“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu.” Amsal 3: 5-8

Agaknya setiap orang pernah bermain bandulan atau ayunan, paling tidak semasa kecil. Selain bandulan yang dibuat dari sebuah papan kayu yang digantung ke sebuah pohon dengan tali, sekarang kita bisa menemukan kursi bandulan buatan pabrik yang bermacam-macam jenisnya. Jika bandulan adalah sebuah kursi yang digantung sehingga bisa bergoyang-goyang, istilah bandul menunjuk pada sebuah benda yang terikat pada sebuah tali dan dapat berayun secara bebas dan periodik yang menjadi dasar kerja dari sebuah jam dinding kuno yang mempunyai ayunan.
Satu hal yang tidak bisa dihindari adalah kenyataan bahwa sebuah bandul tidak bisa mulai berayun tanpa ada yang mendorong. Hal yang lain yang harus diterima adalah sebuah bandul yang berayun pada suatu saat akan berhenti, jika tidak tetap didorong. Dalam bermain bandulan, kita mungkin bisa berjam-jam berayun jika ada orang lain yang mendorong kita atau jika kita mendorong bandulan itu dengan menggerakkan tubuh kita dan mengayunkan kaki kita seirama dengan gerakan bandulan. Begitu juga, jam lonceng bandul hanya bisa terus berdetak jika ada tenaga tambahan yang diberikan melalui tenaga baterai atau putaran per.
Hidup jasmani manusia agaknya berjalan seperti sebuah bandul yang berayun. Denyut jantung kita bisa dibayangkan sebagai bandul yang berayun, mungkin 60-100 kali semenit. Jika denyut jantung seseorang menurun sehingga jumlahnya sangat rendah, ada kemungkinan orang itu pingsan, atau mati jika tidak ada lagi detak jantungnya. Dalam hal rohani, kita juga bisa membayangkan bahwa kita tetap hidup jika detak iman kita masih ada; tetapi, mereka yang sudah mati secara rohani, tentunya tidak mempunyai iman yang bekerja. Bagaimana bisa begitu?
Ketika Tuhan menciptakan manusia di taman Eden, Ia menciptakannya dengan membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup dan mempunyai jantung yang berdetak . Tuhan sudah membuat jantung manusia terus berdetak dengan kasih-Nya, dan tanpa itu manusia tidak akan bisa hidup. Walaupun demikian, kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat hubungan antara manusia dan sumber kehidupannya menjadi retak, dan karena itu jantung manusia pada suatu saat akan berhenti berdetak. Ini seperti sebuah ayunan yang berhenti karena tidak ada dorongan.
Tuhan yang mahakasih tidak membiarkan manusia untuk mati selamanya ketika jantungnya berhenti berdetak. Tuhan kemudian menjanjikan seorang Juruselamat untuk menebus mereka yang percaya kepada-Nya. Dengan demikian, walaupun secara jasmani manusia akan mati, secara rohani mereka yang percaya dan setia kepada Tuhan akan dikaruniai keselamatan yang abadi. Ini bukanlah seperti konsep ayunan yang sederhana, karena hidup kerohanian manusia juga dipengaruhi oleh cara hidup dan usaha manusia untuk tetap hidup dalam terang firman-Nya.
Memang keselamatan manusia hanya karena karunia Tuhan dan bukan karena usaha manusia. Ini berarti bahwa karunia Tuhanlah yang menjadi kekuatan utama yang membuat hidup kerohanian kita tetap berjalan. Walaupun demikian, Rasul Petrus menulis bahwa kita harus mengerjakan keselamatan kita dengan sungguh-sungguh, dalam arti menyelaraskan hidup kita dengan kehendak Tuhan. Inilah sebuah sinergi antara kehendak Tuhan dan kehendak manusia yang sulit kita bayangkan.
“Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir” Filipi 2: 12
Ayat pembukaan di atas yang berasal dari kitab Amsal menyatakan bahwa kita harus percayalah kepada TUHAN dengan segenap hati kita, dan jangan bersandar kepada pengertian kita sendiri. Dalam hidup di dunia, jika kita mau mengakui Dia dalam segala apa yang kita lakukan, maka Ia akan meluruskan jalan kita. Kita tidak boleh menganggap diri kita bijak, tetapi kita harus takut akan TUHAN dan menjauhi kejahatan. Inilah yang akan membuat kita tetap hidup dalam terang-Nya dan mempunyai jantung yang tetap berdetak untuk kemuliaan-Nya, bagaikan bandul yang tidak pernah berhenti. Roh Kudus-Nya juga akan menghidupkan iman kita, makin lama makin besar, sampai saat di mana kita menghadap Dia di surga.
“Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” 2 Korintus 4: 16
Pagi ini kita diingatkan untuk tidak tawar hati, tidak putus asa atau kecewa dengan keadaan diri kita atau situasi di sekeliling kita. Denyut jantung rohani kita tetap ada dan bahkan iman kita makin lama makin besar jika kita mau untuk mengerjakan keselamatan yang sudah kita terima dari Tuhan. Jika kita mau berusaha hidup dalam firman-Nya, kita akan menerima kekuatan dari Dia hari lepas hari sehingga bandul kehidupan kita teap bisa berayun.