“Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.” Roma 7: 18-19

Dalam ayat di atas, Paulus menggambarkan sebuah konflik antara apa yang ia inginkan dan apa yang ia lakukan. Jika ia menginginkan apa yang baik, ia justru melakukan apa yang tidak ia inginkan. Ada dua tafsiran dalam hal ini, yang pertama ialah bahwa Paul menyatakan keadaannya sebelum dia lahir baru. Tafsiran yang lain menyatakan bahwa ini adalah keluhan hidupnya setelah lahir baru. Penafsiran yang kedua adalah yang benar.
Dalam ayat Roma 7: 15 dia menggambarkan pergumulan itu: “Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.” Dia ingin berbuat baik, tetapi dia akhirnya berbuat jahat. Dia memiliki pikiran yang ingin berbuat baik, tetapi tubuh yang jahat. Mengapa? Karena, seperti yang akan segera kita lihat, jika Roh Kudus merusaha membimbingnya, ada kekuatan lain yang bekerja di dalam dirinya.
“Dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik” (Roma 7:18). Paulus mengklarifikasi pernyataannya dengan mengatakan bahwa dia berbicara tentang daging, sifat berdosa, bukan sifat barunya di dalam Kristus (Roma 7:20). Semua hal baik dalam kehidupan Paulus berasal dari Kristus yang hidup di dalam dirinya, bukan berasal dari Paulus sendiri. Yang baik datang dari sifat baru, yang buruk berasal dari yang lama, dan kehidupan Kristiani setiap umat percaya selalu menghadapi perjuangan melawan pengaruh yang lama. Karena itulah, selama hidup di dunia kita juga berjuang melawan pengaruh dosa.
Paulus adalah orang yang sudah lahir baru, tetapi dia bukannya tanpa dosa. Dia ingin berbuat baik, tetapi terkadang dia berbuat dosa. Dosa di dalam dirinya sering membajak keinginannya untuk mengikuti firman Tuhan, membuatnya melakukan hal-hal yang sebaliknya tidak ingin ia lakukan. Paulus meringkasnya dalam ayat 21-23: “Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.” Sebagai seorang Kristen, dia ingin melakukan yang benar yang sesuai dengan petunjuk Roh Kudus, tetapi terkadang itu merupakan pergumulan.
Pikiran Paulus berperang melawan tubuhnya yang telah dipengaruhi oleh dosa. Ia sadar bahwa ia tidak boleh mendukakan Roh Kudus dan harus bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya, tetapi ia sering merasa lemah. Meskipun dia ingin berbuat baik, namun dosa dalam dirinya terkadang menyebabkan dia melakukan hal-hal yang dia benci. Jadi dia mengeluh, seperti yang dia katakan dalam Roma 8:23, menunggu penebusan tubuhnya, kebangkitan dan kemenangan akhir atas sifatnya yang berdosa.
“Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.” Roma 8: 22-23
“Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Roma 7:24). Bagaimana aku bisa melepaskan diri dari sifat berdosa yang bergumul di dalam diriku? Paulus tahu dari mana pembebasannya akan datang: “Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita!” (Roma 7: 25a). Paulus, seperti kita, sedang dalam proses untuk dibebaskan dari dosa. Ini adalah perjuangan seumur hidup, tetapi kemenangan adalah pasti, terima kasih kepada Tuhan! Bagaimana itu bisa terjadi? Itulah yang dibahas Paulus di pasal 8 – hidup dalam Roh, meluas hingga kekekalan. Di situlah pertempurannya yang akan dimenangkan bersama Kristus.
Paulus mengakhiri pasal ini dengan ringkasan: “Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa” (Roma 7: 25b). Bahkan setelah dia berbicara tentang pembebasan yang diberikan kepadanya oleh Kristus, Paulus menggunakan metafora dari orang yang terbelah: ada aku yang sebenarnya, dan ada dosa yang tinggal di dalam aku. Ada perjuangan antara pikiran dan tubuh. Dia sudah menjadi hamba Kristus, tetapi terkadang dia gagal dan menjadi hamba dosa. Dia memiliki pikiran yang baru, tetapi tubuh yang tua, dan dia menantikan semua itu menjadi baru!
Beberapa orang Kristen tidak mengalami banyak pergumulan batin sebelum mereka menjadi percaya. Setelah percaya, mungkin mereka merasa cukup berhasil melakukan semua yang seharusnya mereka lakukan. Mereka tidak sadar bahwa selama hidup perjuangan melawan kedagingan selalu ada. Mereka mungkin tidak sadar bahwa jika mereka berhasil melaksanakan tugas mereka, Tuhanlah yang memungkinkan. Orang Kristen yang lain sering melayani dosa dan tidak bergumul melawannya. Mungkin mereka percaya bahwa semua itu sudah ditetapkan Tuhan, atau mereka merasa tidak perlu atau tidak bisa bertanggungjawab atas hidup mereka. Barangkali mereka yakin bahwa sebagai orang pilihan, mereka tidak dituntut untuk memikul tanggung jawabnya karena penebusan Yesus. Selain pandangan di atas, ada orang Kristen yang menolak adanya pilihan dan tanggungjawab manusia karena dianggap mengurangi kedaulatan Tuhan. Ini sudah tentu pandangan yang tidak benar.
Seperti Paulus dalam Roma 7, pergumulan kita dapat menjadi lebih intensakalau kita benar-benar beriman dan menyadari betapa berbedanya hidup kita dari kehidupan yang kita inginkan bersama Kristus. Paulus mengeluh karena ia sering jatuh, tetapi bukannya ia kemudian menyerah atau mengabaikan apa yang seharusnya ia lakukan. Ia tahu bahwa sekalipun ia adalah “hamba-hamba yang tidak berguna”, ia tetap harus mempertanggungjawabkan hidupnya.
“Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” Lukas 17: 10
Akhir kata, setiap orang Kristen sejati pasti sadar bahwa ia harus melaksanakan tugasnya dalam hidup dan bertanggungjawab atas hidupnya. Adanya dosa yang membuat jatuh, bukanlah alasan bagi mereka untuk menolak untuk bertanggung jawab kepada Tuhan. Sebaliknya, jika kita dapat melaksanakan perintah Tuhan dengan baik, kita harus memunji Tuhan yang dengan Roh-Nya sudah membimbing kita.
“Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri. Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu. Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.” Galatia 6: 4-10