“Aku hendak memuliakan TUHAN selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada.” Mazmur 146: 2

Masih ingatkah pertanyaan yang diajukan kepada kita ketika kita akan dibaptis atau mengaku percaya di hadapan jemaat gereja? Tiap gereja mempunyai tata cara pembaptisan yang berlainan, tetapi pada umumnya pertanyaan itu menyangkut kepercayaan orang yang akan dibaptis kepada Allah TriTunggal: Bapa, Allah Putra dan Roh Kudus. Selain itu biasanya ada janji yang diucapkan bahwa yang dibaptis akan setia dalam hidupnya kepada Yesus Kristus, dan bahwa tujuan hidupnya sesudah dibaptis adalah untuk hidup dan bekerja untuk kemuliaan Kristus. Ini tentunya berbeda dengan keadaan sebelum ia mengenal Kristus.
Sebenarnya apakah tujuan hidup atau purpose of life dari kebanyakan orang yang tidak mengenal Kristus? Mungkin ada orang yang menjawab bahwa ia ingin menjadi orang yang sukses, orang yang pandai atau orang yang berguna untuk masyarakat dan negara. Semua ini adalah cita-cita. Tujuan hidup adalah sesuatu yang lebih luas dan menyeluruh jika dibandingkan dengan cita-cita dan karir. Tujuan hidup juga sering berbentuk abstrak dan tidak dapat dilihat atau diukur. Walaupun demikian, adanya tujuan hidup adalah penting untuk membuat orang kuat dalam menghadapi semua tantangan. Orang boleh mengejar keinginan tertentu dan senang ketika itu tercapai, namun jika tujuan hidup tidak terwujud, semua yang dicapai mungkin tidak berarti. Sebaliknya, mereka yang tidak mencapai kedudukan tinggi atau mendapat kekayaan yang berlimpah bisa saja berbahagia jika tujuan hidupnya tercapai.
Dalam hidup ini memang kesibukan sehari-hari sering menyita waktu dan karena itu kita mungkin tidak sempat memikirkan apakah tujuan hidup kita sudah tercapai. Apakah kepuasan hidup sudah tercapai, sedang mendatangi ataukah belum terasa, mungkin tidak pernah dipikirkan dalam-dalam. Walaupun demikian, seringkali ketika orang mengalami suatu kejadian yang tidak menyenangkan dalam hidup, secara tiba-tiba ia mungkin terbangun dan sadar bahwa hidup yang ada sampai saat ini adalah hampa. Jika pada saat-saat yang lalu ia tidak memikirkan apa arti hidupnya, dengan memeriksa realitas kehidupan kemudian timbul kesadaran bahwa apa yang dipunyainya bukanlah tujuan hidupnya.
Apakah kita sudah mencapai tujuan hidup kita? Kita bisa memeriksa hidup kita sendiri. Reality check untuk apa yang sudah kita capai secara jasmani mudah dilakukan, tetapi bukan itu saja yang dituju dalam hidup manusia. Penulis Mazmur di atas menyatakan keinginannya untuk memuliakan Tuhan selama ia hidup, dan bermazmur bagi Dia selagi masih bisa. Memuliakan Tuhan dan memuji Dia adalah suatu sikap yang harus diambil setiap orang Kristen dan seharusnya menjadi tujuan hidup kita juga. Tujuan hidup yang indah ini seringkali lebih mudah dikatakan daripada dilaksanakan dalam kesibukan sehari-hari. Sekalipun sebagai orang percaya kita mungkin ingin hidup seperti pemazmur, bagaimana kita bisa memuliakan Tuhan dan bermazmur untuk Dia sepanjang waktu dalam hidup kita?
Untuk bisa mempunyai hidup yang memuliakan dan memuji Tuhan, tidaklah cukup dengan pergi ke gereja setiap minggu, atau aktif dalam kegiatan gereja. Jika itu adalah tujuan hidup kita, kita harus bisa melakukannya setiap saat. Dalam hal ini banyak orang Kristen yang berpikir bahwa mereka dapat mencapai tujuan ini secara rohani, melalui perenungan, pemikiran, dan perasaan. Itu benar, tetapi tidak sepenuhnya. Jika kita memang ingin untuk memuliakan dan memuji Tuhan di setiap waktu, itu berarti bahwa apa saja yang kita kerjakan sehari-hari harus bisa menyatakan hal itu. Tujuan hidup orang Kristen bukan sekedar konsep rohani, tetapi sesuatu yang nyata di dunia.
Pagi ini, ayat di atas menantang kita untuk berpikir dalam-dalam. Jika kita memang mengasihi Tuhan dan sesama kita, apakah yang kita kerjakan hari ini yang bisa membuktikan hal itu? Jika kita ingin memuliakan dan memuji Tuhan, apakah yang bisa kita lakukan pada setiap saat dalam hidup kita? Mungkin kita berpikir bahwa tidak ada hal-hal yang signifikan yang bisa kita lakukan dalam hidup kita saat ini. Mungkin karena umur, kesehatan, pendidikan, pekerjaan atau lingkungan, kita merasa tidak mampu untuk melakukan hal-hal yang “besar”. Tetapi, memuji Tuhan tidak harus berarti berbuat sesuatu yang hebat dalam pandangan manusia. Tujuan hidup kita ini bisa dicapai dalam keadaan apa pun kalau saja kita mau menepati janji bahwa segala sesuatu yang kita perbuat, kita akan melakukannnya untuk memuliakan Tuhan dan sesuai dengan perintah-perintah-Nya.
“Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia. Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” 1 Yohanes 2:3-6