Perdebatan antar umat Kristen

“Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.” 1 Petrus 3: 15 – 16

Dalam kehidupan bergereja, pada umumnya jemaat menghormati para pemimpin gereja, penatua dan pendeta. Walaupun demikian, dengan perubahan sosial, hukum, teknologi dan pendidikan, para pemimpin gereja sekarang sering juga harus menghadapi berbagai komentar, kritik dan bahkan tantangan yang berasal dari jemaat atau orang Kristen yang lain. Perdebatan dan pertengkaran sering terjadi di antara umat Kristen baik secara langsung atau melalui media.

Bagi mereka yang hidup di daerah yang sudah terjangkau teknologi, komunikasi antar manusia mengenai soal kepercayaan mungkin lebih sering terjadi melalui media sosial. Kita bisa mengikuti debat antar agama, antar aliran gereja dan antar individu melalui Youtube, Whatsapp, Facebook dan sejenisnya. Terkadang diskusi semacam ini menjadi sangat hangat dan berkelanjutan dengan saling menyerang dan saling merendahkan yang lain. Sungguh menyedihkan.

Karena kemajuan teknologi, banyak yang menduga bahwa menjadi umat Tuhan tidaklah semudah abad-abad yang lalu. Itu ada benarnya. Tetapi pada zaman rasul-rasul keadaan gereja tidaklah serba tenang dan tenteram. Karena pada saat itu gereja baru mulai tumbuh, berbagai masalah internal dan eksternal sering menyebabkan ketegangan dan pertengkaran. Peraturan gerejani, sosial dan organisasi pada waktu itu masih sangat minim, dan masyarakat tentunya masih bergumul dalam hal etika dan hukum. Karena itu, sering terjadi berbagai persengketaan di antara umat Tuhan.

Bayangkan jika anda berjumpa dengan seseorang teman lama. Mungkin perjumpaan itu diawali dengan basa-basi, tetapi kemudian muncul pertanyaan apakah anda pergi ke gereja setiap minggu; dan selanjutnya perbincangan berlanjut dengan hal iman Kristen. Jika orang itu mengira bahwa anda kurang mempunyai pengertian tentang iman, ada kemungkinan ia kemudian mencoba untuk menjelaskan bahwa mendalami iman adalah perlu. Mungkin, orang itu kemudian mencoba untuk memperkenalkan apa yang benar dan baik menurut apa yang dipercayainya. Ini juga dapat menimbulkan salah mengerti dan percekcokan yang bisa membuat persahabatan menjadi hancur.

Ayat di atas mengajarkan bahwa jika orang mempertanyakan hal iman kita, kita harus menjawabnya dengan lemah lembut dan hormat, tanpa maksud buruk, supaya mereka yang membenci kita menjadi malu karena hidup dan sikap kita yang tak bercela. Baik dalam kehidupan sehari-hari atau dalam pertemuan di dunia maya, berbeda dengan apa yang dilakukan oleh orang tidak mengenal Kristus, orang Kristen harus menyatakan kasihnya kepada sesama manusia. Mengasihi sesama manusia bukanlah berarti hanya mengasihi orang yang seiman dan segolongan saja, tetapi semua orang yang hidup di dunia. Mengasihi berarti menghargai orang lain dan mau menolong mereka yang dalam kesulitan. Sekalipun kita tidak menyetujui apa yang dilakukan atau dipercayai orang lain, kita tidak dengan sengaja mencari musuh dengan berusaha menghancurkan atau menghina mereka.

Action speaks louder than words. Apa yang kita perbuat adalah lebih efektif dari kata-kata, begitu kata peribahasa Inggris. Kita boleh berdebat dengan orang lain mengenai hal iman, tetapi pada akhirnya apa yang lebih mudah dimengerti adalah tingkah laku kita dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita benar-benar sudah menerima penebusan Kristus, hidup kita pastilah diisi dengan kasih, sukacita  dan kelemahlembutan. Dengan demikian, banyaklah orang yang mengambil keputusan untuk mau mengenal Kristus karena mereka melihat Dia hidup dalam diri kita.

Apa yang ditulis Paulus adalah cocok untuk diperhatikan dan dilaksanakan oleh setiap umat Kristen, terutama para pemimpin jemaat. Paulus menasihati kita untuk menghindari perdebatan tentang soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Semua orang tentunya tahu bahwa soal-soal itu cenderung menimbulkan pertengkaran. Kita sebagai pengikut Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi sebaliknya harus ramah terhadap semua orang.

Bagaimana kita harus menghadapi mereka yang gemar mendebat firman Tuhan? Kita harus mampu mengajar dengan sabar dan dengan lemah lembut dan dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan masih memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran. Biarlah firman Tuhan di hari Minggu ini memberikan kita insentif untuk bisa menjadi terang dunia!

“Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran, sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran” 2 Timotius 2: 23 – 25

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s