“Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” 1 Timotius 6: 10

Saya rasa setiap orang pernah jatuh cinta. Namun tidak semua orang berhasil mendapatkan apa yang dicintainya. Mungkin apa yang pernah dicintainya adalah orang yang menampik cintanya, dan itu bisa membuat dia patah hati. Tetapi orang juga bisa bersedih jika barang yang dicintainya ternyata tidak bisa dimilikinya. Mungkin itu karir, mungkin juga kepandaian, atau kemampuan. Memang kata orang, cinta bisa salah alamat. Itu jika apa/siapa yang dicintai seseorang ternyata tidak dapat diperoleh akibat salah pilih. Hal cinta salah alamat ini sudah pernah dijadikan film dan lagu di Indonesia, mungkin karena kejadiannya selalu menimbulkan rasa ingin tahu orang lain. Mengapa cinta seseorang bisa salah alamat?
Ayat di atas adalah tulisan Rasul Paulus kepada rekannya yang jauh lebih muda, Timotius. Seatu pesan untuk semua orang Kristen agar tidak mengalami cinta salah alamat. Paulus menulis agar kita tidak pernah jatuh cinta kepada uang atau harta. Uang dan harta tidak bisa mencintai kita, sekalipun besar cinta kita kepadanya.
Jika cinta seseorang kepada orang lain bisa salah alamat dan membuat orang patah hati, cinta salah alamat kepada uang atau harta bisa membuat orang menyimpang dari imannya dan mendatangkan berbagai siksaan dan duka dalam hidupnya. Mengapa demikian?
Ayat di atas tidak mengatakan bahwa kita tidak perlu mencari uang atau tidak perlu bekerja keras. Ayat di atas tidak bernada anti kekayaan. Apa yag digaris bawahi adalah hal mencintai uang atau harta, alias tamak. Siapakah yang mau dikatakan tamak? Saya kira tidak ada seorang pun. Tamak mempunyai konotasi yang jelek sebab kata itu dihubungkan dengan keserakahan dan kerakusan akan uang.
Memang, seringkali orang menghubungkan ketamakan dengan tingkah laku yang tercela untuk memperoleh keuntungan materi, seperti korupsi, penggelapan uang atau perampasan harta orang lain. Banyak orang yang berpikir bahwa orang kaya adalah identik dengan orang yang tamak. Karena tamak, orang bisa menjadi kaya, dan orang yang kaya tentunya tamak. Oleh karena itu ada orang Kristen yang berpendapat bahwa kekayaan adalah bertentangan dengan iman. Tentu saja, pendapat seperti itu adalah tidak benar. Baik orang kaya maupun yang tidak kaya bisa menjadi orang yang tamak, yang selalu tidak pernah merasa cukup dalam hidupnya.
Uang memang bisa membawa kebahagiaan, tetapi juga penderitaan. Banyak orang berpendapat bahwa jika ada uang, kebahagiaan akan mudah diperoleh. Bagi sebagian orang, banyaknya uang mungkin identik dengan besarnya berkat dan kasih Tuhan. Tetapi Tuhan tidak pernah memberi kemampuan untuk mencintai uang kepada manusia. Sebaliknya, Alkitab sering menyatakan kebencian Tuhan akan mereka yang memuja hartanya. Pada pihak yang lain, banyak orang yang merasa bahwa penderitaan hidup muncul karena tidak adanya uang, atau karena banyaknya uang yang harus dikeluarkan. Bagi mereka, rasa patah hati mungkin sering dirasakan, ketika uang dan harta meninggalkan mereka. Apa kata Yesus dalam hal ini?
KataNya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” Lukas 12: 15
Menurut dunia, uang memang kunci kehidupan. Menurut dunia kebahagiaan dan penderitaan bisa diukur dengan uang yang masuk atau uang yang keluar. Karena itu banyaklah orang yang cinta salah alamat. Yesus dalam ayat di atas berkata bahwa hidup manusia tidak bergantung pada kekayaannya; sebab sekalipun seorang berlimpah-limpah hartanya, kebahagiaan belum tentu datang. Hal yang sebaliknya justru sering terjadi: karena harta yang berlimpah-limpah seorang bisa melupakan Tuhannya dan mengalami kehampaan hidup. Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa mereka yang hidup dalam kekurangan bisa merasakan bahwa hidup ini sangat berat dan Tuhan itu tampak jauh.
Dengan demikian, manakah yang lebih baik: menjadi orang kaya atau orang miskin? Jika kemakmuran bisa membuat orang jauh dari Tuhan, kemiskinan juga bisa mempunyai akibat yang serupa. Menurut ayat di atas, apa yang penting bagi kita adalah untuk menghindari ketamakan. Ketamakan bukanlah monopoli orang yang kaya saja: mereka yang kaya bisa menjadi tamak karena kecintaan kepada harta, tetapi mereka yang berkekurangan bisa menjadi tamak karena kerinduan untuk memperoleh harta. Dengan demikian, baik kaya atau miskin, orang bisa saja menjadi tamak. Orang yang tamak selalu ingin memperoleh harta yang lebih dari apa yang sudah dimilikinya.
Hari ini kita diingatkan bahwa jika cinta kita salah alamat, kita bisa lupa bahwa hidup kita hanya bergantung kepada Tuhan yang mengasihi kita. Dengan mengejar kekayaan orang bisa jatuh kedalam berbagai pencobaan, dan karena cinta akan uang orang bisa melakukan berbagai kejahatan. Mereka yang siang malam memikirkan harta, pada akhirnya bisa mendewakan harta dan kehilangan Tuhan. Karena itu, seperti Paulus kita harus mau melatih diri agar bisa merasa cukup dalam setiap keadaan. Hidup orang beriman akan terasa indah jika dipenuhi dengan rasa syukur atas apa yang sudah diberikan Tuhan.
“Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.” 1 Timotius 6: 6