“Ya, Tuhan, berilah telinga kepada doa hamba-Mu ini dan kepada doa hamba-hamba-Mu yang rela takut akan nama-Mu, dan biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini.” Nehemia 1:11

Nehemia adalah seorang tokoh penting dalam sejarah pasca-pembuangan orang-orang Yahudi sebagaimana yang dicatat dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Ia diyakini sebagai penulis utama Kitab Nehemia. Ia adalah anak Hakhalya (Nehemia 1:1), dan kemungkinan dari Suku Yehuda. Leluhurnya tinggal di Yerusalem, tetapi Nehemia tinggal dan berdinas di Persia, yang sekarang dikenal sebagai negara Iran (Nehemia 2:3). Ia memangku jabatan yang tinggi, yaitu sebagai seorang juru minuman raja Artahsasta dari Kekaisaran Persia.
Suatu hari Nehemia mendengar bahwa orang-orang Yahudi di Yerusalem sedang menderita. Tembok yang melindungi Yerusalem dihancurkan dan tidak pernah dibangun kembali. Nehemia sangat sedih mendengar bahwa Yerusalem sudah porak poranda. Ia bermaksud minta izin dari raja Artahsasta untuk mengambil cuti guna pergi ke Yerusalam untuk membangun kembali kota itu. Tetapi, ia tidak tahu bahwa raja itu akan mengizinkannya. Karena itu ia berpuasa dan berdoa memohon pertolongan Tuhan. Ia menyerahkan masalahnya kepada Tuhan yang mahakuasa.
Seperti Nehemia, kita mungkin sering Kristen memikirkan apa maksud Tuhan dengan membiarkan banyak manusia, terutama sanak saudara kita dan kita sendiri, mengalami berbagai penderitaan. Kebingungan terjadi juga karena kita tidak tahu apakah memang Tuhan menghendaki semuanya. Barangkali Tuhan bermaksud menghukum umat manusia karena sudah terlalu banyak orang yang berani melawan kehendak-Nya? Pada pihak yang lain, ada juga mereka yang percaya bahwa semua ini hanya bagian kehidupan manusia di dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya berbagai masalah dalam hidup, biasanya makin banyak orang yang berdoa kepada Tuhan untuk memohon pertolongan.
Seperti ayat di atas, banyak contoh dalam Alkitab yang dipakai sebagai dasar argumen bahwa jika kita bersungguh-sungguh meminta Tuhan untuk bertindak, Ia akan melakukannya. Jika kita membaca kitab Nehemia, kita akan tahu bahwa ia mendapat izin dari raja Persia untuk pergi ke Yerusalem dan kemudian mengumpulkan beberapa orang Yahudi yang takut akan Tuhan, dan kemudian membangun kota Yerusalaem. Meskipun mendapat banyak tantangan, semangat Yeremia dan teman-temannya akhirnya membawa hasil yang baik. Tuhan menyertai mereka dan mereka berhasil dalam misi mereka.
“Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” Matius 7: 8
Ucapan Yesus empat ratus tahun sesudah zaman Nehemia di atas adalah ayat yang sering dipakai untuk memberi semangat kepada umat Kristen untuk rajin berdoa guna memohon kepada Tuhan apa saja yang diinginkan mereka. Baik itu untuk kesuksesan, kekayaan, kesembuhan dan apapun, umat diyakinkan bahwa kalau mereka bersiteguh dalam iman, niscaya Tuhan menuruti permintaan mereka (Lukas 17: 6). Karena itu, sebagai orang Kristen, mereka dinasihati bahwa kesempatan untuk meminta sesuatu kepada Tuhan yang mahapemurah haruslah digunakan tanpa keraguan.
Kembali ke soal masalah hidup, agaknya setiap orang Kristen mengakui bahwa Tuan mahakuasa, mahatahu dan mahabijaksana. Tetapi mengapa Ia membiarkan kita mengalaminya? Mengapa Ia seolah-olah tidur atau tidak peduli? Banyak orang Kristen yang percaya bahwa seperti apa yang dialami Nehemia, Tuhan akan mengubah keadaan yang ada, jika mereka berdoa, berpuasa dan melakukan ritual-ritual lainnya. Ini seharusnya tidak dimaksudkan untuk mengubah rencana Tuhan, tetapi untuk dengan khusyuk menyerahkan diri mereka kepada kehendak-Nya.
Mereka yang percaya bahwa doa bisa mengubah keputusan Tuhan adalah merendahkan Tuhan dan membuat Dia seolah sederajat dengan manusia. Tuhan kita adalah Tuhan yang baik, yang tidak pernah berubah-ubah keputusan-Nya (Yakobus 1: 17). Memang, jika kita berada dalam keadaan yang berat dan menanti-nantikan jawaban Tuhan, adalah mudah bagi kita untuk merasa bahwa kita perlu untuk berbuat sesuatu. Itu adalah baik, selama apa yang kita lakukan adalah untuk memohon ampun atas dosa dan kelemahan kita, dan mau menyerahkan hidup dan rencana kita kepada-Nya (Nehemia 1: 5-11).
Tuhan pasti mendengarkan doa umat-Nya, tetapi apakah Ia selalu mau melakukan apa yang diminta mereka? Jika memang Tuhan menantikan permohonan umat-Nya sebelum bertindak, ada pertanyaan untuk kita apakah kita percaya bahwa Tuhan kita yang mahakuasa, mahakasih, mahatahu dan mahabijaksana bisa dipengaruhi oleh manusia yang penuh cacat-cela. Sebaliknya, jika kita yakin bahwa Tuhan mempunyai rancangan yang baik, dan bahwa Ia adalah Pemimpin yang mahakuasa, doa kita tidak lain adalah penyerahan kita kepada bimbingan-Nya yang disertai dengan rasa syukur.
Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Matius 6: 8
Tuhan mau memenuhi permintaan kita, jika itu mengenai kebutuhan kita dan bukan keinginan kita, dan itu sesuai dengan kehendak-Nya. Lebih-lebih lagi jika doa kita tidak selalu berpusat pada materi dan kenyamanan hidup semata. Hari ini, jika kita berdoa, kita harus sadar bahwa doa yang selalu berpusat pada kepentingan diri sendiri tidak akan membuat Tuhan senang, karena itu bertentangan dengan tujuan Tuhan dalam menciptakan kita. Tuhan menciptakan kita untuk bisa membina hubungan yang baik dengan Dia. Doa adalah nafas kehidupan Kristen yang menguatkan kita sewaktu mengalami masalah dan memberi kehidupan selama kita menantikan pertolonganNya. Tetaplah berdoa sekalipun kita tidak tahu apa yang akan terjadi!