Tuhan menghargai jerih payah kita

“Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” Matius 25: 21

Ayat di atas muncul di saat Yesus menyampaikan perumpamaan tentang talenta (Matius 25: 14-30). Jika perumpamaan ini adalah sebua perumpamaan yang sering disampaikan dalam bentuk renungan atau khotbah, ayat di atas mungkin jarang dibahas secara mendalam. Kebanyakan pembahasan mengenai talenta adalah dikaitkan dengan tanggung jawab umat Tuhan dalam menggunakan berbagai berkat Tuhan untuk kemuliaan-Nya. Tetapi, ayat di atas jelas menunjukkan bahwa Tuhan menghargai perbuatan baik (good works) dari manusia, dan kita boleh berharap akan, dan bahkan menginginkan, pujian dari Tuhan atas hidup baik kita di duna.

Perbuatan baik tidaklah membawa keselamatan bagi manusia, tetapi perbuatan baik adalah respon kita atas keselamatan yang sudah diberikan Tuhan. Dengan demikian, mereka yang sudah diselamatkan tentunya akan menanggapi panggilan Tuhan untuk berbuat baik, karena itu adalah bagian dari proses penyucian umat percaya selama hidup di dunia. Mereka yang sudah benar-benar diselamatkan akan berusaha hidup baik dan berbuat baik dengan pertolongan dan bimbingan Tuhan, karena adalah baik jika kita menghadap Tuhan dan mendapat pujian dari-Nya daripada mendapat celaan.

Pemikiran tentang mendapatkan pujian dari Tuhan pada saat umat-Nya menghadap Dia, mungkin sering dikhotbahkan dalam gereja-gereja tertentu, tetapi jarang dan bahkan diabaikan pada gereja-gereja lain. Mengapa begitu? Pemikiran bahwa Tuhan sudah memilih umat-Nya untuk diselamatkan, dan sudah menentukan segala sesuatu dalam hidup mereka, membuat orang agak apatis untuk berbuat baik. Apalagi, seringkali perbuatan baik sering diberi konotasi yang kurang baik, karena adanya anggapan bahwa orang yang melakukannya adalah orang yang ingin diselamatkan melalui usaha sendiri.

Alkitab menggambarkan hubungan orang Kristen dengan Tuhan adalah seperti hubungan antara suami dan istri. Karena orang Kristen adalah seperti mempelai yang dikasihi oleh Yesus Kristus. Yesus yang sudah berjanji untuk menyertai kita untuk selamanya, mengharapkan agar kita juga setia kepada-Nya dalam setiap keadaan. Mau memuliakan Tuhan dengan hidup kita, dan tidak pernah menyia-nyiakan berkat-berkat yang sudah dikaruniakan-Nya dalam hidup kita.

Keinginan untuk menggunakan berkat Tuhan untuk kemuliaan-Nya sering kali padam ketika orang kurang bisa merasakan kasih-Nya dan berkat-Nya dalam hidup. Banyak orang Kristen yang mengharapkan hidup yang penuh kemakmuran dan kesuksesan jika mereka mengikut Yesus, kemudian goncang imannya ketika hidup berubah menjadi buruk, dan jika apa yang diberikan Tuhan dalam hidup mereka terasa kecil. Tuhan terasa tidak adil, dan karena itu keiniginan untuk memakai talenta guna memuliakan Tuhan menjadi berkurang (Matius 25: 24-25).

Bagaimana kita bisa berbuat baik dalam setiap keadaan? Rasul Paulus adalah contoh orang yang merasakan banyaknya asam-garam kehidupan. Ia pernah menjadi tokoh agama, orang kaya, pandai dan ternama, orang yang kejam terhadap pengikut Kristus. Tetapi, sesudah ia bertobat, Paulus berubah menjadi rasul yang bijaksana, penuh kasih, dan benar-benar taat kepada Kristus dalam setiap keadaan, dalam keadaan sehat ataupun sakit, dalam kelimpahan atau kekurangan; dan bahkan ketika hidupnya dalam bahaya, ia tetap bekerja untuk kemuliaan Tuhan. Ia setia sampai mati.

Paulus juga menggambarkan kesetiaan orang Kristen kepada Tuhan sebagai seorang prajurit yang tidak memusingkan persoalan hidupnya, sebagai seorang olahragawan yang mau mengikuti peraturan-peraturan olahraganya, dan sebagai seorang petani yang harus bekerja keras untuk menikmati hasil usahanya. Dengan demikian, memikirkan kepentingan Tuhan, menjalani hidup baik sesuai dengan firman-Nya, dan bekerja untuk kemuliaan-Nya adalah tugas kita.

Hidup sebagai pengikut Kristus memang tidak mudah. Tetapi, kenyataan bahwa Ia sudah mati berkurban untuk kita seharusnya membawa kesadaran bahwa kita yang sudah dipilih-Nya, adalah makhluk yang sangat berharga. Kesadaran inilah yang harus mebuat kita untuk setia dalam iman, dan mau bekerja untuk Tuhan dalam keadaan apa pun sehingga kita bisa menjadi contoh tentang kesetiaan yang sejati bagi orang lain.

“Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal.” 2 Timotius 2: 10

Hari ini, pertanyaannya apakah kita mempunyai kesetiaan seperti hamba yang baik. Ataukah kita tidak perlu memikirkan apa yang kita lakukan dalam hidup kita karena keselamatan kita sudah terjamin?

”Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” Lukas 16: 10

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s