“Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” 2 Timotius 4: 2

Mungkin banyak orang Kristen yang sadar akan sulitnya untuk memberitakan firman Tuhan. Biasanya orang ragu untuk menyampaikan firman Tuhan karena merasa kurang mampu untuk berbicara di depan umum, atau kurang faham mengenai dasar-dasar teologi Kristen. Penginjil besar yang kita kenal, Billy Graham, pernah juga merasakan hal yang serupa. Hanya dengan kekuatan dari Tuhan, ia bisa mengatasi keraguannya dan perlahan-lahan belajar menjadi penginjil yang sangat efektif dalam membawa orang ke dalam pengenalan akan Tuhan.
Sebenarnya, menjadi pembawa firman Tuhan tidak harus diartikan bekerja sebagai penginjil atau pendeta. Amanat Agung dari Yesus untuk mengabarkan Injil adalah perintah-Nya untuk semua orang percaya. Kita bisa membawakan firman Tuhan di rumah, sekolah, kantor dan di mana saja, dan itu bisa disampaikan kepada satu, dua atau banyak orang.
Tugas mengabarkan Injil bukan sekadar tugasnya para pendeta, penginjil atau pastor, tetapi tugas kita semua yang telah menjadi anak-anak Allah, karena pengakuan kita akan Kristus sebagai Juruselamat kita dan pengantara kita kepada Bapa di surga. Kita pun tidak perlu khawatir dengan keadaan kita yang tidak sepandai para pemimpin gereja, karena Juruselamat kita telah berjanji menyertai kita. Oleh karena itu, semestinya apa pun keadaan kita, pekabaran Injil tidak boleh terhambat atas alasan apa pun.
Karya keselamatan Kristus patut untuk diwartakan ke segala penjuru dunia oleh siapa saja yang sudah menerima keselamatan tersebut. Yesus Kristus pun tidak secara spesifik menyebutkan, bahwa hanya para hamba Tuhan, pemimpin gereja, atau penginjil yang harus mengabarkan Injil. Sebaliknya, itu menjadi tanggung jawab kita semua orang Kristen, sekalipun kita hanyalah warga awam. Bahkan, sekalipun kita tidak memiliki pengetahuan teologi sekaliber pendeta atau pastor, tetapi hidup sehari-hari kita yang sudah diubahkan oleh Kristus adalah bukti pekerjaan-Nya. Itulah apa yang sebenarnya yang justru mudah dilihat oleh orang-orang belum percaya di lingkungan sekitar tempat kita tinggal.
Pada pihak yang lain, situasi di gereja terkadang justru belum bisa memenuhi kebutuhan jemaat. Bisa jadi ada pemimpin gereja, entah itu pendeta atau pastor, ataupun para penginjil yang memimpin pos-pos Injil, yang kurang cakap memberikan pemahaman yang sederhana kepada umat yang warga awam, kemungkinan karena keterbatasan kemampuan mereka untuk mencari bahasa sederhana. Selain itu, ada pendeta atau pastor yang lebih gemar menyampaikan pandangan teologinya yang nampak berbobot daripada memberitakan firman.
Perlu diingat bahwa tidak setiap orang Kristen memiliki kadar pemahaman yang sama akan isi Alkitab karena jarang membaca, apalagi mempelajari Alkitab. Karena itu, dalam menyampaikam firman Tuhan, kita harus berlandaskan kebenaran Alkitab yang kita pelajari menurut ajaran teologi yang sudah kita punyai, tetapi harus dimunculkan dalam penampilan yang cocok dengan keadaan mereka yang kita injili.
Sebenarnya, untuk mengabarkan firman Tuhan, orang tidak harus masuk sekolah Alkitab atau mempunyai gelar teologia, tetapi orang tersebut harus benar-benar orang yang percaya kepada Allah Bapa, Allah Anak dan Alah Roh Kudus. Lebih penting dari itu, orang tersebut haruslah hidup dalam terang Kristus, memiliki iman yang benar, dan rajin membaca Alkitab dan mempelajari makna ayat-ayat yang ada dalam konteks yang benar; secara utuh dan bukan secara terpisah-pisah.
Dalam ayat pembukaan di atas, Paulus menasihati rekannya yang jauh lebih muda, Timotius, tentang bagaimana ia harus mempersiapkan diri untuk membawakan firman Tuhan. Pertama, Timotius harus siap menyampaikan firman Tuhan ketika situasi lagi kondusif. Ungkapan “waktu yang baik” mengacu pada saat-saat ketika seseorang, dengan akal sehat, “seharusnya” menyampaikan firman. Ini sehubungan dengan keadaan yang bersahabat, atau situasi yang aman.
Kedua, Timotius harus siap berkhotbah ketika situasi tidak nyaman. Ini adalah arti dari ungkapan “tidak baik waktunya”. Inilah saat-saat ketika menyatakan kebenaran itu canggung, sulit, atau ditentang.
Ketiga, dia harus menyatakan apa yang salah. Ini menggemakan seruan Paulus untuk “menegur” yang ditemukan dalam 1 Timotius 5: 20.
Keempat, Timotius harus menegur orang yang salah. Istilah Yunani yang diterjemahkan sebagai “teguran”, yang dalam konteks ini berarti memarahi, mencaci, atau mengoreksi.
Kelima, Timotius harus menasihati, sebuah istilah yang mengacu pada dorongan atau himbauan. Ini melibatkan dukungan, hiburan, dan bantuan.
Keenam, Timotius harus berkhotbah dengan kesabaran. Bagi mereka yang memimpin, dan terutama ketika menghadapi oposisi, ini tidaklah mudah dilakukan. Namun, Paulus menyebutkan ini sebagai bagian dari buah Roh (Galatia 5:22-23). Kesabaran, meskipun selagi merasa frustrasi, dimaksudkan untuk menjadi ciri iman Kristen. Dengan adanya kesabaran dan rasa kasih, makin banyak orang yang akan tertarik untuk mengenal Allah.
Ketujuh, pemberitaan firman Timotius harus mencakup pengajaran, sebuah istilah yang mengacu pada instruksi. Dia harus memakai hati dan pikiran, melatih orang percaya untuk mengikuti kebenaran Allah.
Hari ini kita belajar dari rasul Paulus bagaimana kita bisa belajar menjadi pembawa firman Tuhan yang baik, yang bisa membimbing banyak orang untuk mengenal Tuhan dan hidup sesuai dengan firman-Nya. Biarlah kita mau meminta bantuan Roh Kudus agar kita diberi kemampuan dan keberanian serta kebijaksanaan untuk melaksanakan Amanat Agung Yesus Kristus.
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Matius 28: 19-20