“Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku.” 2 Korintus 11: 30

Seminggu ini saya harus bekerja lebih berat dari biasanya. Itu karena adanya mata pelajaran baru yang harus saya sajikan kepada mahasiswa saya. Mencari bahan diskusi dan membuat material untuk menguji mereka sangat memakan waktu dan energi. Bukan saja punggung terasa capai karena kebanyakan duduk, mata saya juga terasa berat karena menghadapi layar monitor berjam-jam dalam sehari.
Dalam kehidupan sehari-hari sering manusia merasa lelah. Kesibukan di kantor, sekolah maupun rumah tangga seringkali membuat kita jenuh. Mereka yang bekerja di ladang Tuhan juga kerap kali merasa penat baik secara jasmani maupun rohani. Rasa lelah terasa lebih parah jika kita merasa sudah berusaha sebaik mungkin tetapi tidak mendapat hasil yang kita harapkan.
Kelelahan juga bisa terjadi karena keadaan yang membuat orang bosan atau tertekan. Adanya pandemi saat ini sudah membuat sebagian orang masih segan untuk bepergian, apalagi jika perjalanannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena manusia adalah makhluk sosial, isolasi dari orang lain tidak hanya bisa membuat pikiran mereka menjadi jenuh, tetapi juga bisa mendatangkan kelelahan jasmani sekalipun tidak ada pekerjaan berat yang dilakukan.
Paulus dalam ayat diatas mengungkapkan penderitaannya dalam hidup sebagai rasul Tuhan. Paulus menulis bahwa ia sudah banyak berjerih lelah dan bekerja berat; dan kerap kali ia tidak tidur; ia sering lapar dan haus; kerap kali dia harus berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian (2 Korintus 11: 27). Sudah sewajarnya ia merasa kuatir dengan adanya jemaat Korintus, yang sudah lama dibimbingnya, disesatkan oleh rasul-rasul palsu yang mungkin dianggap hebat dengan segala yang dibanggakan mereka.
Jika Paulus adalah orang yang tidak kuat imannya, ia mungkin akan mengalami kekecewaan yang besar karena adanya orang-orang yang tidak menghargai segala pengurbanannya untuk jemaat di Korintus. Apalagi ia mempunyai masalah kesehatan kronis yang tidak kunjung sembuh sekalipun ia sudah memohon kesembuhan tiga kali. Bukannya menyembuhkan Paulus, Tuhan justru berkata bahwa kasih-Nya kepada Paulus sudah cukup. Dengan jawaban Tuhan itu, Paulus bisa makin merasakan bahwa hidupnya tergantung kepada Tuhan.
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” 2 Korintus 12: 9a
Hari ini jika kita merasa masih sangat lelah baik dalam hal lahir maupun batin, itu mungkin disebabkan oleh hal-hal dan suasana yang kita hadapi saat ini. Apalagi jika penghargaan, simpati dan empati orang lain tidak pernah kita terima. Keadaan yang demikian memang bisa membuat kita merasa sangat lemah dalam menghadapi hidup ini.
Tetapi, jika kita mengingat Paulus dengan kelelahan serta penderitaannya, dan juga dengan adanya jemaat di Korintus yang tidak menghargai segala pengurbanannya, biarlah kita juga bisa bersikap seperti dia, yang merasa bahwa kesulitan hidup justru membuat dia makin dekat kepada Kristus yang memberinya kesabaran, dan kekuatan. Adanya kelelahan bisa membawa berkat karena dapat membuka kesempatan bagi kita untuk membina hubungan yang lebih baik dengan Kristus.
“Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku”. 2 Korintus 12: 9b