Kita tahu arti hidup jika kita tahu arti kematian

“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.” Filipi 1: 21-24

J.I. Packer adalah seorang anggota gereja Anglikan yang menghabiskan paruh pertama hidupnya di Inggris dan paruh kedua di Kanada tetapi yang mungkin paling populer di Amerika Serikat. Ia dikenal luas sebagai salah satu pempopuler teologi paling berpengaruh di abad kedua puluh. Pendeta dan teolog Packer pergi menemui Tuhan pada 17 Juli 2020. Dia berusia 93 tahun. Salah satu dari banyak tulisan beliau adalah “God’s Plans for you” atau “Rencana Tuhan untukmu”. Beliau menulis dalam buku itu “Only when you know how to die can you know how to live” yang artinya “Hanya jika kamu tahu bagaimana kamu akan mati akanlah kamu tahu bagaimana harus hidup”. Tulisan beliau menggarisbawahi cara hidup orang Kristen yang harus disesuaikan dengan kenyataan bahwa ia akan bertemu Tuhan yang mahasuci pada akhirnya. Karena itu semestinya orang Kristen sadar bahwa mereka harus bersiap setiap waktu untuk menghadapi kematian.

Barangkali, Paulus dalam menulis ayat di atas merasakan hal yang serupa bagi dirinya. Usia yang mulai melanjut dan tahanan rumah yang dialaminya tentunya membuat dia memikirkan apa yang mungkin terjadi di masa depan. Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan dan yakin atas keselamatannya, Paulus tentu tidak sangsi ke mana ia akan pergi pada akhir hidupnya. Ia akan ke surga. Dengan demikian, keadaan terburuk yang banyak dipikirkan orang lain yang mengalami pergumulan hidup, justru merupakan keadaan yang terbaik bagi Paulus. Kematian akan membawa dia ke perjumpaan dengan Kristus.

Paulus menulis bahwa mati adalah keuntungan. Mengapa demikian? Sebagai orang beriman, Paulus percaya bahwa karena imannya, ia sudah menerima keselamatan yang datang melalui darah Kristus. Tetapi, selama hidup di dunia, ia hanya bisa membayangkan keindahan surga. Hanya melalui kematian tubuh jasmaninya, ia akan menerima tubuh rohani yang abadi di surga. Membayangkan saat di mana ia bisa berjumpa muka dengan muka dengan Kristus, Paulus berkata bahwa ia akan merasa beruntung jika itu terjadi sekarang juga karena itu jauh lebih baik daripada hidup di dunia yang gelap ini.

Keyakinan bahwa hidup di surga itu lebih baik dari hidup di dunia barangkali dipunyai oleh setiap orang percaya. Memang orang percaya bahwa dalam Kristus ada kebangkitan yang memungkinkan mereka untuk hidup bersama Kristus untuk selamanya. Walaupun demikian, mungkin tidak ada orang Kristen yang memilih untuk mati secepatnya. Kebanyakan orang Kristen mungkin mengakui bahwa saat untuk meninggalkan dunia ini ditentukan oleh Tuhan; tetapi, mereka akan memilih hidup panjang di dunia jika itu mungkin. Dalam hal ini, tidak seorang pun yang tahu kapan mereka akan dipanggil Tuhan.

Alkitab menyatakan hidup manusia itu seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap (Yakobus 4: 13-14). Kita tidak dapat memperpanjang hidup kita sedetik pun. Tetapi itu bukan berarti bahwa kita harus mengharapkan perjumpaan dengan Kristus untuk datang secepat mungkin. Mengapa demikian? Paulus menjelaskan bahwa sekalipun hidup di surga itu jauh lebih baik, ada perlunya untuk hidup di dunia untuk bekerja dan berbuah, yaitu untuk kemuliaan Tuhan. Dalam hal ini, apa yang harus kita kerjakan dalam masyarakat di sekitar kita selagi kesempatan masih ada?

Mereka yang siap untuk mati adalah orang-orang beriman yang percaya bahwa iman mereka tidak sia-sia. Mereka akan menyambut kematian dengan tanpa rasa takut karena mereka sudah siap untuk menjumpai Tuhan yang mereka kasihi dan ingin hidup dalam kemuliaan-Nya di surga. Tetapi, orang-orang yang benar imannya adalah orang yang juga percaya bahwa selama hidup di dunia, mereka harus berusaha untuk hidup baik guna memuliakan Tuhan. Memang kita sudah diselamatkan, tetapi jika kita tidak memanfaatkan hidup kita seakan esok hari adalah saat untuk menjumpai Tuhan kita, iman kita mungkin masih dikuasai keinginan duniawi.

“Oleh itu, sebagaimana tubuh tanpa roh adalah tubuh yang mati, demikian juga iman tanpa perbuatan adalah iman yang sia-sia!” Yakobus 2: 26

Pagi ini, pertanyaan untuk kita adalah: “Apakah kita siap untuk mati?”. Apakah kita benar-benar siap untuk menjumpai Tuhan di surga? Jika kita memang siap untuk mati, itu berarti kita juga siap untuk hidup di dunia ini sebagaimana Tuhan menghendakinya. Kita harus tetap percaya, bahwa sekalipun keadaan saat ini kurang baik, kita harus tetap bersemangat untuk hidup guna melaksanakan perintah-Nya untuk menjadi persembahan yang berkenan kepada Tuhan.

“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Roma 12:1

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s