“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” Matius 7: 21

Satu perbedaan besar antara iman Kristen dan kepercayaan yang lain adalah dalam hal berbuat baik. Dalam kepercayaan lain, berbuat baik, memberi sedekah dan sesajen mungkin dianggap bisa menyelamatkan manusia dari murka Tuhan di dunia. Agama lain juga ada yang menekankan bahwa berbuat kebaikan, terutama untuk sesama, adalah penting untuk menjamin tempat di surga. Selain itu diajarkan pula bahwa makin banyak amal sedekah kita, makin enak hidup kita di surga.
Jika perbedaan antara iman Kristen dan kepercayaan lain adalah jelas, bagaimana pula perbedaan antar umat Kristen dalam hal berbuat baik dan hidup baik? Sebagian orang Kristen mengajarkan bahwa umat Kristen dapat hidup baik, dan makin lama makin baik, sehingga pada akhrnya kita menjadi orang yang suci. Aliran ini dinamakan aliran kekudusan atau holiness movement. Jika aliran kekudusan sering dianggap kurang benar, ada aliran Kristen yang sangat mementingkan kedaulatan Tuhan dalam hal manusia diselamatkan semata-mata karena karunia Tuhan (by grace only). Karena mereka mementingkan pengertian bahwa sebaik bagaimanapun manusia tidak cukup baik untuk Tuhan, aliran ini cenderung mengabaikan ajaran untuk hidup suci. Mereka seakan percaya bahwa sejahat bagaimanapun manusia bisa masuk ke surga jika memang sudah dipilih Tuhan.
Saat ini makin banyak aliran yang nampaknya tidak lagi mementingkan perlunya hidup baik karena kuatir mengurangi kedaulatan Tuhan dalam penyelamatan. Padahal dalam ayat di atas jelas tertulis bahwa orang Kristen yang benar adalah mereka yang taat kepada kehendak Tuhan yang sudah dinyatakan. Tidaklah mengherankan bahwa teolog Reformed seperti Kevin DeYoung merasa prihatin akan gejala perkembangan golongan yang kurang aktif dalam mengajarkan pentingnya hidup baik. Kevin menulis sebuah buke yang berjudul “The hole in our holiness” yang berarti “lubang yang ada dalam kekudusan kita”. Memang banyak hal yang bisa kita lakukan untuk bisa makin taat kepada kehendak Tuhan, dan para pendeta dan pengajar Kristen harus giat mengajarkan hal-hal yang bisa membuat kekudusan kita menjadi makin utuh.
Agama Kristen memang berbeda dengan agama lain karena iman kepada Tuhan yang mahakuasa dan mahasuci tidak memungkinkan manusia berbuat baik untuk menghindari murka Allah atas dosa manusia. Hanya melalui pengurbanan Yesus kita bisa diselamatkan. Selain itu, karena Allah itu mahabesar dan mahakaya, usaha berbuat baik tidaklah berarti apa-apa untuk-Nya. Jika kita terpilih oleh panggilan kasih-Nya, kita akan bersama Tuhan di surga dan menikmati segala kemuliaan surgawi yang ada di sana. Walaupun demikian, Tuhan sebenarnya menghendaki persembahan hidup kita sebagai rasa syukur atas kasih-Nya dan melambangkan penyerahan hidup kita kepada Tuhan. Tanpa adanya tanda-tanda hidup baru, orang mungkin belum benar-benar mengenal Tuhan.
Jika perbuatan baik manusia kurang dipentingkan dalam pengajaran Kristen, banyak orang Kristen akan menjadi kurang bersemangat untuk berbuat baik. Bagi mereka, asal tidak berbuat jahat sudah cukup. Pokok tidak ikut-ikutan berbuat dosa, cukuplah! Biarkan orang lain berbuat dosa, kita tidak perlu ikut campur! Jangan ikut-ikutan berusaha menegakkan hukum dan keadilan karena risikonya besar. Banyak di antara mereka justru mengira bahwa orang lain yang berusaha hidup baik dan berbuat baik adalah orang yang ingin menyelamatkan dirinnya melalui perbuatannya. Ini sudah tentu bukanlah sikap yang baik, karena mempersembahkan hidup berarti bukan saja menyangkut segi rohani tetapi juga jasmani kita.
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Roma 12:1
Dalam sejarah dunia, memang ada orang yang heran dan kagum melihat adanya orang-orang Kristen yang berjuang keras untuk berbuat baik dalam melayani gereja dan masyarakat, menegakkan keadilan sosial dan hukum, memajukan kesehatan dan pendidikan dan sebagainya. Tetapi mungkin ada juga orang yang mencemooh orang Kristen yang demikian dan menuduh mereka itu sekadar mencari keuntungan untuk diri mereka sendiri.
Ayat pembukaan kita di atas jelas mengatakan bahwa bukan setiap orang yang berseru kepada Tuhan akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Tuhan, Dengan demikian, mereka mungkin saja adalah orang-orang yang bukan Kristen sejati. Sudah tentu, setelah Tuhan menggerakkan hati kita untuk menerima anugerah keselamatan, mata kita dicelikkan sehingga kita bisa membedakan apa yang baik dari apa yang jahat. Sebagai orang yang sudah bertobat, kita mungkin sudah berhenti berbuat jahat, tetapi belum sepenuhnya merasa terpanggil untuk berbuat baik. Sebagai pohon, kita belum menghasilkan buah-buah yang baik.
Hari ini kita diingatkan bahwa Tuhan menciptakan seisi dunia ini dengan maksud agar semuanya indah dan baik. Manusia diciptakan-Nya untuk hal-hal yang baik, untuk memuliakan Tuhan; tetapi karena dosa, manusia tidak lagi dapat memenuhi tugas Ilahi itu. Hanya melalui darah Kristus, kita bisa menjadi ciptaan baru. Sebagai ciptaan baru yang bersyukur atas kasih-Nya, panggilan untuk berbuat baik itu diteguhkan kembali. Menjadi ciptaan baru dalam Tuhan bukanlah hal yang remeh. Adalah sebuah ironi jika kita mau mengaku dosa, bertobat dari hidup lama kita dan menerima hidup baru serat rajin mengabarkan karunia keselamatan dari Tuhan, tetapi mengabaikan kehendak Tuhan yang sudah dinyatakan dalam Alkitab untuk berbuat baik. Hidup baik dengan aktif berbuat baik untuk Tuhan dan sesama adalah ciri manusia yang sudah dilahirkan kembali!
“Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.” Matius 12: 33