Menuntut atau mengharap?

Kata perempuan itu: ”Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: ”Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh. Matius 15: 27-28

Manusia itu aneh. Jika ada hal yang buruk terjadi, ia akan mengeluh mengapa hal itu  terjadi padanya. Tetapi, jika ada hal yang baik yang terjadi pada dirinya, ia akan merasa bahwa hal itu adalah sudah sewajarnya. Memang dari dulu manusia cenderung lebih mudah merasa bahwa apa yang baik adalah haknya, dan apa yang buruk tidak seharusnya terjadi pada dirinya. Lebih-lebih lagi, di zaman modern ini manusia lebih mengenal apa yang seharusnya menjadi haknya dan karena itu sering mengajukan berbagai tuntutan agar orang lain, masyarakat dan negara mengakui haknya.

Ketika itu, Yesus berada di daerah Tirus dan Sidon. Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: ”Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya meminta Yesus untuk mengusir perempuan asing itu karena ia agaknya menuntut Yesus agar menolong dia. Maka Yesus menjawab bahwa Ia tidak datang untuk orang Kanaan. Bukannya jera karena jawaban Yesus yang tegas itu, perempuan itu justru mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: ”Tuhan, tolonglah aku.” Tetapi Yesus menjawab: ”Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Kata perempuan itu menjawab bahwa ia sebagai anjing akan memakan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya. Perempuan itu merendahkan dirinya dan memohon belas kasihan Yesus. Karena itu anaknya disembuhkan.

Apa yang tertulis dalam ayat pembukaan di atas menolak pandangan bahwa mereka yang percaya kepada Tuhan berhak untuk menuntut Tuhan agar memberikan apa yang diingini mereka. Memang dalam kehidupan masyarakat Kristen ada pandangan bahwa sebagai orang percaya, mereka adalah anak-anak Tuhan. Dengan demikian, banyak orang Kristen yang mengira bahwa mereka mempunyai hak untuk meminta bagian kita yang sudah dijanjikan Allah, karena mereka adalah ahli-ahli waris Allah. Sebagai akibatnya, banyak orang Kristen yang menjadi kecewa atau marah jika Tuhan tidak memberikan apa yang diminta mereka.

Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah. Galatia 4: 6-7

Ayat ini sering dijadikan dasar untuk mengajarkan bahwa sebagai anak Tuhan kita berhak untuk meminta Tuhan untuk hidup di dunia tanpa mengalami kekurangan atau penderitaan. Tetapi jika kita teliti, ayat di atas bukanlah menunjuk pada hak kita sebagai anakTuhan, tetapi pada kenyataan bahwa mereka yang percaya sudah menerima anugerah keselamatan dan dengan itu boleh memanggil Allah sebagai Bapa. Dengan itu, kita mempunyai kewajiban untuk menjalankan firman-Nya. Kita adalah orang-orang berdosa yang meninggalkan kebenaran, tetapi yang kemudian diterima oleh Bapa kita untuk kembali ke jalan yang benar.

Hari ini kita diingatkan bahwa sebagai orang Kristen, kita tidak boleh menuntut Tuhan untuk melakukan apa yang kita ingini atau untuk memberikan apa yang kita kehendaki. Sebaliknya, kita harus dengan rendah hati mau menyadari bahwa kita adalah orag-orang berdosa yang tidak patut menganggap bahwa kita adalah orang-orang yang patut dikasihi-Nya. Adalah keliru jika kita menganggap bahwa kita cukup baik menjadi orang pilihan-Nya. Tetapi kita harus pervaya bahwa hanya karena belas kasihan-Nya kita diselamatkan. Kita boleh mengharap, tetapi tidak layak menuntut akan berkat dan penyertaan-Nya.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s