“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.” Yohanes 15: 16

Manusia yang memilih Tuhannya, ataukah Tuhan yang memilih manusia? Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sering diperdebatkan manusia, terutama dikalangan umat Kristen. Pertanyaan yang serupa, tetapi lebih mudah dijawab adalah: manusia yang memilih agama, atau agama yang memilih pengikutnya? Sudah tentu manusia memilih agamanya, tetapi agama tidak sama dengan Tuhan. Hidup beragama belum tentu membawa pengenalan yang benar akan Tuhan.
Tuhan dengan sifat dan eksistensi-Nya sudah tentu tidak dapat dimengerti manusia. Tidak ada seorang pun yang hidup di dunia ini pernah ke surga dan melihat Tuhan. Segala tindakan Tuhan adalah berdasarkan kebijakan-Nya, yang sudah barang tentu tidak terjangkau oleh pikiran manusia. Karena itu, sangat sulit diterima pendapat sebagian orang yang merasa bahwa mereka sudah “menemukan” Tuhannya.
Bagi umat Kristen, terlepas dari hal bagaimana dan sejak kapan manusia mengenal Tuhannya, pada umumnya diterima pernyataan bahwa Tuhanlah yang memilih manusia untuk diperkenalkan kepada Dia. Mereka yang dipilih Tuhan, diberi kesempatan, jalan dan bimbingan untuk dapat merasakan kuasa, kasih dan eksistensi Tuhan, sekalipun mereka tidak lagi dapat melihat Tuhan dengan mata jasmani.
Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” Yohanes 20: 29
Kepercayaan bahwa Tuhan sudah memilih kita adalah sebuah hal yang sangat signifikan, karena pikiran manusia tidak bisa membayangkan apa untungnya Tuhan memilih manusia yang penuh dosa, yang selalu ingin berontak dari Tuhan. Mengapa Tuhan begitu ingin untuk memilih umat-Nya? Karena adanya pengurbanan Kristus di kayu salib, barulah kita bisa sadar bahwa itu semua karena kasih-Nya.
“Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” Roma 5: 8.
Dari ayat pembukaan di atas, kita bisa melihat bahwa Tuhan juga memilih umat-Nya untuk menghasilkan buah, yaitu berbagai bentuk kasih untuk sesama manusia. Jika buah dari pengurbanan Kristus di kayu salib adalah keselamatan kita, buah dari keselamatan kita, yang tumbuh karena Yesus sudah memilih kita, bisa membawa kabar keselamatan bagi orang lain.
“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.” Galatia 5:22-23
Hari ini, kita harus sadar bahwa tidaklah mudah untuk kita bisa mengikut Yesus dan memikul salib-Nya setiap hari. Penderitaan akan datang karena dunia membenci pengikut Kristus, seperti mereka yang dulu membenci Kristus.
“Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu.” Yohanes 15: 18
Jika kita berusaha untuk berbuat baik dan mengasihi sesama kita, banyak orang yang tidak mau menerima kasih kita, persis seperti mereka yang dulu menyalibkan Yesus. Inilah yang sering kali membuat kita merasa sulit untuk berbuat baik kepada orang-orang tertentu. Dengan demikian, kita mungkin lebih senang untuk mengasihi mereka yang segolongan dan sepengertian dengan kita.
Bagaimana kalau demikian? Sanggupkah, dapatkah, manusia yang lemah seperti kita mengikut jejak Yesus dan hidup dan giat bekerja untuk memberitakan kabar baik ke ujung dunia? Tuhan yang sudah memilih kita adalah Tuhan yang mahakuasa, dan Ia mendengar doa-doa kita, supaya apa yang kita minta kepada Bapa dalam nama Yesus akan diberikan-Nya kepada kita. Karena itu kita harus yakin dalam iman bahwa jika Tuhan berserta kita, tidaklah ada yang perlu kita kuatirkan dalam hidup kita. Roh Kuduslah yang akan memberi kita buah-buah Roh jika kita hidup sesuai dengan firman-Nya dan tidak mendukakan Roh-Nya.
“Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. Efesus 4: 30-32