“TUHAN itu tinggi, namun Ia melihat orang yang hina, dan mengenal orang yang sombong dari jauh.” Mazmur 138: 6

Adakah orang yang senang kepada orang yang sombong? Secara logis, tentunya seseorang tidak menyenangi orang yang sombong, sekalipun ia sendiri mungkin dipandang sombong oleh orang lain. Tetapi, adanya orang yang sombong mungkin saja bisa ditolerir oleh masyarakat karena mereka adalah orang yang terkenal.
Masyarakat mungkin bisa menerima kalau ada orang yang sudah sepantasnya bangga atas kekuasaannya, kemampuannya, kepandaiannya, kekayaannya, atau kerupawanannya. Yang dianggap lebih menyebalkan biasanya adalah orang yang tidak sepatutnya sombong, tetapi terlihat sombong. Dalam hal ini kesombongan adalah relatif, tidak semua orang bisa merasakan adanya kesombongan pada diri seseorang atau dirinya sendiri.
Jika sebagian manusia mungkin menganggap kesombongan adalah biasa dan bisa diterima, Tuhan tidaklah menyenangi adanya kesombongan apa pun. Sebagian kesombongan manusia adalah tersembunyi dan tidak dapat dilihat atau dirasakan orang disekitarnya, tetapi Tuhan yang mahatahu dapat menyelidiki isi hati dan pikiran setiap manusia. Jika manusia tidak dapat membedakan rasa puas, percaya diri, bangga dan kesombongan, Tuhan tahu adanya kesombongan yang berdosa dalam setiap insan.
“Orang yang sembunyi-sembunyi mengumpat temannya, dia akan kubinasakan. Orang yang sombong dan tinggi hati,aku tidak suka.” Mazmur 101: 5
Kesombongan adalah perasaan bahwa seseorang dapat mencapai sesuatu tanpa pertolongan Tuhan, atau jika seseorang membenci, memandang rendah, mengabaikan, dan merusak apa pun (bukan manusia saja) yang merupakan ciptaan atau berkat Tuhan. Kesombongan mungkin juga berupa sikap yang menempatkan Tuhan sebagai sesuatu yang tidak relevan dalam hidup atau perbuatan seseorang. Pada pihak yang lain, kesombongan bisa juga muncul pada orang-orang yang merasa bahwa mereka adalah satu-dsatunya umat pilihan Tuhan.
John Piper, seorang teolog terkenal, mengingatkan kita bahwa kesombongan itu bersifat universal; kita semua memilikinya. Kesombongan bukan hanya terjadi kalau sesorang terlalu yakin akan kemampuannya, itu juga bisa terjadi ketika orang hidup dalam kekhawatiran dan kecemasan, karena hal itu memperlihatkan kurangnya kepercayaan kepada Tuhan. Ini adalah perhatian yang berlebihan terhadap diri kita sendiri dan kecenderungan untuk meninggikan diri sendiri dan sebaliknya melupakan bahwa kita mempunyai Tuhan yang mahakuasa.
Kesombongan dengan demikian adalah dosa, dan itu sering ditempatkan sebagai dosa nomer satu diantara tujuh dosa yang mematikan (seven deadly sins). Dosa ini, yang bisa mudah dilakukan dengan sengaja maupun tidak; adalah dosa yang membawa kejatuhan iblis dari posisinya di surga, dan yang mengakibatkan diusirnya Adam dan Hawa dari taman Eden. Walaupun begitu umumnya kesombongan dalam hidup, kesadaran akan kesombongan tidaklah mudah dirasakan manusia. Karena itu, manusia biasanya baru sadar akan kesombongannya setelah menemui kegagalan atau kemalangan dalam hidup yang disebabkan oleh kesombongannya. Itulah sebabnya, kesombongan adalah salah satu dosa yang bisa mengahancurkan hidup seseorang, dan menyebakan tumbuhnya dosa-dosa lain.
Terkadang sulit juga bagi kita untuk mengakui apa yang kita perbuat, katakan atau pikirkan sebagai kesombongan. Oleh karena itu mungkin jarang bagi kita untuk memohon pengampunan-Nya secara khusus atas kesombongan kita. Dengan demikian, sulit bagi kita untuk mengubah sikap hidup kita jika kita tidak merasa bersalah dalam apa yang sudah kita kerjakan.
Dalam perumpamaan Yesus tentang orang Farisi dan pemungut cukai yang pergi berdoa ke Bait Allah (Lukas 18: 9 – 14) diceritakan adanya seorang Farisi yang berdoa dengan keyakinan bahwa hidupnya sudah lebih baik dari hidup pemungut cukai yang berdo a di dekatnya. Keyakinan orang Farisi itu ternyata adalah sebuah kesombongan yang tidak dapat dibenarkan Allah. Sebaliknya, kerendahan hati si pemungut cukai membawa pengampunan.
“Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Lukas 18: 14
Kesombongan adalah pendapat yang tinggi atau berlebihan tentang martabat, kepentingan, jasa, atau keunggulan seseorang, baik yang dihargai dalam pikiran maupun yang ditampilkan dalam perilaku. Apakah mendambakan pujian, takut akan citra kita sendiri, atau menghibur diri atas pandangan orang lain yang kritis tentang diri kita, kesombongan bisa menjadi sangat jelas dan menipu. Mengapa kesombongan menjadi isu penting dalam Alkitab? Kesombongan adalah ketidaktaatan pada perintah Tuhan yang paling penting untuk mengasihi Dia di atas segalanya, dan mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri. Kesombongan melukai hati Tuhan dan hati manusia.
Ada dua tipe dasar kesombongan (rasa megah) dalam Alkitab, yaitu kesombongan yang pada tempatnya, dan kesombongan yang berupa dosa. Yang pertama muncul dari penghargaan akan karakter Tuhan dan kesetian-Nya dalam hidup kita. Banyak dari Mazmur memuji Tuhan atas perlindungan, penyediaan, jawaban doa-Nya (Mazmur 34:1-7), dan kasih yang tak berkesudahan. Ketika semua yang lain goyah dan memudar, Dia tetap ada. Galatia 6:14 mengatakan, “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.” Paulus menghargai integritasnya kepada Kristus, memegahkan diri dalam hati nurani yang dipimpin oleh Kristus.
Kita dapat bermegah tentang apa yang Allah, Kristus dan Roh Kudus, lakukan melalui kita dengan apa yang Dia masukkan dan aktifkan pada waktu-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Filipi 2:16 mengatakan, “sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah.” Rasa megah yang sah dan saleh tidak ada hubungannya dengan diri kita sendiri (Roma 15:17). Rasa megah dalam Kristus membuat umat Tuhan berani dan bersedia untuk menderita dalam mengabarkan kebesaran Tuhan ke seluruh dunia.
Kesombongan yang merupakan dosa adalah usaha menjadi Tuhan. Kejadian 3:5 mengatakan, “tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” Kebohongan terbesar iblis ini sudah membuat Adam dan Hawa jatuh dalam dosa kesombongan. Dosa kesombongan jugalah yang membajak fokus kita dari mengasihi sesama menjadi saling bersaing dan saling membandingkan siapa yang lebih baik dan bijaksana. Ketika kita membiarkan kesombongan yang berdosa mengambil alih hidup kita, kita lupa bahwa Tuhan menciptakan kita secara setara, dan kemudian memberikan, tujuan, pandangan, dan memperlakukan kita dengan adil.
Hari ini, firman Tuhan berkata bahwaTuhan dari jauh bisa melihat orang yang rendah hati dan orang yang sombong. Oleh sebab itu biarlah kita tiap hari meneliti hidup kita masing-masing dan mendengarkan suara Tuhan agar kita makin hari makin bisa merendahkan diri kita di hadapan-Nya. Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa dalam diri setiap orang selalu ada benih-benih kesombongan. Sekalipun orang lain tidak dapat melihat atau merasakan adanya kesombongan dalam diri kita, kita seharusnya dapat mengevaluasi hidup kita dan minta ampun kepada Tuhan atas dosa-dosa kesombongan yang kita perbuat. Sebagai orang percaya kita tetap bisa jatuh dalam dosa kesombongan, tetapi kita tidak boleh tetap hidup dalam kesombongan.
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.” 1 Yohanes 1: 9-10