Melalui etika ajaran Yesus moralitas kita diperbaharui

Tetapi mungkin ada orang berkata: “Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan”, aku akan menjawab dia: “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.” Yakobus 2: 18

Apakah arti kata “etika” dan “moralitas”? Bagi sebagian orang kedua kata itu adalah sinonim, yang berarti kaidah untuk membedakan apa yang baik dan yang buruk. Definisi itu cocok untuk kata “etika”. Tetapi, sebenarnya arti moralitas adalah lain. Moralitas adalah cara hidup seseorang yang merupakan suatu kebiasaan atau suatu yang dipandang umum dalam masyarakat. Moralitas tidak mengatur hidup seseorang, tetapi etika mengharuskan orang untuk memilih apa yang dipandang benar atau baik. Bagi orang Kristen, sudah tentu etika adalah berdasarkan kebenaran Alkitab, dan moralitas mereka seharusnya sesuai dengan apa etika yang difirmankan Tuhan.

Sebagian orang Kristen merasa bahwa lahirnya Yesus ke dunia, menghapus perlunya moralitas Kristen untuk keselamatan. Itu ada benarnya, selama tidak diartikan bahwa orang Kristen tidak perlu memikirkan moralitasnya. Justru dari moralitas manusia, orang akan bisa membedakan mereka yang Kristen dari mereka yang bukan Kristen. Orang Kristen sejati seharusnya mempunyai moralitas yang baik yang sesuai dengan pertumbuhan imannya, dan moralitas yang baik bisa menunjukkan kedewasaan iman seseorang. Sekalipun tidak ada manusia yang mempunyai moralitas yang sempurna, setiap orang Kristen yang sejati akan mengalami pertumbuhan dalam hal pengertian akan etika Kristen sehingga gaya hidupnya akan semakin lama menjadi semakin sesuai dengan kehendak Tuhan.

Sebagai konsekuensi dari perilaku Adam dan Hawa di taman Eden, yaitu memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, manusia berubah dari ketidaksadaran, menuju ke arah pengetahuan tentang pentingnya etika. Mereka menyadari adanya perbedaan antara apa yang “baik” dan yang “buruk” setelah mengalami pengalaman pahit dan mendapat hukuman Allah. Dalam menjalankan kebebasan memilih, Adam dan Hawa melakukan pelanggaran berat. Mereka sudah mengabaikan prinsip moralitas Tuhan: bahwa mereka harus hidup dengan taat kepada perintah Allah.

Banyak pemimpin umat Tuhan yang pada suatu saat dalam hidup mereka mempunyai moralitas yang tidak baik. Contohnya seperti Abraham yang mengawini Hagar dan Daud yang mengawini Betsyeba. Tetapi ini bukan menyatakan bahwa moralitas tidaklah penting dalam pandangan Tuhan yang melarang Adam dan Hawa untuk melakukan hal yang tidak baik. Semua yang tidak baik itu hanya menunjukkan bahwa manusia mempunyai kebebasan untuk mengambil keputusan, dan jika keputusan mereka tidak sesuai dengan etika yang diajarkan Tuhan, mereka jatuh dalam dosa.

Moralitas adalah panduan umum tentang kualitas dalam perbuatan manusia yang bisa menunjukan apakah pandangan manusia dalam hidup itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas dipengaruhi pengertian tentang baik buruknya suatu perbuatan tertentu (etika). Dalam teologi Kristen klasik, semua manusia secara inheren dipandang berdosa karena tindakan Adam dan Hawa (sebuah gagasan yang dikenal sebagai “dosa asal”). Sebaliknya, pemikiran Yahudi, sementara mengakui dorongan manusia menuju kejahatan (yetzer ha-ra), juga menegaskan dorongan menuju kebaikan (yetzer ha-tov). Baik dalam ajaran Kristen maupun Yahudi, setiap manusia harus bertanggung jawab atas karakter moralnya. Masalahnya, manusia sesudah jatuh ke dalam dosa, tidak mampu untuk mencapai apa yang benar-benat baik, yang seturut kehendak Tuhan, sekalipun ia mungkin sadar akan apa yang diperbuatnya dan juga akibatnya. Mengapa demikian?

Sebagian orang Kristen menganggap bahwa sesudah kejatuhan, manusia adalah rusak total (totally depraved), tetapi ini bukan berarti bahwa manusia tidak lagi mengerti arti etika. Kain, misalnya, tahu bahwa membunuh Habil adalah suatu hal yang jahat. Tetapi, melalui pilihannya ia justru melakukannya, dan ia kemudian berusaha untuk menghindari pertanggungjawabannya kepada Allah. Manusia setelah kejatuhan bukan rusak sebobrok-bobroknya, terapi rusak dari dalam budinya (radical depravity). Dengan demikian, tanpa bimbingan dan karunia Tuhan manusia akan hidup dalam moralitas yang bobrok dan mengabaikan prinsip etika yang diberikan Tuhan.

Paulus menulis kepada jemaat di Roma bahwa mereka harus mengindari moralitas dunia. Mereka harus berubah dari dalam sehingga dapat hidup sesuai dengan kehendak Tuhan,

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Roma 12: 2

Jelas Paulus mengemukakan tiga hal yang penting: bertindak, berubah dan belajar (act, change, and learn). Orang Kristen harus bertindak untuk menghindari pengaruh dunia, berubah secara rohani, dan belajar untuk mencari kehendak Allah. Ini berarti bahwa umat Tuhan harus mempunyai moralitas yang benar. Bukan untuk diselamatkan, tetapi sebagai akibat penyelamatan oleh Tuhan.

Kembali ke ayat pembukaan, kita melihat bahwa raul Yakobus menasihati umat Kristen agar mereka hidup dalam iman dan perbuatan, dalam arti hidup dalam iman yang dinyatakan melalui moralitas yang baik. Sebagian orang Kristen percaya bahwa mereka sudah mempunyai iman karena adanya perbuatan baik, karena moralitas yang mereka miliki. Tetapi ini belum tentu benar karena adanya moralitas yang dipandang baik bukan berarti bahwa mereka mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan dan mengenal apa yang benar menurut Dia. Rasul Yakobus menantang orang-orang itu untuk menunjukkan iman mereka dan bukannya perbuatan atau moralitas yang mereka punyai. Dengan kata lain, Yakobus berkata bahwa moralitas yang terlihat baik bukan tanda bahwa mereka mengenal Tuhan. Perbuatan atau hidup yang terlihat baik (menurut mata manusia) bukan bukti bahwa mereka percaya kepada Tuhan yang berkuasa atas hidup mereka. Moralitas tanpa iman adalah mungkin, tetapi sia-sia.

Pada pihak yang lain, Yakobus menyatakan bahwa ia dapat menunjukkan iman melaui apa yang dilakukannya, melalui moralitas yang ada dalam hidupnya. Karena melalui cara hidup rasul Yakobus, orang bisa melihat bahwa ia menjalankan prinsip moralitas yang ada dalam firman Tuhan. Moralitas yang dicapai melalui bimbingan Roh Kudus untuk kemuliaan Tuhan. Moralitas yang bukan dimiliki untuk kepuasan diri sendiri. Moralitas yang bukan merupakan usaha untuk mendapatkan keselamatan di surga.

Moralitas hidup yang benar akan ada jika orang Kristen mendengarkan suara Roh Kudus dalam hidupnya, bukan suara orang lain, bukan apa yang serupa dengan apa yang dianggap baik di dunia ini. Etika Kristen selalu menuntut hati orang Kristen untuk berbuat baik, memikirkan yang baik dan mempelajari yang baik, agar hidup kita terus menerus mengalami pembaharuan untuk kemuliaan Tuhan. Iman tanpa moralitas adalah tidak mungkin. Mereka yang mengaku beriman tetapi mengabaikan prinsip moralitas dan etika kristiani, bukanlah orang Kristen sejati. Sebaliknya, melalui etika yang diajarkan Yesus, moralitas hidup orang yang sudah diselamatkan akan menjadi makin sempurna sehingga nama Tuhan akan dipermuliakan.


“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Matius 5: 16

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s