“Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa , tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.” Roma 8: 8-11

Roma 8 dimulai dengan pernyataan yang luar biasa tentang kasih karunia Allah: Tidak ada penghukuman bagi mereka yang di dalam Kristus Yesus. Setelah menjelaskan bagaimana ini dimungkinkan oleh kehidupan dan kematian Yesus, Paulus membandingkan dua jenis kehidupan. Yang satu adalah hidup di dalam Roh Kudus bagi mereka yang ada di dalam Kristus, yang lainnya adalah hidup yang dijalani menurut daging. Orang Kristen memiliki Roh; dan mereka berbeda dari orang yang tidak mengenal Allah. Karena Roh ada di dalam kita, kita akan dibangkitkan dari kematian seperti Yesus, sedangkan mereka yang hidup dalam daging, artinya non-Kristen, mengabaikan dan dengan demikian, memusuhi Tuhan.
Paulus telah menjelaskan perbedaan antara mereka yang hidup dengan “daging”, yaitu mereka yang mementingkan diri sendiri dan hidup dalam dosa, dengan mereka yang hidup oleh Roh Allah. Uraian Paulus tidak memberi kemungkinan bagi siapa pun untuk hidup oleh daging dan juga hidup oleh Roh. Orang Kristen sejati tetap hidup oleh Roh, bahkan jika mereka terkadang masih terganggu oleh dosa. Orang yang benar-benar percaya kepada Kristus dapat berbuat dosa (1 Yohanes 1:9-10), tetapi dosa bukanlah pola perilaku yang normal bagi seseorang yang ada di dalam Kristus (1 Yohanes 3:4-6).
Pada pihak lain, orang non-Kristen mempunyai hidup yang bersifat karnal atau kedangingan, yaitu hidup yang secara normal untuk melayani keinginan dan nafsu diri mereka sendiri. Karnal adalah hasrat tubuh pada sesuatu yang sifatnya material, seperti lawan jenis, harta benda atau makanan dan segala hal material lainnya. Pembentukan sifat karnal ini bergantung pada obyek karnal itu sendiri (yaitu obyek-obyek jasmani) yang bisa dirasakannya. Misalnya, apabila seseorang terbiasa dengan makanan yang sangat sederhana, maka sifat karnalnya terhadap makanan tidak mudah tumbuh menjadi besar. Namun, jika kemudian dia mencicipi makanan yang jauh lebih mewah dan enak daripada yang biasa ia makan, maka sifat karnalnya pun mulai naik ke tingkat yang lebih tinggi dan akan tumbuh untuk menciptakan rasa tidak cukup, dan dengan demikian muncul rasa tidak puas atas yang ada, dan adiksi pada apa yang lebih nikmat tetapi yang kurang sehat. Seperti itu juga, dosa dalam hidup kedagingan bisa menimbulkan berbagai masalah (ingat 7 dosa yang membinasakan).
Roma 8 dimulai dan diakhiri dengan pernyataan kedamaian mutlak orang Kristen di hadapan Allah. Tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus, dan tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya. Setelah percaya kepada Injil, kita sekarang hidup dalam bimbingan Roh Allah. Itu memungkinkan kita untuk memanggil Tuhan sebagai Abba, yaitu Bapa. Kita menderita bersama Kristus, dan kita menderita bersama dengan semua ciptaan sementara kita menunggu Allah menyambut kita sebagai anak-anak-Nya. Dengan pertolongan Roh, kita yakin bahwa Allah ada di pihak kita dan bahwa Dia selalu mengasihi kita di dalam Kristus.
Kita harus bersyukur bahwa Allah sudah mengirinkan Putra-Nya untuk menebus manusia yang berdosa. Setiap orang yang bertobat dari dosanya dan percaya kepada Yesus Kristus akan lahir baru sebagai umat Tuhan dan diberi karunia Roh Kudus.
Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Kisah 2:38
Paulus menjelaskan kepada para pembacanya, orang-orang Kristen yang tinggal di Roma, bahwa dia mengerti bahwa mereka berada di dalam Roh dan bukan di dalam daging. Paulus mengidentifikasi mereka sebagai orang Kristen yang sudah lahir baru, dengan ketentuan bahwa ini benar “jika” Roh Allah diam di dalam kamu. Dalam bahasa kita, kita cenderung berasumsi bahwa kata “jika” menyiratkan keraguan; tetapi, dalam hal ini kata itu hanya menghubungkan dua gagasan. Ungkapan ini mungkin lebih baik dibaca sebagai kondisi yang dianggap benar. Dengan kata lain, “Kamu ada di dalam Roh karena Roh Allah diam di dalam kamu”. Kebalikannya juga benar: Jika seseorang tidak memiliki Roh Kristus, dia bukan milik Kristus. Paulus dalam kitab Roma 8 tidak membahas hal orang non-Kristen yang tidak memiliki Roh Allah. Itu karena Allah memberikan Roh Kudus-Nya kepada setiap orang Kristen. Tanpa Roh, kita bukanlah orang Kristen (1 Korintus 3:16; 2 Timotius 1:14).
Kita harus menyadari bahwa Allahlah yang mendorong orang berdosa hingga bertobat, dan memindahkan dia ke kedudukan seorang yang telah beroleh rahmat. Dia membebaskannya dari perhambaan kodratnya di bawah dosa dan oleh rahmat-Nya semata-mata, dan menjadikan orang itu mampu menghendaki dan melakukan apa yang baik secara rohani. Ini adalah tanda orang Kristen: ia bisa menggunakan kehendak bebasnya dengan bimbingan Roh Kudus untuk memilih apa yang baik di mata Tuhan (sesuai dengan Pengakuan Westminster Bab 9, poin 4). Akan tetapi, Roh Kudus bekerja begitu rupa sehingga manusia tidak dipaksa untuk memilih apa yang baik. Jika orang Kristen terus berbuat dosa, ia mendukakan Roh Kudus yang kemudian menjadi diam. Orang Kristen kemudian bisa jatuh kembali ke sifat kedagingannya. Ini disebabkan oleh kerusakan yang masih tinggal pada orang itu, sehingga ia tidak bisa menghendaki apa yang baik itu secara sempurna; dan bukan hanya itu saja, tetapi ia juga masih bisa menghendaki apa yang jahat selama ia masih hidup di dunia.
Dalam ayat 10 dan 11, Paulus mengontraskan kuasa kebangkitan hidup yang dibawa oleh Roh Kudus, dengan daging yang fana, yang membawa maut. Ini terhubung kembali ke Roma 7:24, di mana Paulus bertanya, “Aku, manusia celaka ! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” Dia menyatakan bahwa dia masih hidup dalam tubuh daging, yang membawanya mengalami kematian dengan menuntunnya untuk menuruti hukum dosa. Paulus menjawab pertanyaannya sendiri dengan menyatakan bahwa Yesuslah yang membebaskan kita dari tubuh maut.
Salah satu keselamatan, atau kelepasan, yang harus kita nantikan adalah saat kita diselamatkan dari keharusan berjalan dengan sifat dosa kita. Tubuh baru kita tidak akan memiliki natur dosa (baca pengakuan Westminster Bab 9 Poin 5). Itulah pengharapan kita akan kemuliaan dalam banyak hal. Tapi itu adalah sesuatu yang ada di masa depan. Dalam ayat 11 Paulus menulis bahwa Tuhan menciptakan kita untuk tujuan final ini, dan bahwa Roh Kudus adalah janji untuk kemuliaan dan pembebasan dari tubuh kita yang berdosa ini.
Bagi orang percaya, hidup baru diberikan melalui Roh Kudus (ayat 11). Roh yang membangkitkan Yesus dari antara orang mati sekarang berdiam di dalam kita. Pada akhirnya, pemberian hidup ini akan menjadi sempurna sepenuhnya; sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari kematian, kita juga dapat menantikan kebangkitan penuh ketika kita meninggalkan bumi ini (1 Korintus 15:51-53). Dia yang membangkitkan Kristus Yesus dari kematian juga akan memberikan hidup kepada tubuh fana kita, melalui Roh-Nya yang diam di dalam kita. Tetapi, pada saat ini, kita masih memiliki tubuh fana ini dengan manusia lama ini, sifat dosa lama ini di dalamnya (Roma 6:6) dan juga dengan Roh Kristus tinggal di dalamnya.
Pergumulan antara daging dan roh terbukti di seluruh kitab Roma, dan Paulus ingin memperjelas bahwa kematian Kristus cukup untuk membawa kebenaran kepada kita di hadirat Allah, bahwa Kasih Karunia telah melimpah lebih dari yang dapat dilakukan oleh dosa. Tetapi untuk kita mengalaminya dalam kehidupan kita sehari-hari, kita harus menghadapi dua realitas yang bersamaan yaitu memiliki tubuh yang mati dari dosa yang ingin menguasai kita, sementara juga memiliki roh Kristus yang hidup tinggal di dalam kita karena iman kita kepada-Nya.
Jika Kristus ada di dalam kita, meskipun tubuh akan mati karena dosa, roh kita hidup karena kebenaran. Ini bukan alasan untuk tidak berusaha untuk menaati perintah Tuhan untuk hidup dalam terang, karena kehidupan kita di dunia seharusnya membawa kemuliaan bagi Tuhan. Kehidupan orang Kristen yang tidak beres bisa menjadi batu sontohan dan menghalangi orang lain untuk percaya kepada Kristus. Kehidupan orang Kristen yang tidak sesuai dengan firman Tuhan juga akan membawa masalah bagi orang itu dan keluarganya.
Hari ini, sebagai umat-Nya, kita dapat hidup bukan sebagai budak dosa dan kematian, tetapi sebagai orang yang telah dibangkitkan. Untuk itu kita harus dekat dengan Tuhan dan mau mendengarkan suara Roh Kudus dalam hidup kita. Sebagai orang yang sudah diselamatkan, kita harus menunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang sudah diselamatkan, dengan hidup dalam Roh, agar nama Tuhan dipermuliakan. Hidup kita harus bisa dibedakan dari hidup mereka yang hidup secara karnal, yang tidak memiliki Roh Kristus, yang bukan milik Kristus. Pada saat ini, kita harus bersyukur kalau Tuhan memberikan kehidupan kepada tubuh yang fana meskipun kita masih memiliki kelemahan terhadap dosa di dalam diri kita. Semua itu adalah kesempatan bagi kita untuk menyatakan kebesaran Tuhan di dunia sambil bersyukur atas kasih-Nya. Maukah Anda mengguakan kesempatan yang masih ada?