“Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Roma 8: 38 – 39

Apakah ada yang anda kuatirkan dalam hidup ini? Pertanyaan ini bagi semua orang tentunya akan dijawab dengan kata “ya”. Sekalipun sebagian orang mungkin tidak terlalu kuatir akan kehidupan sendiri, mereka bisa saja kuatir akan apa yang terjadi pada diri orang lain atau akan apa yang terjadi di lingkungan, dalam negara, atau di dunia.
Hidup ini penuh dengan kejutan. Life is full of surprises. Orang yang terlihat sehat kemudian jatuh sakit parah, murid yang pandai justru tidak lulus ujian, mereka yang kaya-raya sejak lama kemudian jatuh bangkrut, mereka yang terlihat bahagia ternyata mengalami tekanan jiwa yang besar. Apakah yang bisa diharapkan manusia jika semua adalah tidak pasti adanya?
Dengan adanya berbagai persoalan hidup, mungkin tidak ada orang yang yakin bahwa hidup mereka akan berakhir dengan kebahagiaan atau “happy ending“. Mungkin hanya di layar perak saja kita bisa melihat adanya orang- orang yang sesudah mengalami perjuangan hidup, kemudian menemui kebahagiaan yang abadi. Sebaliknya, apa yang terjadi dalam kehidupan kelihatannya tidak dapat menjamin manusia manapun untuk bisa sepenuhnya optimis untuk masa depan.
Kemungkinan adanya penindasan, kesesakan hidup, penganiayaan, kelaparan, bahaya, kekejaman ataupun peperangan memang bisa membuat orang sulit untuk mendapat ketenangan hidup. Lebih dari itu, bagi kita umat Kristen, selalu ada bahaya yang mengancam karena adanya orang-orang yang ingin menghancurkan iman kepercayaan kita.
Bagi yang percaya adanya Tuhan sekalipun, tidaklah ada harapan masa depan jika mereka hanya mengenal Tuhan sebagai Oknum yang mahakuasa. Tuhan mungkin sudah menetapkan hidup mereka untuk mengalami kehancuran. Ini adalah pandangan yang keliru. Doktrin concurrence menyatakan bahwa Tuhan bekerja melalui kehidupan ciptaan-Nya untuk mencapai rencana-Nya. Keduanya, tindakan manusia dan penetapan Tuhan, berjalan secara berdampingan.
Salah satu tokoh Perjanjian Lana yang kita kenal adalah Yusuf, yang sudah dijual oleh saudara-saudaranya ke tanah Mesir. Yusuf berubah hidupnya dari seorang anak yang hidup dalam kasih sayang bapanya, menjadi budak dan bahkan orang tahanan di negeri asing. Sendirian dan tidak berdaya, Yusuf tetap bergantung kepada Tuhan yang dikenalnya. Melalui pergantian situasi, Yusuf kemudian menjadi orang penting yang mengurus kesejahteraan orang Mesir. Saudara-saudara Yusuf pada akhirnya terpaksa meminta tolong kepada Yusuf. Bukannya menolak mereka, Yusuf justru bisa melihat kasih Tuhan dalam hidup mereka.

“Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” Kejadian 50: 20
Sifat Tuhan tidak berubah. Tetapi ini tidak berarti statis. Sebaliknya, Ia hidup, aktif, dan dinamis. Energi dan dinamis-Nya diekspresikan paling nyata dalam hubungan memberi-dan-menerima dalam pasang-surutnya kehidupan manusia. Dan hubungan Tuhan dengan umat-Nya selalu merupakan sarana pernyataan kasih-Nya (providence) sampai akhir zaman.
Alkitab memperluas gagasan ini dengan mengajarkan bahwa sifat Tuhan yang tidak berubah mengandung konflik atau dialog yang berkelanjutan. Dialog dua arah sepanjang masa. Bukan satu arah. Di dalam Tuhan ada ketegangan antara prinsip-prinsip keadilan dan belas kasihan yang tampaknya bertentangan, atau kontras antara kesucian dan kasih karunia-Nya yang sangat nyata.
Pada hari ini firman Tuhan mengingatkan kita bahwa kasih Tuhan adalah lebih besar dari kesulitan hidup apapun. Karena itu, sekalipun hidup ini terkadang terasa sangat berat, kita yang sudah menjadi orang percaya tidak akan kehilangan keyakinan bahwa Tuhan senantiasa beserta kita!