“Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri.” Yohanes 5: 26

Orang terkadang berpikir bahwa Tuhan menciptakan manusia karena Ia kesepian dan membutuhkan persekutuan dengan orang lain. Jika ini benar, itu pasti berarti bahwa Tuhan tidak sepenuhnya independen dari ciptaan-Nya. Ini berarti bahwa Tuhan perlu menciptakan alam semesta dan manusia agar Ia bisa benar-benar bisa bahagia atau sepenuhnya terpenuhi dalam kebutuhan pribadi-Nya.
Tidaklah mengherankan bahwa banyak khotbah-khotbah yang menyampaikan pesan bahwa Tuhan membutuhkan umat Kristen untuk mengabarkan Injil sesuai dengan apa yang tertulis dalam Alkitab:
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Matius 28:19-20
Dengan demikian, mungkin banyak orang Kristen yang merasa bahwa mereka memegang peranan penting dalam rencana Tuhan, tanpa itu rencana Tuhan akan terhambat. Selain itu, banyak orang Kristen yang mengharapkan “ucapan terima kasih dari Tuhan” dalam bentuk berbagai berkat untuk apa yang sudah mereka lakukan untuk Tuhan. Benarkah sikap dan pendapat manusia seperti ini?
Kita harus mulai dengan menanyakan apakah Tuhan membutuhkan kita untuk ada di dunia. Tuhan dalam Alkitab adalah Tuhan yang tidak membutuhkan apa pun. Dalam bahasa teologis, ini adalah doktrin aseity yang secara harafiah berarti “dari dirinya sendiri.” Tuhan itu ada dan tidak bergantung pada apa pun dan siapa pun. Dia ada secara independen dari dunia, sebagai Oknum Ilahi yang mandiri dan ada dengan sendirinya. Apa implikasi pernyataan ini?
- Sebagai Tuhan, Allah memiliki segala sesuatu. Allah adalah “pemilik langit dan bumi” (Kejadian 14:19).
- Segala sesuatu yang dimiliki oleh makhluk berasal dari Tuhan. Tuhan menjadikan langit dan bumi dan setiap pemberian yang baik dan sempurna adalah dari tangan-Nya (Kejadian 1-2).
- Ketika kita memberikan sesuatu kembali kepada Tuhan, kita hanya memberikan kepada-Nya apa yang telah diberikan-Nya terlebih dahulu kepada kita. Kita adalah hamba Allah dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apakah kita telah menggunakan apa yang telah Dia berikan kepada kita untuk kemuliaan-Nya atau tidak (Matius 25: 14-30).
- Ketika kita mengembalikan sesuatu kepada Tuhan, Dia tidak berkewajiban untuk membalas kita. Ketika kita melakukan apa yang diperintahkan kepada kita, kita, sebagai hamba yang tidak layak, yang hanya melakukan tugas kita (Lukas 17: 10).
- Tuhan tidak berutang apa pun kepada makhluk apa pun. Perhatikan bagaimana Tuhan menjawab Ayub: “Apa yang ada di seluruh kolong langit, adalah kepunyaan-Ku” (Ayub 41:11).
- Tuhan tidak memiliki kebutuhan. Mazmur 50 sangat kuat dalam hal ini: “sebab punya-Kulah segala binatang hutan, dan beribu-ribu hewan di gunung. Aku kenal segala burung di udara, dan apa yang bergerak di padang adalah dalam kuasa-Ku.” (Mazmur 50:10-11).
- Tuhan pada dasarnya memiliki aseity. Seperti yang dikatakan Paulus: “Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang.” (Kisah Para Rasul 17: 24-25).
Hari ini, firman Tuhan mengingatkan kita bahwa jika kita dipanggil oleh Tuhan untuk melaksanakan suatu tugas atau mandat, itu bukan karena Ia membutuhkan kita. Sebaliknya, Tuhan dengan kasih-Nya ingin memberi kita kesempatan untuk menjadi mitra dalam rencana-Nya untuk kemuliaan-Nya. Sebagai orang yang sudah diselamatkan melalui pengurbanan Yesus Kristus, adalah kewajiban kita untuk menjadi hamba-Nya dan menyadari bahwa adanya ikatan antara kita dan Tuhan adalah untuk kebaikan kita dan bukan untuk memenuhi kebutuhan Tuhan.