Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh. Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorang pun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku.” Lukas 14: 23-24

Alkisah ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh pelayannya untuk memanggil para undangan. Tetapi mereka yang sudah diundang itu semuanya menolak untuk datang. Ada yang berkata bahwa ia baru saja membeli ladang dan harus pergi melihatnya. Yang lain berkata bahwa ia telah membeli lima pasang sapi dan harus pergi mencobanya di sawah. Dan yang lain lagi berkata bahwa ia baru menikah dan karena itu tidak dapat datang. Si pelayan kemudian pulang dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu marahlah tuan rumah itu dan memerintahkan pelayannya untuk pergi ke segala jalan dan lorong kota dan membawa orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. Tuan rumah itu menghendaki agar rumahnya harus penuh.
Di sini Yesus menggambarkan tawaran Injil, pertama kepada orang Yahudi dan kemudian kepada orang bukan Yahudi. Bangsa Yahudi dengan tegas menolak tawaran yang Tuhan berikan kepada mereka melalui para nabi-Nya. Perumpamaan ini menunjukkan bahwa Kerajaan Allah terbuka untuk semua orang, bukan hanya orang Yahudi.
Mereka yang akhirnya datang ke perjamuan adalah orang-orang di luar bangsa Yahudi, yang dianggap lebih rendah derajatnya. Mereka adalah orang yang sakit, yang lemah, dan yang menderita. Mereka adalah orang yang membutuhkan penyelamatan, dan tanpa kasih karunia Tuhan tidak akan bisa berjumpa dengan Tuhan. Hanya karena karunia Tuhan yang ditawarkan secara cuma-cuma, mereka yang dipilih untuk masuk ke dalam perjamuan.
Apa yang Yesus maksudkan dengan “Tidak ada seorang pun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku”? Yesus mengajak para pendengar-Nya untuk bertobat dan percaya akan kabar baik yang diberitakan oleh -Nya. Tetapi banyak orang Yahudi yang menolak undangan-Nya. Adalah mungkin bagi kita untuk menolak undangan-Nya, seperti yang dilakukan banyak orang Yahudi. Dalam hal ini, Yesus menyatakan bahwa mereka yang menolak undangan Allah untuk menerima keselamatan itu sudah bersalah karena menolaknya dan tidak akan bisa menemui-Nya.
Siapakah mereka yang menanggapi panggilan dan menerima Kristus dalam iman? Yesus menyebut mereka “dipaksa” untuk datang. Inilah semua yang telah dipilih Bapa di dalam Kristus sejak sebelum dunia dijadikan untuk menjadi kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya (Efesus. 1:4). Hanya orang-orang pilihan inilah yang akan menjadi kumpulan orang-orang yang ditebus ketika Kristus datang kembali dalam kemuliaan. Pilihan kekal Allah memastikan mereka akan menanggapi panggilan itu dengan kerendahan hati.
Apa pelajaran utama yang Yesus miliki bagi kita dalam perumpamaan yang mengejutkan dan meresahkan ini? Pertama, tidak sedikit orang yang menolak panggilan Allah melalui utusan-Nya. Mereka yang tidak mau mendengarkan kabar keselamatan yang disampaikan hamba Tuhan. Mereka yang ke gereja hanya untuk bersosial, atau mereka yang sama sekali menolak ajaran Kristen. Tuhan akan meminta pertanggungjawaban mereka yang menolak panggilan itu pada hari penghakiman.
Kedua, Yesus ingin kita menyadari bahwa ada cara yang lebih halus untuk menolak panggilan itu. Seseorang mungkin hanya berbasa-basi untuk menerima panggilan Yesus tetapi tidak pernah benar-benar mau memperhatikan apa yang ditawarkan dalam panggilan itu. Bagaimana nasib kita jika berlaku sedemikian? Kabar buruknya adalah kita tidak memiliki kekuatan dalam diri kita sendiri untuk mengubah hati kita yang menolak. Kabar baiknya adalah Allah mau mengubah hati orang yang memberontak dengan kuasa Roh-Nya yang tak terkalahkan. Dalam hal ini, Tuhanlah yang menentukan siapa orang yang dipilih-Nya, dengan cara serta pada waktu yang ditetapkan-Nya.
Bagi kita yang bukan orang Yahudi, dari ayat di atas kita tahu mengapa kita diberi hak istimewa untuk masuk ke dalam berkat-berkat yang dijanjikan Allah kepada umat pilihan-Nya, Israel. Akan tetapi, ini bukanlah ayat yang mencemooh orang-orang Yahudi karena ketidakpercayaan mereka dan yang memuji orang-orang bukan Yahudi karena kecerdasan mereka yang lebih besar, sebagaimana dibuktikan oleh iman mereka kepada Yesus. Orang-orang bukan Yahudi adalah mereka yang terpaksa datang, dari jalan raya dan jalan-jalan kecil. Mereka, seolah-olah, adalah “gelandangan” di sepanjang jalan.
Kita bisa melihat adanya interaksi antara kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia. Ayat di atas mengaitkan kegagalan orang Israel untuk masuk ke dalam berkat-berkat kerajaan Allah dengan penolakan mereka terhadap undangan yang diberikan kepada mereka. Lukas tidak memberi tahu kita bahwa orang-orang Yahudi dijauhkan dari kerajaan karena pilihan Allah, tetapi karena pilihan mereka sendiri. Di sisi lain, keselamatan orang bukan Yahudi tidak dikaitkan dengan pilihan mereka, tetapi karena penetapan ilahi. Kedaulatan Allah dengan demikian ditekankan sehubungan dengan keselamatan, dan tanggung jawab manusia sehubungan dengan penghukuman.
Dalam ayat di atas, Allah memberi kita undangan untuk “datang makan malam di rumah-Nya,” seolah-olah, untuk menjadi anggota kerajaan-Nya, untuk duduk sebagai meja-Nya selamanya. Kita diampuni dari dosa-dosa kita dan dibenarkan di hadapan-Nya melalui karya Kristus, dan dengan itu kita bebas untuk menikmati persekutuan yang intim dengan Dia. Menerima Yesus atas undangan-Nya berarti memperoleh hak untuk masuk. Sebaliknya, menolak Yesus, atau bahkan menunda keputusan untuk menerima-Nya, adalah penyebab dari pemisahan kekal dari-Nya dan kerajaan-Nya.
Jika kita telah menanggapi panggilan Yesus dengan pertobatan dan iman, itu bukan karena usaha kita. Itu terjadi hanya karena Allah telah terlebih dahulu bekerja di dalam kita untuk mengubah kita menjadi umat-Nya di dalam Kristus. Tanpa karunia Allah kita hanya dapat menolak semua panggilan Allah dan memilih kesukaan duniawi yang membawa kematian. Keselamatan benar-benar hanya karena kasih karunia Allah. Kebenaran ini memang bisa membuat kita resah, tetapi Yesus ingin membuat kita berpikir dalam-dalam mengenai hidup kita karena suatu alasan. Dia ingin kita menemukan keselamatan dan hidup di dalam Dia saja, yang hanya oleh kasih karunia. Dan hanya di dalam Kristus kita dapat menemukan keselamatan yang kekal dan tak tergoyahkan.