“Banyak orang yang tewas karena mati terbunuh, sebab pertempuran itu adalah dari pada Allah. Lalu mereka menduduki tempat orang-orang itu sampai waktu pembuangan. 1 Tawarikh 5: 22

Tak terasa perang di Ukraina sudah berlangsung lebih dari 8 bulan. Invasi Rusia ke Ukraina 2022 adalah sebuah perang sehubungan dengan tentara Rusia yang menyerbu Ukraina. Invasi ini memaksa sepertiga penduduk Ukraina untuk berpindah tempat kediaman, dan menyebabkan 7 juta orang Ukraina meninggalkan negaranya, yang memicu krisis pengungsi Eropa yang paling cepat tumbuh sejak Perang Dunia kedua. Invasi tersebut mendapat banyak kritik internasional. Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengesahkan resolusi yang mengkritik invasi dan menuntut pemunduran penuh pasukan Rusia. Mahkamah Internasional memerintahkan Rusia untuk menghentikan operasi-operasi militer dan Majelis Eropa mengeluarkan Rusia. Banyak negara menetapkan sanksi terhadap Rusia, yang mempengaruhi ekonomi Rusia dan dunia, dan memberi bantuan kemanusiaan dan militer ke Ukraina. Tetapi sampai sekarang perang ini tidak kunjung mereda.
Konflik di Ukraina ini sudah bertumbuh sedemikian rupa sehingga ada kekuatiran akan munculnya perang besar yang melibatkan banyak negara. Kekuatiran ini bukan hanya bayangan saja, sebab banyak ahli militer dan intelejen dunia yang sudah memperhatikan gerakan beberapa negara lain yang saat ini mengawasi jalannya perang di Ukraina ini, agaknya karena adanya keinginan untuk menyerbu negara lain. Keadaan yang agaknya cukup genting saat ini ditanggapi oleh sebagian orang Kristen sebagai apa yang sudah ditentukan Tuhan. Dalam hal ini, Paul Symon, direktur badan intelejen Australia yang akan turun jabatan sebentar lagi mengatakan dia tidak tahu apakah perang besar antara negara-negara raksasa adalah kemungkinan yang nyata. “Pendapat bahwa hal-hal ini sudah ditetapkan sebelumnya, adalah tidak benar,” katanya. “Ada banyak kesempatan bagi para pemimpin dan manusia untuk membuat perbedaan dan untuk melangkah dan mengubah jalur dan pengaturan hidup yang Anda jalani.” Saya tidak tahu apakan Paul Symon adalah orang Kristen, tetapi komentarnya bahwa manusia seharusnya mampu untuk menghindari perang membuat saya bertanya-tanya: Dari mana datangnya perang?
Alkitab dalam 1 Tawarikh 5: 18-22 mengisahkan perang anak-anak Ruben, orang Gad dan setengah suku Manasye, melawan orang-orang Hagri, Yetur, Nafish dan Nodab. Ayat 20 menyatakan bahwa anak-anak Israel berseru kepada Tuhan di tengah-tengah pertempuran, dan Tuhan membantu mereka dalam perang melawan musuh-musuh mereka. Ayat 22 di atas menyatakan, “banyak orang yang tewas karena mati terbunuh, sebab pertempuran itu adalah dari pada Allah”. Pertempuran yang datang dari Allah? Jika Tuhan itu baik (Mazmur 100: 5) dan jika Tuhan adalah Tuhan yang damai (Roma 15:33), bagaimana Dia bisa mengobarkan perang?
Peperangan apapun adalah hal yang tidak disukai oleh siapa pun. Peperangan selalu dihubungkan dengan kekejaman, penderitaan dan kematian. Karena itu, semua orang yang sehat akalnya tentu berusaha untuk menghindari terjadinya peperangan. Walaupun demikian, adanya peperangan sering kali seakan tidak dapat dihindari. Dalam Perjanjian Lama kita bisa melihat bagaimana bangsa Israel berperang melawan berbagai bangsa yang ada disekitarnya. Pada saat itu, sering kali peperangan terjadi karena perintah Tuhan kepada bani Israel, bangsa pilihan Tuhan pada waktu itu, untuk menyerang dan menghancurkan bangsa lain. Jika itu terjadi pada zaman sekarang, tidak dapat diragukan bahwa Tuhan akan dituduh berlaku sangat kejam kepada ciptaan-Nya.
Mengobarkan perang dan menjadi Tuhan yang mahakasih dan mahabaik tidaklah harus selalu bertentangan. Pertama, adalah keliru untuk menganggap bahwa semua perang tidak sejalan dengan kebaikan. Seorang ahli bedah mengambil tindakan drastis melawan kanker untuk mendatangkan kebaikan tertinggi bagi pasien. Namun, kejahatan spiritual jauh lebih serius daripada kejahatan fisik. Ketika Tuhan mengobarkan perang di Perjanjian Lama, itu melawan kekuatan roh jahat. Tuhan mengambil tindakan drastis untuk membersihkan tanah dari pengaruh jahat penduduknya.
Kedua, adalah keliru untuk menganggap bahwa berperang tidak sejalan dengan perdamaian. Tidak akan ada kedamaian di dunia jika Tuhan tidak melawan kejahatan. Sesungguhnya, damai sejahtera Tuhan sekarang tersedia bagi semua orang yang percaya, karena Tuhan mengobarkan perang melawan kekuatan jahat – peperangan yang mencapai puncaknya di Golgota di mana darah Anak Tunggal Tuhan dicurahkan. Memang, terkadang perang diperlukan untuk menghasilkan perdamaian yang langgeng.
Setiap tahun pada tanggal 6 Juni banyak negara memperingati hari peringatan 75 tahunnya D-day dimana pada tahun 1944, tentara sekutu mendarat secara besar-besaran di pantai-pantai Normandy, Perancis utara. Pendaratan tentara sekutu di daerah yang saat itu dikuasai oleh tentara Nazi Jerman adalah permulaan dari usaha pembebasan benua Eropa yang menewaskan ratusan ribu prajurit dari kedua pihak. Karena berhasilnya tentara sekutu dalam melakukan invasion itu, perang dunia kedua tidak lama kemudian berakhir dengan menyerahnya pihak Nazi Jerman. Dengan berakhirnya perang dunia kedua, dunia kemudian menjadi lebih tenang, dan dengan demikian keadaan ekonomi, teknologi, sosial dan budaya di banyak negara mengalami kemajuan pesat.
Semua peperangan terjadi dengan seijin Tuhan, dan sekalipun sebagian di antaranya bukanlah sesuatu yang dikehendaki Tuhan, setiap peperangan pada akhirnya bisa menunjukkan bahwa Tuhan tetap bekerja dalam keadaan yang bagaimanapun buruknya. Peperangan sering kali terjadi karena dosa yang dilakukan oleh suatu bangsa atau oleh pemimpinnya. Mereka yang berusaha memberontak dari norma-norma kebaikan dan kebenaran Tuhan, dengan sengaja melakukan tindakan-tindakan yang menyebabkan pertikaian. Tetapi, sejarah membuktikan bagaimanapun buruknya tindakan manusia, Tuhan yang mahatahu selalu dapat mengatasinya dan bahkan menunjukkan kebesaran dan kasihNya melalui tindakan orang-orang yang dipilih-Nya.
Hari ini kita harus bersyukur bahwa keadaan dunia pada saat ini pada umumnya tidaklah seburuk abad-abad yang telah lalu. Walaupun demikian, tiap hari selalu ada saja berita-berita yang menyedihkan, dan itu mungkin yang disebabkan oleh tindakan seseorang, sekelompok tertentu, pemimpin rakyat ataupun negara tertentu. Bahkan dalam rumah tangga dan gereja pun, sering ada pertikaian yang membawa permusuhan dan perpecahan. Dalam hal ini, kita harus yakin bahwa Tuhan yang mahakasih pada hakikatnya bukanlah Tuhan yang merestui pertikaian manusia. Bukan Tuhan yang mengadu domba untuk menimbulkan permusuhan antar bangsa.Sebaliknya,Tuhan memerintahkan semua umat-Nya untuk bisa mengasihi sesama mereka.
Sebagai umat Kristen kita memang terpanggil untuk menunjukkan kedamaian dari Tuhan yang sudah kita terima kepada semua orang. Tetapi, selama kita hidup di dunia, kekacauan karena perbuatan manusia selalu muncul silih berganti. Bagaimana kita harus bersikap dalam menghadapi suasana yang tidak menyenangkan itu? Firman Tuhan hari ini menunjukkan bahwa Tuhan selalu memperhatikan keadaan dunia. Ia selalu memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya. Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya, tetapi Ia meninggikan orang-orang yang rendah hati dan berserah kepada bimbinganN-ya. Karena itu, biarlah kita mau meyerahkan hidup dan masa depan kita kepada-Nya sambil percaya bahwa keadilan Tuhan selalu terlihat pada akhirnya.
“Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah” Lukas 1: 51 – 52