Mampu untuk tidak berbuat dosa

“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan.” 1 Tesalonika 5: 21 – 22

Sebagai manusia, mungkin mudah bagi kita untuk melihat kejahatan yang dilakukan orang lain. Walaupun demikian, orang sering kali kurang bisa merasakan kesalahan atau dosa sendiri. Mengapa demikian? Manusia, baik tua maupun muda, bisa melakukan kejahatan yang bermula dari ukuran kecil. Kebiasaan mengambil barang orang lain mungkin saja dianggap remeh jika kerugian yang ditimbulkan tidaklah besar. Mereka yang mencuri sering menyalahkan pemiliknya yang pelit atau kurang mampu menyimpan barangnya pada tempat yang semestinya. Kemampuan untuk melakukan kejahatan kecil, kemudian bisa membuat orang untuk mampu melakukan yang besar tanpa mengedipkan mata. Semua dosa akan tidak terasa jika kita sudah terbiasa.

Paulus dalam ayat di atas mengingatkan umat di Tesalonika untuk menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan, baik itu yang nampaknya kecil ataupun yang besar. Peringatan ini bukan ditujukan kepada orang yang belum mengenal Kristus, tetapi kepada jemaat. Tidak seorang pun yang kebal dari kejahatan dan orang Kristen yang tidak berhati-hati juga bisa terjebak dalam kenikmatan dosa. Bahkan ada orang Kristen yang karena menyadari bahwa ia bisa diselamatkan karena kasih karunia Tuhan, menganggap bahwa berbuat dosa adalah sesuatu yang lumrah karena itu adalah ciri manusia. Benarkah begitu?

Dalam iman Kristen, sebenarnya manusia bisa mengalami salah satu dari empat keadaan:

  1. Dapat berbuat dosa, dan tidak dapat berbuat dosa (posse peccare, posse non peccare);
  2. Tidak mampu untuk tidak berbuat dosa (non posse non peccare);
  3. Mampu untuk tidak berbuat dosa (posse non peccare); dan
  4. Tidak dapat berbuat dosa (non posse peccare).

Dalam bahasa Latin, kata posse berarti bisa atau sanggup, pecarre berarti berbuat dosa, sedang non berarti tidak. Keadaan yang pertama adalah sesuai dengan keadaan manusia sebelum kejatuhan Adam dan Hawa di taman Firdaus; yang kedua adalah keadaan manusia setelah kejatuhan; yang ketiga adalah keadaan manusia yang sudah dilahirkan kembali; dan yang keempat adalah keadaan orang yang sudah di surga. Dengan demikian, mereka yang belum mengenal Kristus selalu tidak mampu untuk tidak berbuat dosa. Mereka dengan kebebasannya, selalu melakukan apa saja yang mendatangkan dosa. Pada pihak yang lain, orang Kristen sejati adalah orang yang sudah dikaruniai Roh Kudus sehingga mampu untuk menghindari dosa.

Dikatakan mampu untuk menghindari dosa, bukan berarti mereka dapat hidup 100% tanpa berbuat dosa. Selama hidup di dunia, otang percaya bukanlah orang yang tidak dapat berbuat dosa. Mereka baru tidak dapat berbuat dosa dan tidak berdosa jika mereka sudah berada di surga. Inilah yang sering tidak dimengerti orang yang merasa heran melihat adanya orang Kristen yang sesekali masih bisa melakukan hal-hal yang tidak pantas. Orang sedemikian mungkin tidak mengerti bahwa sekalipun orang Kristen sudah bertobat dari dosa-dosa lama dan mendapatkan pengampunan Tuhan, mereka belumlah menjadi orang yang sempurna. Mereka sudah diberi Tuhan kemampuan untuk tidak berbuat dosa, tetapi belum tentu mau menggunakan kemampuannya.

Memang ada orang-orang yang mengaku Kristen tetapi mereka tidak mampu untuk tidak berbuat dosa. Mereka hidup dalam dosa. Mengapa demikian? Mereka tidak merasa perlu untuk menguji segala sesuatu dan memilih apa yang baik. Mungkin mereka merasa bahwa sebagai orang yang sudah dipilih Tuhan, pengampunan Tuhan selalu ada tersedia bagi mereka, setiap kali mereka melakukan dosa. Tidaklah mengherankan bahwa banyak orang yang mengaku Kristen tetapi terbiasa untuk melakukan dosa-dosa tertentu. Mereka hidup dalam dosa dan tidak peka atas cara hidup mereka.

Hari ini firman Tuhan berkata bahwa menjadi orang yang diampuni dan diselamatkan oleh Tuhan bukanlah berarti bahwa kita bisa hidup “semau gue”. Mereka yang memang sudah bertobat tidak akan tinggal dalam kehidupan dan kebiasaan lama. Mereka selalu mau mendengarkan suara Roh Kudus yang membimbing hidup mereka. Mereka rajin mempelajari firman Tuhan dan melaksanakannya. Mereka juga memupuk kesadaran akan hukum, etika, sopan-santun dan kepentingan orang lain. Dengan pertolongan Tuhan, mereka bisa membedakan apa yang baik dan apa yang buruk. Lebih dari itu, merek sadar bahwa Tuhan yang mahasuci tidaklah boleh dipermainkan. Bagaimana dengan anda? Jika anda memang mau mengikut Yesus, itu berarti bahwa anda harus meninggalkan apa yang jelek dan memilih untuk selalu berjalan dalam kebenaran.

“Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.” Galatia 1: 10

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s