“Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya. Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa. Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.” 1 Korintus 14: 13-15

Hari Minggu yang baru lalu adalah hari Pentakosta, hari di mana Roh Kudus turun ke atas murid-murid Yesus, lima puluh hari setelah kebangkitan-Nya. Hari Pentakosta adalah hari penting dalam sejarah gereja, bahkan dianggap oleh sebagian denominasi sebagai hari berdirinya gereja, yaitu persekutuan orang percaya.
Sesungguhnya hari turunnya Roh Kudus adalah hari yang penting untuk diperingati, bukan hanya untuk mengenang bagaimana Roh Kudus turun secara luar biasa, dan bersama itu banyak orang yang menjadi pengikut Kristus, tetapi lebih dari itu hari Pentakosta seharusnya mengingatkan kita bahwa Roh Kudus sudah dikaruniakan kepada kita dan setiap orang percaya.
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Kisah Para Rasul 1: 8
Pada waktu Yesus menjanjikan datangnya Roh Kudus, apa yang dinyatakan-Nya ialah bahwa para pengikut-Nya akan menerima kuasa dan mereka akan menjadi saksi-Nya di mana saja. Mereka menjadi saksi Yesus melalui perubahan hidup mereka yang menunjukkan sesuatu sudah terjadi. Hidup lama yang berpusat pada diri sendiri sudah berubah menjadi hidup yang memuliakan Tuhan dan mengasihi sesama. Hidup yang dulu sering diisi kekuatiran dan kesedihan, sekarang diisi kebahagiaan dalam Tuhan. Mereka yang dulunya ragu-ragu dalam mengabarkan injil, sekarang menjadi bersemangat dan mati-matian mau bekerja keras di ladang Tuhan. Itu semua menunjukkan bekerjanya Roh Kudus: ada kuasa baru dalam hidup mereka yang percaya.
Banyak orang Kristen yang belum atau tidak merasakan kehadiran Roh Kudus dalam hidup mereka. Tidak adanya hal yang istimewa atau spektakuler yang pernah terjadi dalam hidup mereka seolah membuat suatu tanda tanya: apakah mereka benar-benar sudah menjadi pengikut Kristus? Terkadang, mungkin ada juga rasa sedih mengapa jika Tuhan sudah menerima mereka, tidak ada yang terlihat luar biasa dalam hidup mereka?
Bagi sebagian orang Kristen, keinginan untuk mendapatkan tanda bahwa Tuhan benar-benar sudah menyelamatkan mereka dan menyertai mereka adalah begitu besar, sehingga mereka menanti-nantikan datangnya karunia ajaib yang sudah pernah diberikan kepada jemaat Kristen yang mula-mula. Salah satu yang dianggap penting adalah karunia lidah, karena dulu mereka yang mendapatkannya bisa berbicara dalam bahasa-bahasa asing yang sebenarnya bukan bahasa mereka sendiri. Dengan demikian, banyak orang yang berusaha sekuat tenaga, dengan ketekunan berdoa atau dengan cara-cara lain untuk mendapatkannya.
Karunia lidah yang berupa kemampuan berbahasa asing sekarang sudah sangat jarang dijumpai, tetapi karunia berbahasa roh adalah suatu karunia yang sering kita jumpai. Karunia berbahasa roh ada gunanya, walaupun tidak sama dengan kemampuan berbahasa asing. Dalam ayat-ayat di atas, Paulus telah menunjukkan kepada orang-orang Kristen di Korintus mengapa penerapan karunia rohani berbahasa roh selama kebaktian gereja tidaklah mudah. Singkatnya, tidak ada gunanya ketika tidak ada orang yang mengerti kata-kata yang diucapkan. Dia menambahkan dalam ayat-ayat berikutnya bahwa pengecualian untuk aturan ini adalah jika pembicara atau orang lain dapat menafsirkan apa yang dikatakan.
Untuk alasan itu, Paulus memberitahu mereka yang memiliki karunia berbahasa roh untuk berdoa memohon karunia tambahan untuk menafsirkan bahasa roh (1 Korintus 12:10). Karunia ini akan memungkinkan orang percaya untuk secara supernatural memahami apa yang dikatakan dalam bahasa yang tidak dikenal itu dan menerjemahkannya ke dalam bahasa mereka yang hadir sehingga mereka juga dapat mengerti.
Apa yang dinamakan karunia adalah suatu pemberian yang datang dari Tuhan atas kehendak-Nya semata-mata. Paulus menjelaskan bahwa karunia rohani tidak dapat diperoleh melalui kerja keras atau pelatihan atau dengan melakukan perbuatan baik. Karunia rohani harus diberikan oleh Allah melalui Roh Kudus. Orang Kristen tidak mampu untuk mendapatkannya dengan usaha sendiri. Itulah mengapa Paulus memberitahu orang-orang yang berbicara dalam bahasa roh untuk berdoa untuk memohon karunia penafsiran.
Tidak dapat disangkal, bahwa mereka yang rajin berdoa sering kali kehilangan kata-kata untuk menyatakan perasaan mereka. Apa yang keluar dari mulut mereka mungkin saja berupa suara yang merupakan bahasa roh yang tidak dapat dimengerti orang lain. Dengan bahasa roh yang seperti itu, mereka lebih dapat merasakan kehadiran Tuhan. Dalam hal ini, Paulus juga menulis bahwa jika orang berdoa dengan bahasa roh, maka rohnyalah yang berdoa, tetapi akal budinya tidak turut berdoa.
Pagi ini kita harus sadar bahwa kita boleh berdoa dengan berbahasa roh, tetapi kita harus berdoa juga dengan akal budi dan bahasa kita. Kita boleh menyanyi dan memuji dengan bahasa roh, tetapi juga akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budi dan bahasa sehari-hari kita agar orang lain bisa ikut memuji Tuhan. Semoga Tuhan memberkati kita sekalian.