“Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.” 1 Yohanes 2: 15

Ayat di atas adalah singkat dan seharusnya mudah dimengerti. Selain itu, ayat ini seharusnya terdengar sangat tegas. Ada dua pilihan hidup: dunia atau surga. Mengasihi dunia berarti mengasihi apa yang apa yang fana, mengasihi surga berarti mengasihi apa yang kekal. Jika kita mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya, itu berarti kita berfokus pada segala kenikmatan semu yang ditawarkannya. Jika kita mengasihi apa yang surgawi, itu berarti fokus hidup kita adalah untuk memperoleh apa yang ada di surga, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada orang beriman melalui kasih Bapa yang mengirimkan Anak-Nya yang tunggal: Yesus Kristus. Singkatnya, fokus hidup kita adalah untuk bisa meniru Yesus.
Tidak dapat dipungkiri, Yesus adalah tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia modern. Sekalipun perkembangan agama Kristen agak menurun di dunia Barat, hasil survei internet beberapa tahun yang lalu membuktikan bahwa orang tetap menempatkan Yesus sebagai orang yang paling penting di dunia. Mengapa begitu? Apakah Yesus bisa dibandingkan dengan tokoh-tokoh dunia yang sukses seperti Bill Gates, pendiri Microsoft, atau Elon Musk, boss pabrik mobil listrik Tesla yang kaya raya? Bukankah Yesus adalah anak tukang kayu yang mengembara selama kurang lebih 3 tahun dengan hanya berjalan kaki dan bahkan tidak mempunyai rumah?
Mungkin ada yang berpendapat bahwa cara hidup Yesus tidaklah bisa dibandingkan dengan tokoh-tokoh dunia yang lain. Dengan demikian, manusia seharusnya meniru cara hidup dan cara kerja tokoh-tokoh dunia selama hidup di dunia, dan hanya memikirkan ajaran Yesus jika mereka ingin ke surga setelah meninggalkan dunia. Karena itu, selama hidup di dunia, banyak orang yang memusatkan perhatiannya pada kenyamanan duniawi. Tetapi, ayat di atas menyatakan bahwa jika kita mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam diri kita. Kita tidak akan termasuk dalam kategori orang yang dikasihi Tuhan; dan tanpa kasih Tuhan, kita tidak bisa ke surga.
Bagaimana kita bisa hidup befokus kepada Yesus Kristus? Berapa lama kita harus hidup untuk mengasihi Tuhan? Paulus memberi contoh yang baik untuk kita. Ia hidup untuk Kristus sampai saat terakhir:
“Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.” 2 Timotius 4:6-8
Yesus adalah Anak Allah dan karena itu Ia adalah Tuhan; tetapi sewaktu ada di bumi, ia juga sepenuhnya manusia seperti kita. Yesus adalah orang yang sukses dalam hidupnya yang relatif singkat di dunia. Kesuksesan Yesus terletak pada ketaatan-Nya kepada Allah Bapa, dalam menjalani berbagai penderitaan sampai Ia disalibkan sebagai ganti dosa manusia. Kesuksesan Yesus inilah yang membuat begitu banyak orang yang merasa bahwa Yesus adalah tokoh yang sudah membawa pengaruh terbesar atas manusia di sepanjang sejarah dan karena itu banyak orang yang ingin tahu lebih banyak tentang Dia. Kesuksesan Yesus ini jugalah yang mendatangkan penghargaan dari Allah Bapa yaitu kemuliaan tertinggi di surga.
Jika ukuran kesuksesan bagi Yesus adalah bagaimana Ia bisa taat kepada sang Bapa sehingga Ia dan Bapa adalah satu, agaknya mengherankan bahwa diantara pengikut Yesus di zaman ini masih ada yang berpendapat bahwa kesuksesan hidup mereka dapat dicapai dan diukur dengan mendapat kekayaan, kepandaian, kekuasaan dan bahkan keberhasilan anak-cucu! Dengan apa yang mereka peroleh di dunia, yang mereka anggap sebagai kesuksesan, mereka mengharapkan penghargaan dan pujian dari orang lain dan bukannya kasih dan penghargaan dari Allah.
Ayat diatas menunjukkan bahwa jika kita mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya, maka kasih akan Bapa tidak ada didalam kita. Ini menurut ukuran Yesus adalah kegagalan, seperti yang tertulis dalam Alkitab:
“Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” 1 Yohanes 2: 16-17.
Hari ini kita diingatkan bahwa dalam hidup di dunia, adalah penting bagi umat Kristen untuk bekerja keras, tetapi itu bukan dengan segala cara untuk memuaskan keinginan duniawi kita. Bukan juga untuk kepuasan diri dan mata kita sendiri, tetapi untuk memuliakan Tuhan. Mungkin juga dalam hidup kita ada berbagai tantangan, masalah dan penderitaan. Tetapi apapun yang terjadi, hidup kita tetap bisa dipakai untuk memuliakanTuhan karena itulah kesuksesan menurut ukuran Yesus.
“Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” Roma 8: 17