Bila perasaan sudah tumpul

“Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran.” Efesus 4: 19

Dalam kehidupan sehari-hari ada istilah “orang yang tidak berperasaan”, yang artinya orang yang tidak lagi peka atas apa yang terjadi di sekelilingnya. Orang yang sedemikian adalah orang yang “kebal”, yang tidak lagi dapat merasakan hal-hal yang kurang baik yang dilakukannya kepada orang lain. Sebagai contoh, baru-baru ini ada seorang Youtuber yang terkena sanksi pidana pelecehan elektronik. Orang itu, saking getolnya membuat video-video sensasionil untuk disiarkan melalui Youtube, sampai-sampai tidak sadar bahwa ia sudah melampaui batas hukum yang menyangkut perlindungan nama baik orang lain.

Anda mungkin berpikir bahwa orang-orang yang sedemikian tentunya bukan orang Kristen. Tetapi itu keliru. Malahan banyak orang Kristen yang merasa sudah menjadi orang yang diselamatkan, tidak lagi mau pusing untuk memikirkan tindak tanduknya. Mereka mungkin mengira bahwa karena sudah mengaku Kristen, Tuhan pasti sudah memilih mereka sebagaimana adanya, dan memberi pengampunan atas dosa apa pun yang diperbuat mereka. Perasaan mereka bisa menjadi tumpul, sampai-sampai mereka tidak sadar jika melanggar etika, melanggar hukum atau menyakiti hati orang lain.

Ada banyak faktor yang bisa membuat orang kehilangan perasaan. Biasanya, faktor-faktor seperti lingkungan, kebiasaan, budaya, pendidikan, hukum dan agama mempunyai andil dalam membentuk perasaan seseorang. Tetapi, pada akhirnya setiap orang tentunya bertanggung jawab atas kehidupannya. Adalah kenyataan bahwa karena banyaknya hal yang dianggap biasa atau normal, lambat laun membuat orang tidak peka dan kemudian kehilangan perasaan. Apalagi kalau hal-hal yang tidak baik itu justru menjadi sesuatu yang membuat mereka terkenal atau bisa memberi penghasilan besar. Dengan demikian, hal- hal yang bisa membuat orang lain mengerutkan dahi atau menghela nafas, untuk mereka adalah soal yang tidak lagi perlu dipikirkan.

Jika kita melihat keadaan di sekeliling kita, ada banyak contoh di mana orang tidak lagi merasa canggung untuk berbuat dosa. Di dunia ini, mereka yang melakukan korupsi, perbuatan asusila, perampasan, pencurian, penipuan, pemfitnahan dan semacamnya sering muncul di koran, dan para pelakunya mungkin tidak lagi menakuti sanksi atau hukuman yang ada. Selain itu, dalam pergaulan sehari-hari, hubungan antar manusia juga berubah sehingga apa yang dulu tidak baik, sekarang dianggap sebagai bagian hak azasi, kebebasan atau budaya manusia modern.

Mereka yang membaca hal-hal ini di media, mungkin juga sudah tidak lagi heran dan karena itu kurang sensitif atas penyebab dan akibat perbuatan jahat semacam itu. Masyarakat dalam hal-hal tertentu justru menganggap apa yang dulunya jahat atau dosa sebagai sesuatu yang lumrah, dan malahan memusuhi orang yang berusaha mengingatkan bahwa firman dan hukum Tuhan tidaklah berubah di sepanjang zaman.

Hari ini, firman Tuhan mengingatkan kita bahwa dalam satu segi kita mungkin sudah mengalami perubahan, yaitu dari tidak mengenal Yesus, kita sekarang sudah mengakui Dia sebagai Juruselamat kita. Walaupun demikian, mengakui dengan mulut saja belumlah berarti bahwa kita sudah menerima Dia dengan sepenuhnya. Jika kita tidak membiarkan Tuhan bekerja dalam hidup kita, hidup kita tidaklah akan berubah menjadi semakin baik. Sebaliknya, jika Roh Kudus bekerja dengan sepenuhnya dalam hati kita, Ia akan membimbing kita hingga perasaan kita tidak akan menjadi tumpul.

“Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia.” Efesus 4: 17

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s