adalah sesuatu yang diberikan Tuhan sebagai berkat. Rasa takut bisa membuat orang menghindari bahaya. Selain itu, rasa takut kepada Tuhan, yaitu ketaatan kepada firman-Nya, adalah satu hal yang dikehendaki Tuhan agar umat-Nya bisa menikmati hidup yang aman dan berbahagia. Ayub, sebagai contoh, adalah orang yang takut akan Tuhan sehingga Tuhan mengasihinya dan melindunginya dari serangan iblis (Ayub 1: 8 – 10). Selain itu, banyak ayat Alkitab lain yang mengatakan bahwa takut akanTuhan akan membawa hikmat kebijaksanaan dan berbagai berkat. Tuhan memang menyayangi semua orang yang takut akan Dia.
“Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.” Mazmur 103: 13
Dalam kenyataan zaman ini, orang yang benar-benar takut akan Tuhan mungkin tidaklah banyak. Di kalangan Kristen pun, orang cenderung untuk mengesampingkan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin pada hari Minggu dan selama satu atau dua jam saja kita mengakui kedaulatan Tuhan dan berusaha meyakinkan Dia bahwa kita mempunyai rasa takut kepada-Nya. Tetapi di luar itu, kita sering hidup seperti manusia bebas merdeka yang mempunyai hak dan kuasa atas diri kita dan juga orang lain.
Kejadian buruk yang tidak terduga dalam hidup manusia seperti munculnya perang, mungkin membuat banyak orang menjadi kuatir dan bahkan takut menghadapi masa depan karena kepercayaan kepada diri sendiri menjadi goyah. Sesudah anjloknya harga saham, ada kemungkinan keadaan ekonomi dunia akan bertambah sakit. Kita jelas tidak berkuasa atas hidup kita, apalagi atas hidup dan perbuatan orang lain. Hal-hal yang sedemikian seharusnya membuat kita mencari pertolongan, tetapi jika kita tidak mempunyai iman kepada Tuhan, kepada siapa lagi kita bisa bergantung?
Harii ini Tuhan mengingatkan kita bahwa hidup kita bukanlah hanya di dunia yang fana ini. Jika hidup di dunia adalah sementara, bagi kita hidup sesudah ini adalah hidup yang kekal di surga bersama Tuhan, Raja semesta alam yang kita sembah. Karena itu, jika kita benar-benar takut kepada Tuhan, kita tidak perlu takut kepada sesama manusia. Sama seperti kita, mereka hanyalah makhluk yang kecil dan tidak berdaya di hadapan Tuhan.
Walaupun demikian, dalam menghadapi bahaya, sebagai manusia kita tidak bisa bergantung pada kekuatan diri sendiri. Sebaliknya, kita tahu bahwa sebagai orang yang takut kepada Tuhan, kita mempunyai keyakinan bahwa kita bisa mendekati-Nya dan memohon penyertaan-Nya. Biarlah kita mau memohon agar Tuhan memberi kita rasa damai dan sejahtera di saat yang sulit ini dan agar Ia menunjukkan kuasa-Nya untuk membawa perdamaian di bumi.
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” Filipi 4: 6-7