“Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.” Yakobus 4: 17

Satu perbedaan besar antara iman Kristen dan kepercayaan yang lain adalah dalam hal berbuat baik. Dalam kepercayaan lain, berbuat baik, memberi sedekah dan sesajen mungkin dianggap bisa menyelamatkan manusia dari murka Tuhan di dunia. Agama lain juga ada yang menekankan bahwa berbuat kebaikan, terutama untuk sesama, adalah penting untuk menjamin tempat di surga. Selain itu diajarkan pula bahwa makin banyak amal sedekah kita, makin enak hidup kita di surga.
Agama Kristen memang berbeda dengan agama lain karena iman kepada Tuhan yang mahakuasa dan mahasuci tidak memungkinkan manusia berbuat baik untuk menghindari murka Allah atas dosa manusia. Hanya melalui pengurbanan Yesus kita bisa diselamatkan. Selain itu, karena Allah itu mahabesar dan mahakaya, persembahan yang kita berikan tidaklah berarti apa-apa untuk-Nya. Jika kita terpilih oleh panggilan kasih-Nya, kita akan bersama Tuhan di surga dan menikmati segala kemuliaan surgawi yang ada di sana. Tuhan sebenarnya menghendaki persembahan hidup kita dan bukannya persembahan materi. Persembahan materi kita hanyalah untuk menyatakan rasa syukur dan melambangkan penyerahan hidup kita kepada Tuhan.
Karena perbuatan baik manusia itu seolah tidak dipentingkan dalam iman Kristen, banyak orang Kristen yang kurang bersemangat untuk berbuat baik. Bagi mereka, asal tidak berbuat jahat sudah cukup. Pokok tidak ikut-ikutan berbuat dosa, cukuplah! Biarkan orang lain berbuat dosa, kita tidak perlu ikut campur! Jangan ikut-ikutan berusaha menegakkan hukum dan keadilan karena risikonya besar. Ini sudah tentu bukanlah sikap yang baik, karena mempersembahkan hidup berarti bukan saja menyangkut segi rohani. tetapi juga jasmani kita.
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Roma 12:1
Dalam sejarah dunia, memang ada orang yang heran dan kagum melihat adanya orang-orang Kristen yang berjuang keras untuk berbuat baik dalam melayani gereja dan masyarakat, menegakkan keadilan sosial dan hukum, memajukan kesehatan dan pendidikan dan sebagainya. Tetapi mungkin ada juga orang yang mencemooh orang Kristen yang demikian dan menuduh mereka itu sekadar mencari keuntungan untuk diri mereka sendiri.
Ayat pembukaan kita di atas jelas mengatakan bahwa jika kita tahu bagaimana harus berbuat baik tetapi tidak melakukannya, kita berdosa. Ini pernyataan yang berat dan tajam. Sudah tentu, setelah Tuhan menggerakkan hati kita untuk menerima anugerah keselamatan, mata kita dicelikkan sehingga kita bisa membedakan apa yang baik dari apa yang jahat. Kita sadar bahwa mencuri misalnya, adalah perbuatan jahat, dan memberi adalah perbuatan baik. Sebagai orang yang sudah bertobat, kita mungkin sudah berhenti berbuat jahat, tetapi belum sepenuhnya merasa terpanggil untuk berbuat baik. Sering kali kita berpikir bahwa ada orang-orang lain yang ditentukan Tuhan untuk berbuat baik dan menjadi pejuang-pejuang Kristen. Kita sendiri cukup menjadi orang Kristen biasa.
Dalam kehidupan kekristenan saat ini, kita menjumpai adanya gereja yang sangat aktif dalam hal pengajaran atau hal penginjilan, dan ada juga yang mementingkan puji-pujian, yang menggaris-bawahi hal kesucian hidup, atau menekankan pelayanan sosial. Semua itu adalah baik asalkan dilandasi dengan hukum Kasih yang diucapkan Yesus Kristus,
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” Markus 12: 30-31
Kita harus sadar bahwa dalam melaksanakan kedua hukum itu, kita harus menempatkan kewajiban untuk mengasihi Tuhan sebagai hal yang terutama, di atas hal yang kedua yang menyangkut kasih kepada setiap orang. Kita tidak boleh menganggap hal melayani sesama lebih penting dari usaha kita untuk mengasihi Tuhan dengan seluruh hidup kita. Kita harus sadar bahwa kita tidak dapat mengasihi sesama kita dengan cara yang benar jika kita tidak mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan. Pada pihak yang lain, jika kita mengasihi Allah, kita harus juga bisa mengasihi sesama kita seperti apa yang diungkapkan dalam perumpamaan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati..
Jikalau seorang berkata: ”Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya. 1 Yohanes 4: 20-21
Pagi ini kita diingatkan bahwa Tuhan menciptakan seisi dunia ini dengan maksud agar semuanya indah dan baik. Manusia diciptakan-Nya untuk hal-hal yang baik, untuk memuliakan Tuhan; tetapi karena dosa, manusia tidak lagi dapat memenuhi tugas Ilahi itu. Hanya melalui darah Kristus, kita bisa menjadi ciptaan baru. Sebagai ciptaan baru yang bersyukur atas kasih-Nya, panggilan untuk berbuat baik itu diteguhkan kembali.
Menjadi ciptaan baru dalam Tuhan bukanlah hal yang remeh. Adalah sebuah ironi jika kita mau mengaku dosa, bertobat dari hidup lama kita dan menerima hidup baru, tetapi mengabaikan perintah Tuhan untuk berbuat baik. Sangat menyedihkan kalau orang Kristen dapat tidur lelap setelah menyaksikan kejahatan dan penderitaan yang terjadi atas diri orang lain. Hidup baik dengan aktif berbuat baik untuk Tuhan dan sesama adalah ciri manusia yang sudah dilahirkan kembali!
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” 2 Korintus 5: 17