Jika Tuhan berdaulat, apakah Dia penyebab adanya kejahatan?

Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: ”Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Yakobus 1:13-14

Setiap orang Kristen tentu percaya bahwa Tuhan adalah mahakuasa. Tuhan adalah pencipta segala yang ada dalam alam semesta dan jagad raya. Tuhan jugalah yang menciptakan Adam dan Hawa. Jika mereka kemudian jatuh dalam dosa, dari mana datangnya dosa? Apakah Tuhan juga pencipta dosa?

Dosa adalah suatu keadaan di mana manusia tidak menaati perintah-Nya. Ayat di atas menyatakan bahwa Tuhan tidak mendatangkan dosa. Manusialah yang karena keinginan mereka, kemudian melanggar perintah Tuhan.

Kitab Suci mengatakan bahwa ketika Allah menyelesaikan ciptaan-Nya, Dia melihat segala sesuatu dan menyatakannya “sungguh amat baik” (Kejadian 1:31). Kitab Suci juga menegaskan bahwa Allah bukanlah pencipta kejahatan:

“Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan.” 1 Yohanes 1:5

“Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera.” 1 Korintus 14:33

Jika anda percaya akan kebenaran ayat-ayat itu, Tuhan sama sekali tidak dapat menjadi pencipta kejahatan.

Kadang-kadang seseorang akan mengutip ayat di bawah ini, dan mengklaim itu membuktikan Tuhan membuat kejahatan sebagai bagian dari ciptaan-Nya:

“Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain, yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah Tuhan yang membuat semuanya ini. ” Yesaya 45: 6-7.

Tetapi, alkitab berbahasa Inggris New International Version memberikan pengertian Yesaya 45:6-7 lebih jelas:

“Akulah Tuhan, dan tidak ada yang lain. Aku membentuk terang dan menciptakan kegelapan, Aku membawa kemakmuran dan menciptakan bencana; Aku, Tuhan, melakukan semua ini.”

Dengan kata lain, Tuhan merancang bencana sebagai hukuman bagi orang fasik. Tetapi ini bukan berarti Dia pencipta kejahatan di dunia atau pemberi nasib malang bagi umat-Nya.

Kejahatan tidak berasal dari Tuhan tetapi dari manusia yang sudah jatuh. Reformator John Calvin, pernah menulis,

. . . Tuhan telah menyatakan bahwa “segala sesuatu yang dijadikan-Nya . . . sungguh amat baik” (Kejadian 1:31). Dari manakah datangnya kejahatan ini kepada manusia, sehingga ia harus murtad dari Tuhannya? Agar kita tidak berpikir bahwa itu berasal dari ciptaan, Tuhan telah memberikan pernyataan-Nya atas apa yang telah keluar dari diri-Nya sendiri. Sungguh amat baik. Oleh karena itu, dengan niat jahatnya sendiri, manusia merusak sifat murni yang telah dia terima dari Tuhan; dan dengan kejatuhannya menarik semua keturunannya bersamanya ke dalam kehancuran. Oleh karena itu, kita harus merenungkan penyebab penghukuman yang jelas dalam sifat manusia yang rusak – yang lebih dekat dengan kita – daripada mencari penyebab yang tersembunyi dan sama sekali tidak dapat dipahami dalam penetapanTuhan. [Institut, 3:23:8]

Adalah penting untuk memahami bahwa dosa itu sendiri bukanlah sesuatu yang diciptakan. Dosa bukanlah substansi, makhluk, roh, atau materi. Jadi secara teknis tidak tepat untuk menganggap dosa sebagai sesuatu yang diciptakan. Dosa hanyalah kurang baiknya moral dalam manusia yang jatuh. Manusia dengan kebebasannya memilih untuk berbuat dosa, harus memikul tanggung jawab penuh atas dosa mereka. Karena itu, semua kejahatan di alam semesta berasal dari dosa-dosa manusia yang jatuh.

“Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” Roma 5: 12

Kematian, penyakit, stres, kelelahan, malapetaka, dan semua hal buruk yang terjadi adalah akibat dari masuknya dosa ke dalam alam semesta (Kejadian 3:14-24). Semua efek jahat dari dosa terus bekerja di dunia dan akan bersama kita selama kita hidup di dunia.

Jika adanya dosa bisa membawa berbagai jenis kejahatan, Tuhan pasti berdaulat atas semua kejahatan. Dalam hal ini, mngkin ada orang yang mengatakan bahwa kejahatan adalah bagian dari ketetapan kekal-Nya. Itu tidak keliru, jika diartikan dalam konteks yang benar. Dia yang mahatahu sudah membuat semua rencana-Nya dengan memperhitungkan adanya dosa, kapan munculnya, siapa yang melakukannya, dan apa akibatnya. Dengan demikian, munculnya berbagai dosa hari lepas hari tidak akan mengejutkan Dia. Karena Dia sudah memperhitungkan semua hal yang bertalian dengan dosa, itu bukan gangguan terhadap rencana kekal-Nya.

Selain dosa dan kejahatan manusia, adakah penyebab lain dari penderitaan manusia di dunia? Dengan keterbatasan yang ada, kita tidak bisa menyelami dalamnya kuasa, kasih dan hikmat Tuhan. Oleh karena itu, jika kita melihat adanya dosa, kita hanya dapat merenungkan penyebab yang jelas dalam sifat manusia yang rusak, tetapi tidak bisa mencari penyebab lain yang tersembunyi dan sama sekali tidak dapat dipahami dalam penetapan mutlak (sovereign ordination) yang sesuai dengan kehendak-Nya (sovereign will).

Satu hal yang harus kita ingat adalah bahwa Tuhan yang berdaulat adalah Tuhan yang mahakasih. Jika adanya dosa bisa merupakan suatu penyebab utama kesengsaraan manusia di dunia, Tuhan berjanji kepada kita bahwa Allah tidak akan mengizinkan pencobaan yang lebih besar dari yang dapat kita tanggung.

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” 1 Korintus 10: 13

Hari ini kita disadarkan bahwa peran Tuhan sehubungan dengan kejahatan bukanlah sebagai penciptanya. Tuhan juga bukan penyebab manusia berbuat dosa. Tuhan tidak juga menetapkan sesorang untuk berbuat dosa tertentu. Dia hanya mengizinkan iblis untuk bekerja, dan kemudian mengatasi semua dosa dan kejahatan untuk mencapai tujuan-Nya yang bijaksana dan suci.

“Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” Kejadian 50: 20

Dengan demikian, sekalipun hidup kita sekarang ini mengalami banyak kesulitan dan penderitaan, pada akhirnya Dia mampu membuat segala sesuatu – termasuk semua buah dari semua kejahatan sepanjang waktu – bekerja bersama untuk kebaikan yang lebih besar .

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Roma 8: 28

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s