Lalu Yesus bertanya kepada mereka: ”Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: ”Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: ”Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.” Matius 16: 15-17

Di banyak negara, adanya Tuhan secara resmi diakui. Bahkan ada negara-negara yang pemerintahannya berdasarkan agama tertentu, atau setidaknya berlandaskan kepercayaan bahwa Tuhan itu ada. Walaupun demikian, hal itu belum tentu menjamin bahwa negara-negara itu secara kolektif lebih baik dalam hal kesalehan dari negara lain. Memang, soal iman adalah soal pribadi, dan apa yang dipercayai oleh seseorang secara individual biasanya hanya berpengaruh pada hidupnya sendiri.
Sebenarnya, iman itu bisa diartikan secara luas. Ada orang yang percaya adanya Tuhan tanpa mengenal siapa Tuhannya. Pada pihak yang lain, ada orang yang tahu siapakah Yesus itu tetapi tidak percaya bahwa Ia adalah Tuhan. Lalu bagaimana orang bisa percaya dan mengenal Tuhan? Haruskah manusia kenal dan kemudian percaya? Ataukah orang harus lebih dulu percaya dan kemudian kenal? Yang benar adalah iman harus ada sebelum kenal. Pengenalan yang benar akan Tuhan baru terjadi setelah adanya iman.
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita.” Ibrani 11: 1-2
Rasul Paulus banyak menulis kepada jemaat mengenai soal kenal kepada Tuhan. Paulus berkata bahwa sekalipun banyak orang mengenal Tuhan, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Tuhan atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya hidup mereka dibaktikan kepada hal-hal yang sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Memang, sekalipun dalam sebuah gereja firman Tuhan itu dikhotbahkan atau dipakai sebagai pedoman, itu tidak menjamin bahwa seluruh anggotanya mau memuliakan Tuhan dan hidup menurut jalan yang baik. Mengapa demikian? Karena mereka tidak benar-benar percaya adanya Tuhan yang menuntut mereka untuk memuliakan Dia dan bersyukur kepada-Nya setiap hari. Pengenalan yang keliru karena tidak adanya iman yang benar.
“Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.” Roma 1: 21
Kepercayaan kepada adanya Tuhan sebenarnya adalah hal yang sulit untuk dijabarkan. Karena itu ada banyak orang yang merasa beriman kepada Tuhan, tetapi sebenarnya tidak demikian. Mungkin mereka hanya kenal.Mengapa demikian? Yang pertama, adanya “tuhan” yang beraneka ragam menurut berbagai kepercayaan, bisa membuat bingung manusia. Manusia dengan demikian mungkin saja berbakti kepada “tuhan” yang ada menurut pengertian, kebiasaan, atau adat-istiadat mereka saja. Kedua, seringkali “tuhan” yang dikenal manusia adalah oknum yang diharapkan untuk bisa memberi kehidupan yang nyaman kepada manusia. Tuhan untuk mereka bukanlah oknum yang mahakuasa dan mahasuci, yang membenci mereka yang merasa saleh tetapi tetap hidup dalam dosa. Dan yang ketiga, Tuhan bagi banyak umat manusia adalah oknum ilahi yang dapat dihampiri manusia dengan cara berbuat amal atau hidup menurut kaidah agama. Jelas, pengenalan manusia atas hal ilahi adalah sangat terbatas. Jika mereka tidak percaya atau beriman kepada Tuhan yang benar, pengenalan mereka akan Tuhan adalah terbatas.
Alkisah, menurut injil Matius 16, pada saat itu datanglah orang-orang Farisi dan Saduki hendak mencobai Yesus. Mereka meminta supaya Ia memperlihatkan suatu tanda dari sorga kepada mereka agar mereka bisa percaya bahwa Ia adalah Tuhan. Tetapi Yesus menolak permintaan mereka. Kata-Nya: “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.” Lalu Yesus meninggalkan mereka dan memperingatkan murid-murid-Nya supaya mereka waspada terhadap terhadap ajaran orang Farisi dan Saduki yang menuntut tanda Ilahi sebagai syarat iman. Iman harus lebih dulu ada, sehinnga pengenalan akan tumbuh secara benar.
Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: ”Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka: ”Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: ”Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: ”Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: ”Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.” Jelaslah iman terjadi karena Tuhan yang lebih dulu menyatakan diri-Nya dalam hati kita, bukan karena usaha kita untuk mengenal Tuhan,
Hari ini, firman Tuhan memperingatkan kita, bahwa kita jika benar-benar mengenal Tuhan, itu adalah karena Tuhan sudah memanggil kita dan kemudian memberikan pengenalan secara pribadi kepada kita. Tuhan yang benar adalah Oknum yang mahakuasa dan mahasuci yang tidak dapat dicapai oleh usaha manusia sendiri. Hanya melalui darah Kristus, Tuhan bisa melupakan dosa-dosa yang pernah kita perbuat sehingga kita dapat mengenal Dia. Dengan pengampunan-Nya, kita harus mau mempersilakan Dia untuk mengubah hidup kita; dari hidup lama yang mementingkan diri sendiri, menjadi hidup baru untuk memuliakan Tuhan. Kepercayaan kepada Tuhan yang benar adalah iman dan bukan agama, karena agama diciptakan manusia sedang iman adalah pemberian Tuhan. Karena itu, dalam hidup keKristenan, kita menjalankan firman Tuhan karena sebagai orang-orang yang sudah menerima keselamatan, dan kita mau memuliakan Tuhan. Perbuatan baik kita adalah tanda bahwa kita sudah kenal kepada Dia melalui iman yang benar dan bukan usaha untuk mendapatkan keselamatan di surga atau kenyamanan hidup di dunia.
“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” Matius 7: 21