Hal menyesali dosa

“Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!” Mazmur 51: 1

Siapakah manusia yang tidak berdosa? Agaknya semua orang, dari segala bangsa dan segala agama, akan mengaku sebagai orang yang berdosa jika ditanya.  Semua orang, bagaimanapun baiknya umumnya mengaku bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak sempurna. Walaupun demikian, jika ditanya apa yang sudah mereka lakukan untuk dosa-dosa mereka, mungkin tidak banyak yang bisa mereka katakan. Mungkin saja ada yang sudah bertobat dari dosa tertentu, tetapi tentunya banyak dosa-dosa lain yang tersisa.  Mungkin jika dosa-dosa itu tidak terasa sebagai dosa besar, mereka dengan mudah melupakannya atau mungkin saja tidak menyadarinya.

Sebagian yang dianggap dosa, mungkin bertalian dengan etika kehidupan. Memang etika bisa menjadi pedoman praktis tentang apa yang baik dan yang buruk dalam hidup sehari-hari. Tetapi, setiap manusia, keluarga, suku atau bangsa tentunya mempunyai etika yang berbeda-beda. Apa yang bisa diterima oleh orang yang satu, belum tentu bisa diterima oleh orang yang lain.Tidaklah mengherankan jika kita melihat bahwa ada orang -orang yang dengan enaknya melakukan sesuatu yang dianggap tabu oleh orang lain. Apalagi mereka yang berkuasa dan ternama biasanya tidak lagi mempunyai rasa segan atau malu untuk melakukan hal yang salah.

Bagi orang Kristen pun ada berbagai faktor yang  bisa menyebabkan perbedaan pendapat tentang apa yang baik dan apa yang buruk, antara lain pendidikan, kebiasaan, tekanan ekonomi, situasi politik dan sebagainya. Semua itu bisa membuat orang tidak peduli atau kurang peka dengan dosa-dosa yang ada pada dirinya, atau yang ada dalam masyarakat. Apa yang kelihatan sebagai dosa kemudian diterima sebagai sesuatu yang tidak bisa dihindari, dan bahkan mungkin sebagai kehendak Tuhan. Buat apa memikirkan kesalahan di masa lalu? Bukankah berpikir positif adalah lebih berguna dari pada hidup dalam penyesalan?

Berpikir positif atau positive thinking adalah sesuatu yang banyak digembar-gemborkan oleh berbagai motivator pada zaman ini. Berpikir positif adalah sesuatu yang membuat orang bisa bertahan dalam menghadapi kesulitan, begitu kata orang. Memang, jika seseorang mengalami hal yang kurang menyenangkan, pikiran yang negatif seringkali membuat persoalan menjadi terasa makin berat. Berpikir positif secara umum menyangkut usaha untuk memperbesar hal percaya kepada diri sendiri dan memupuk semangat untuk menghadapi hari depan. Kelihatannya, semua ini adalah baik dalam pandangan banyak orang yang menghadapi kesulitan hidup. Rasa sesal dan kesal memang bisa membuat semangat orang menjadi hancur dalam kesulitannya. Bagaimana kata firman Tuhan dalam hal ini?

Alkitab menceritakan kesulitan besar yang dihadapi raja Daud. Ketika itu ia sudah melakukan dosa besar dengan menghamili Batsyeba, istri Uria panglima perangnya. Bukan itu saja, tindakan Daud yang lain kemudian menyebabkan kematian Uria. Tuhan kemudian mengutus nabi Natan untuk memperingatkan Daud (2 Samuel 12). Daud tidak membantah apa yang dinyatakan oleh Natan, sebaliknya ia memohon ampun kepada Tuhan. Daud tidak memakai cara berpikir positif dengan mengabaikan kekeliruan yang pernah dilakukannya, tetapi dengan sungguh-sungguh meminta pengampunan Tuhan akan segala pelanggarannya. Daud mengerti bahwa dengan mengakui segala kekeliruannya dan menyadari bahwa Tuhan tidak dapat ditipu dengan penampilannya, ia masih bisa berharap pada belas kasihan Tuhan.

Dari kisah hidup Daud, kita bisa menyadari bahwa Daud bukanlah orang yang sempurna, tetapi sebaliknya ia adalah orang yang lemah dan bergelimang dosa. Tetapi Daud adalah orang yang tidak bersandar pada diri sendiri dan mencoba menyelesaikan persoalan hidupnya dengan kekuatannya. Ia tidak menutupi masa lalunya dengan  pikiran-pikiran positif.  Sebaliknya, Daud  menghampiri tahta Tuhan dengan bersujud dan menyesali apa yang telah dilakukannya. Ia sadar bahwa dengan usaha apapun ia tidak dapat memutar balik jam kehidupannya dan mencuci bersih dosa yang sudah dilakukannya. Ia hanya bisa memohon ampun kepada Tuhan yang mahasuci.

Sebagai orang yang sudah diselamatkan, kita percaya bahwa Roh Kudus diam dalam hidup kita. Roh Kudus yang pada mulanya membuat kita sadar bahwa kita perlu menerima Yesus Kristus agar kita bisa diselamatkan, adalah Roh yang tinggal dalam hati kita dan membimbing kita agar hidup kita makin lama makin baik. Tetapi, jika kita kerapkali mengabaikan suara Roh Kudus dan lebih sering mengikuti kehendak kita sendiri, lambat laun kita akan makin sulit untuk mendengarkan suara-Nya karena kita sudah mendukakan Roh itu (Efesus 4: 30). Secara perlahan-lahan kita menjadi orang yang tidak peduli akan dosa kita.

Ketidakpedulian akan keadaan diri kita yang melakukan berbagai dosa, adalah sama dengan tidak mengakui dosa kita. Kita mungkin tidak lagi merasa perlu untuk berdoa memohon pengampunan dan meminta kekuatan untuk menghilangkan dosa-dosa itu dari diri kita. Mungkin kita merasa cukup baik dan tidak seperti orang lain yang hidupnya kacau. Kita mungkin lupa bahwa Tuhan adalah mahasuci dan semua orang adalah tidak layak dan sudah berdosa di hadapan hadirat-Nya.

Apa yang akhirnya terjadi pada Daud bisa mengingatkan kita  bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang mahakasih. Seperti Tuhan sudah mengampuni Daud, Ia juga bisa mengampuni kita jika kita mau mengakui kekeliruan hidup kita dan memohon ampun kepada-Nya. Jika kita memang mau berlaku jujur di hadapan tahta-Nya, Tuhan akan memberikan kita kemurahan-Nya dengan membimbing kita untuk menghadapi masa depan kita. Tidak ada hal lain yang bisa mengembalikan rasa percaya diri kita, kecuali keyakinan bahwa Tuhan sudah mengampuni segala kesalahan, kesombongan, kepalsuan dan kejahatan kita yang lain. Dengan pengampunan-Nya, beban besar yang ada dipundak kita akan dilepaskan dan kita bisa melangkah menuju hari depan dengan rasa damai dan bahagia.

Hari ini, adakah kesadaran yang muncul dalam hati kita bahwa ada banyak dosa yang terjadi dalam hidup kita, dalam keluarga, pekerjaan, sekolah, masyarakat dan negara kita? Apakah kita masih bisa merasakan teguran Roh Kudus yang menyatakan kepada kita bahwa ada hal-hal yang tidak sepantasnya dilakukan oleh umat-Nya? Apakah kita masih bisa mendengar bahwa kita juga terpanggil untuk memerangi dosa yang ada dalam masyarakat di sekitar kita? Adakah rasa sesal dalam hati kita bahwa selama ini kita tidak mempunyai keberanian untuk menyatakan firman Tuhan dalam masyarakat? Biarlah  pengakuan dosa atas ketidakpedulian kita selama ini boleh membawa perubahan sikap hidup kita pada hari-hari mendatang.

“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” 1 Yohanes 1: 9

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s