Apakah Tuhan menentukan seluruh tindakan manusia?

“Kebodohan menyesatkan jalan orang, lalu gusarlah hatinya terhadap TUHAN.” Amsal 19:3

Apa yang akan anda kerjakan hari ini? Apakah anda mempunyai rencana untuk melakukan sesuatu yang signifikan dalam hari-hari mendatang? Keputusan yang anda ambil mungkin bisa membawa hasil yang baik, tetapi mungkin juga menghasilkan sesuatu yang kurang anda sukai.

Ada orang yang percaya bahwa Tuhan memberi kita sekotak coklat dengan berbagai rasa untuk bisa kita pilih. Dalam hal ini, masalahnya adalah coklat mana yang kita pilih. Tetapi, sebagian orang mungkin berpendapat bahwa dalam kotak yang kita terima ada beberapa coklat dengan berbagai ragam bungkus yang harus kita pilih, tetapi semuanya sama rasanya dan itu sudah ditentukan oleh Tuhan. Walaupun manusia nampaknya bebas memilih, mereka sebenarnya tidak dapat menentukan pilihannya. Karena itu, seperti ayat yang tercantum di atas, ada banyak orang yang merasa kecewa dengan masa lalu. Mereka, kemudian merasa marah kepada Tuhan. Itu karena merasa bahwa Tuhan sudah berlaku tidak adil.

Apakah Tuhan sudah menetukan segala sesuatu untuk kita? Apakah Ia sudah memastikan nasib kita di dunia? Untuk menjawabnya, mari kita mulai dengan mendefinisikan beberapa istilah:

Determinisme: Pandangan ini menganggap semua peristiwa mempunyai penyebabnya. Kaum determinis percaya bahwa semua peristiwa, termasuk perbuatan manusia sudah ditentukan.

Fatalisme: Pandangan ini menganggap “sesuatu harus terjadi, maka terjadilah.” Mereka percaya bahwa semua peristiwa, baik yang di masa lampau, masa kini, dan masa depan, sudah ditentukan oleh Allah atau kekuatan ilahi lainnya.

Kehendak bebas: Teori yang menyatakan bahwa seseorang dalam situasi tertentu, bisa-bisa memilih melakukan apa saja. Para filsuf memandang teori kehendak bebas ini bertentangan dengan determinisme.

Indeterminisme: Pandangan yang percaya kalau ada peristiwa tertentu yang tidak ada penyebabnya. Banyak pendukung teori kehendak bebas yang percaya kalau tindakan seseorang dalam memilih itu terjadi tanpa harus ditentukan oleh penyebab yang bersifat fisiologi maupun psikologi.

Fatalisme secara teologis berusaha menunjukkan adanya kontradiksi logika antara ke-Mahakuasa-an Allah dengan kehendak bebas, di mana kehendak bebas diartikan sebagai kemampuan untuk memilih dari opsi-opsi yang ada. Cara pikir mereka kurang lebih seperti ini: Allah itu Mahakuasa. Karena Allah itu Mahakuasa, maka Allah juga Mahatahu sehingga tidak mungkin bisa salah. Karena Allah punya pengetahuan yang tidak terbatas mengenai peristiwa apapun yang akan terjadi besok, misalnya dalam hal memotong rumput, maka seseorang terpaksa harus melakukan kegiatan itu. Karena itu, keberadaan kehendak bebas menjadi tidak mungkin, karena manusia tidak punya pilihan lain selain melakukan kegiatan itu.

Mereka yang secara membabi buta percaya kalau “apa pun yang harus terjadi, terjadilah” sama salahnya dengan mereka yang percaya segala sesuatu terjadi karena kebetulan. Betul kalau segala sesuatu terjadi, tapi itu hanya karena seizin Allah yang berdaulat yang mengizinkan peristiwa itu terjadi, menurut kehendak-Nya. Mereka yang dengan sungguh-sungguh mempelajari Alkitab tidak mungkin percaya kalau segala sesuatu terjadi hanya karena kebetulan saja.

Sebaliknya, mereka yang tidak menginginkan Allah berkuasa atau mereka yang menolak kedaulatan Allah, adalah orang-orang yang tidak mengasihi Allah dan tidak menginginkan Allah dalam hidup mereka. Mereka ingin berjalan menurut kehendaknya sendiri.

Hari ini kita dihadapkan dengan kenyataan hidup: bahwa hidup kita adalah suatu proses di mana kita selalu dihadapkan dengan pilihan dan tanggung jawab pribadi. Jika kita sekarang mengalami suatu keadaan, kita sendiri yang bisa menentukan reaksi kita dan kita sendiri yang bisa memutuskan apa yang akan kita akan perbuat. Sering kali dalam hidup ini kita menjumpai tantangan besar dan untuk mengatasinya mungkin ada jalan pintas yang tampaknya sangat mudah dan memikat. Alkitab menyatakan bahwa adalah keputusan kita sendiri jika kita memilih jalan itu.

Kita tidak akan mudah merasa ragu untuk mengambil keputusan jika kita hidup dekat dengan firman-Nya. Tuhan sudah memberi kita Roh Kudus untuk menerangi hati dan pikiran kita dalam mengambil keputusan. Karena itu, jika kita mendapatkan hasil yang baik, janganlah lupa untuk bersyukur kepada-Nya. Sebaliknya, jika kita mengalami kegagalan, itu mungkin karena kesalahan kita. Dalam hal ini, kita tetap percaya bahwa Tuhan yang mahakuasa bisa mengubah apa yang nampaknya buruk untuk menjadi apa yang baik untuk anak-anak-Nya.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s