Bagaimana kita bisa tunduk kepada Tuhan yang berdaulat

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Roma 12: 2

Hal tunduk kepada Tuhan adalah sesuatu yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk dilaksanakan. Adam dan Hawa yang jatuh ke dalam dosa adalah pencerminan sifat manusia yang tidak mau tunduk kepada kehendak dan perintah Tuhan. Di zaman ini, banyak orang Kristen yang yakin bahwa kehendak Tuhan tidak dapat dilawan, tetapi mereka tetap saja berusaha untuk melakukan atau menjalani hidup yang diingini mereka. Pada pihak yang lain, banyak orang Kristen yang percaya bahwa Tuhan adalah berdaulat, sehingga mereka segan untuk mepertanggungjawabkan keputusan yang mereka ambil selama hidup di dunia. Jika golongan yang pertama bisa dituduh sebagai orang yang tidak sepenuhnya tunduk kepada Tuhan, golongan kedua mungkin juga bisa dikatakan sebagai orang yang tidak mau tunduk kepada perintah Tuhan untuk bisa aktif menjalani hidup sesuai dengan kehendak Tuhan yang sudah dinyatakan dalam Alkitab.

Ada banyak ayat dalam Alkitab yang dimulai dengan kata “hendaklah” dan “janganlah” yang merupakan perintah Tuhan agar manusia mengambil tindakan dan bukan mengharapkan bahwa segala sesuatu akan terjadi sepenuhnya melalui tindakan Tuhan. Tuhan yang mahakuasa dan berdaulat bukanlah Tuhan yang memperlakukan manusia sebagai robot, tetapi memberi kebebasan kepada manusia untuk mengambil keputusan untuk tunduk kepada Dia dan menaati perintah-Nya. Jika Tuhan ingin umat-Nya untuk tunduk kepada-Nya, itu bukan saja untuk tidak melawan kehendak-Nya yang belum dinyatakan atau belum terjadi, tetapi juga untuk tidak melawan atau mengabaikan kehendak-Nya yang sudah dinyatakan saat ini, seperti perintah-Nya dalam ayat di atas untuk tidak menjalani hidup seperti mereka yang belum mengenal Tuhan yang berdaulat. Jika ada orang Kristen yang enggan untuk berusaha hidup baik, segan untuk menaati hukum negara dan malas untuk melaksanakan etika kehidupan Kristen, mungkin itu karena mereka mengabaikan bimbingan Roh Kudus yang tinggal dalam hati mereka.

Di dalam Perjanjian Baru kejadian dimana istilah tunduk digunakan, kata yang digunakan adalah terjemahan dari kata Yunani hupotasso. Bagian hupo berarti “di bawah” dan bagian tasso berarti “diatur.” Kata ini beserta akar-kata nya diterjemahkan sebagai istilah tunduk dan penaklukan. Makna lengkap dari kata ini ialah “menaati, tunduk kepada, menundukkan diri kepada, menjadi subyek dari atau menuruti.” Kata ini sering digunakan sebagai ungkapan militer yang berarti “menyusun divisi tentara di bawah perintah pemimpin.” Makna ini adalah definisi yang bagus akan arti “tunduk” kepada Allah. Hal ini berarti mengatur pribadi seseorang di bawah perintah sudut pandang illahi dibanding dengan gaya hidup lama yang didasari sudut pandang manusiawi. Semua itu adalah proses penyerahan kehendak kita kepada Allah.

Firman Tuhan telah mengatakan banyak hal mengenai ketundukan terhadap “kuasa yang lebih tinggi.” Ini merujuk kepada penetapan prinsip yang telah ditentukan Allah tentang dunia ini – pemerintah dan penguasa, dalam posisi dan jabatannya, yang telah Allah letakkan sebagai otoritas di atas kita di dunia ini. Prinsipnya secara pendek ialah bahwa kita harus taat kepada otoritas yang berkuasa di atas kita, siapapun otoritas itu, dan ketundukan itu akan membawa berkat nyata di dunia ini, dan bagi orang percaya, kelak di surga. Otoritas tertinggi ialah Allah, dan Ia mendelegasikan otoritas kepada pihak lain; jadi, dalam tunduk kepada Allah, kita tunduk kepada otoritas yang telah Ia tetapkan di atas kita. Anda mungkin akan sadar bahwa tidak ada peringatan khusus untuk membedakan antara otoritas yang baik ataupun buruk ataupun adil dan tidak adil. Hanyalah bahwa kita harus merendahkan diri dan menaati mereka “serupa ketaatan kita kepada Tuhan.”

Kita juga dihimbau untuk berserah diri kepada Allah. Di dalam Efesus kita membaca bahwa sang istri harus tunduk kepada sang suami sama seperti kepada Tuhan dan sang suami juga harus “mengasihi” istrinya (Efesus 5:22-25). Rasul Petrus menulis, “Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: ‘Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.’ Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Petrus 5:5-7). Tema di dalam bagian ini adalah rendah hati. Seseorang tidak dapat tunduk kepada Allah tanpa berrendah hati. Kita tidak dapat merasakan keharusan untuk taat kepada perintah Allah jika kita merasa yakin dan bangga bahwa kita adalah orang terpilih. Ketaatan mensyaratkan kita untuk merendahkan diri kepada otoritas lain, dan kita diberitahu bahwa Allah menolak kesombongan.

Jadi, memiliki rendah hati dan sebuah hati yang tunduk adalah pilihan yang harus kita ambil. Ini berarti sebagai orang yang telah lahir-baru kita harus mau memilih setiap hari untuk menundukkan diri kepada Allah supaya karya Roh Kudus di dalam diri kita akan “menyesuaikan kita serupa dengan Kristus.” Allah akan menggunakan situasi kehidupan untuk memberi kesempatan untuk tunduk padaNya (Roma 8:28-29). Orang percaya kemudian menerima anugerah-Nya dan semua yang tersedia untuk berjalan dalam Roh dan tidak mengikuti lagi khodrat yang lama. Karya ini dapat terlaksana dengan memilih untuk mempraktekkan Firman Allah kepada hidup kita dan belajar akan semua yang telah Allah sediakan bagi kita di dalam Kristus Yesus. Dari detik kita lahir baru, kita telah dilengkapi dengan semua yang kita butuhkan, dalam Kristus, untuk menjadi seorang percaya yang dewasa, akan tetapi kita harus memilih untuk mempelajari semua yang tersedia melalui pembacaan dan pembelajaran Firman maupun menerapkannya di dalam kehidupan pribadi kita hari demi hari.

Kita harus memilih untuk tunduk kepada Allah supaya proses pelajaran dapat dimulai dan kita dapat tumbuh secara rohani. Ialah proses yang dimulai pada keselamatan dan berlanjut dengan setiap pilihan yang kita ambil demi menundukkan diri kepada Allah. Proses ini akan berlanjut sampai Tuhan datang kedua-kalinya atau Ia memanggil kita pulang. Hal yang terindah, seperti Rasul Paulus berkata, “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar” (2 Korintus 3:18).

Allah tidak meminta kita tunduk karena Ia adalah diktator atau tiran, tetapi karena Ia adalah Bapa yang mengasihi dan Ia mengetahui yang terbaik bagi kita. Berkat dan damai yang kita dapatkan dari penyerahan diri yang rendah hati setiap hari kepada-Nya adalah anugerah yang jauh lebih berharga dari apa yang dapat ditawarkan dunia.

Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.” Yohanes 14: 15-17

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s