“Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.” Roma 14: 12

Perang di Ukraina sudah membuat banyak warganya mengalami penderitaan yang besar. Dalam menghadapi serangan Rusia, seluruh warga pria yang berumur 18 sampai 60 tahun tidak boleh meninggalkan negara karena mereka diharuskan untuk ikut wajib militer. Mereka yang lain berbondong-bondong menuju ke stasiun kereta api untuk mengungsi ke tempat yang aman. Pemandangan yang meyedihkan terlihat di setasiun kereta api ketika para istri harus berpisah dengan sang suami dan anak-anak harus berpisah dengan sang ayah. Mereka yang mendapat tempat dalam kereta api setidaknya mempunyai harapan untuk selamat, tetapi yang ditinggalkan mempunyai masa depan yang tidak menentu.
Sebagai orang Kristen kita sudah diberi karunia keselamatan. Tujuan hidup kita sudah jelas, kereta api kita akan menuju ke surga. Dalam kereta, setiap penumpang diberikan kebebasan oleh Tuhan untuk melakukan apa saja selama perjalanan. Firman Tuhan di atas berkata bahwa setiap orang akan memberi pertanggungjawaban tentang dirinya sendiri kepada Allah. Tuhan yang memegang kontrol kehidupan kita, tetapi Dia tidak mengontrol kita sehingga kita hanya bisa melakukan apa yang dikehendaki-Nya.
Apa yang akan anda kerjakan hari ini? Apakah anda mempunyai rencana untuk melakukan sesuatu yang signifikan untuk hari-hari mendatang? Kebanyakan orang selalu membuat rencana untuk hari-hari depan selama masih bisa. Mereka yang sudah sangat lanjut usia mungkin kurang bisa untuk itu; karena itu rencana dan keputusan mungkin diserahkan kepada orang lain.
Memang selama pikiran masih sehat, keputusan dan tanggung jawab ada ditangan kita. Cara yang mudah untuk menghindari tanggung jawab adalah mengingkari adanya kesempatan atau kemampuan untuk mengambil keputusan. Atau juga menganggap bahwa semua yang kita lakukan tidak ada artinya di hadapan Tuhan yang sudah menentukan masa depan kita. Kereta api kita tidak dapat berubah tujuannya, dan karena itu kita hanya bisa duduk saja. Benarkah?
Memang, selama berada di dalam kereta kehidupan, ada banyak orang Kristen yang masih memikirkan betapa nikmatnya jika mereka tidak menumpang kereta. Mereka membayangkan kenikmatan hidup di luar kereta. Mereka masih memikirkan kesuksesan duniawi dan kemudian kecewa atau kuatir jika hidup saat ini tidak berjalan seperti yang dikehendaki. Ada juga yang masih membayangkan betapa enaknya hidup lamanya, yang mengejar keuntungan dan kenikmatan dengan menghalalkan segala cara. Pada pihak yang lain, ada orang-orang yang gelisah karena hidup dalam kereta sangat berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Selama berada dalam perjalanan mereka tidak perlu kuatir akan kemungkinan bahwa kereta tidak akan mencapai tujuannya. Tetapi mereka harus menjaga diri agar tidak terjatuh dari kereta atau tertinggal di salah satu stasiun ketika kereta berhenti.
Mereka yang berada di kereta kehidupan, mungkin tidak menyadari bahwa mereka sudah mendapatkan karcis secara cuma-cuma karena pengurbanan Yesus Kristus. Tuhan Yesus disalibkan agar siapa saja yang percaya mendapat karcis ke surga. Karcis itu sudah tentu sangat berharga dan tidak semua orang mendapat karcis itu. Walaupun demikian sebagian orang tidak mau menerimanya. Tidak semua orang yang sudah mendapat karcis itu merasa beruntung ketika mereka harus melakukan perjalanan yang jauh dan melelahkan. Bagi mereka, hidup sebagai orang Kristen diharapkan untuk menjadi hidup yang nyaman.
Apa yang harus kita lakukan selama berada di dalam kereta? Itu adalah sesuatu yang patut kita pikirkan, agar hidup ini tidak terasa membosankan, pahit, atau tidak berguna. Keputusan ada di tangan kita untuk bagaimana kita mengisi hidup kita. Keputusan yang kita ambil mungkin bisa membawa hasil yang baik, tetapi mungkin juga menghasilkan sesuatu yang kurang kita sukai. Bahkan ada keputusan yang bisa membawa kecelakaan atau penderitaan dan juga hukuman karena pelanggaran hukum Tuhan. Walaupun demikian, hidup manusia selama dalam perjalanan adalah hidup yang penuh dengan pilihan dan tanggung jawab pribadi. Mereka tidak bisa lolos dari itu.
Ada orang Kristen yang percaya bahwa segala sesuatu sudah ditetapkan Tuhan, tetapi manusia tidak mengetahui semuanya. Oleh karena itu, mereka harus bekerja keras tanpa memikirkan hasilnya, karena berhasil atau tidak bergantung kepada kehendak Tuhan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Pandangan semacam ini adalah bertentangan dengan ayat di atas, yang menyatakan bahwa setiap orang memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah. Adanya tanggung jawab menyatakan adanya pilihan yang nyata atas apa yang akan dilakukan, bukan tanggung jawab atas sesuatu yang tidak diketahui. Setiap orang Kristen tahu apa yang harus dilakukannya, yaitu segala sesuatu yang sesuai dengan firman dan sifat hakiki Tuhan.
Apa yang akan kita lakukan hari ini mungkin saja hanya hal yang kecil, yang rutin, yang mungkin tidak mempunyai konsekuensi besar. Tetapi mungkin juga kita dihadapkan dengan berbagai tugas berat yang mengharuskan kita untuk mengambil pilihan. Mungkin kita sudah bisa dan siap berdoa: “Biarlah kehendak Tuhan yang terjadi”. Tetapi keputusan tetap ada di tangan kita untuk mengambil tindakan. Kita jugalah yang harus bertanggung jawab atas apa yang kita pilih. Karena itu kita harus melakukan apa yang sesuai dengan kehendak Tuhan dalam perjalanan hidup kita.
Pagi ini kita dihadapkan dengan kenyataan hidup: bahwa hidup kita adalah suatu proses di mana kita selalu dihadapkan dengan pilihan dan tanggung jawab pribadi. Jika kita sekarang mengalami suatu keadaan, kita sendiri yang bisa menentukan reaksi kita dan kita sendiri yang bisa memutuskan apa yang akan kita akan perbuat. Kita yakin bahwa Tuhan memegang kemudi kereta kehidupan kita, tetapi Ia tidak menentukan apa yang kita lakukan selama hidup. Ia sudah memberikan perintah-Nya dan menunjukkan sifat-sifat keilahian-Nya yang harus kita fahami. Kitalah yang bertanggungjawab atas bagaimana kita menghabiskan waktu kita selama hidup di dunia.